Chereads / YOUNG FATHER(BTS Jung Hoseok Ver.) / Chapter 5 - Young Father Part 4

Chapter 5 - Young Father Part 4

Part 4

Pagi harinya Soobin hanya menggelengkan kepalanya, ketika melihat hyung kandungnya sedang merapikan rambutnya sambil bersenandung riang. Sementara Boemgyu adik mereka berdua hampir saja menumpahkan serealnya.

"Hyung, kau pagi ini kesurupan apa?" tanya Soobin heran.

Yeojun yang kesal langsung menengok ke arah adiknya itu dengan tatapan sebal.

"Yak! Kau jangan mengganggu pagiku. Kau tidak mengantarkan susu pagi ini, huh?" Boemgyu yang sedang makan sereal hanya tertawa melihat Soobin di omelin.

"Hari aku dan Raena ada kuis pagi dan ada mata kuliah sampai sore. Jadi, aku dan Raena ijin dulu tidak mengantarkan susu." Jawab Soobin langsung merebut sereal milik adiknya.

"Hyung, itu punyaku….," rengeknya.

"Anak kecil diam kau, selesaikan sarapanmu dan berangkat sekolah." Pintah Soobin membuat Boemgyu cemberut.

"Soobin hyung, aku minta uang sakunya juga." Boemgyu menodongkan tangan dengan wajah imutnya.

"Bulan ini, jadwalnya Yeojun yang memberi uang saku. Soalnya gajiku bulan ini mau membayar semeterku." Mendengar hal itu, Yeojun langsung duduk di hadapan kedua adiknya setelah bercemin.

"Soobin – ah, ayolah kali ini kau yang memberi saku Boemgyu." Mohon Yeojun kepada adiknya.

"Aku sering berkali – kali memberikan uang saku. Sekarang giliran hyung yang memberi saku. Bukannya kau di angkat sebagai pegawai tetap di kantormu, dan kau sudah gajian?" goda Soobin.

"Horee…!! Uang sakuku tambah…," seru Boemgyu senang sementara Yeojun langsung lesu karena gaji bulan ini dia sisihkan untuk adik bungsunya.

Memang, keluarga Choi bersaudara itu tidak memiliki orangtua. Karena orang tua mereka meninggal saat perceraian. Perusahaan peninggalan kedua orang tua mereka sedikit ada masalah sekarang di tangani Soobin karena perusahaan yang bergerak di kesehatan dan rumah sakit. Semetara Yeojun, dia bekerja sambil kuliah semester di jurusan binis dan dia bekerja sebagai Asisten direktur di perusahaan milik pamannya. Makanya jangan heran, mereka hidup sederhana dan focus untuk pendidikan.

***

Semetara itu, di café dekat dorm BTS. Raena menemui seseorang. Tadinya dia ingin tancap gas menuju kampus karena dia malas melihat wajah sangar Appanya. Sehingga dia berangkat lebih pagi, dan sarapan di kampus. Namun itu semua batal karena ada orang yang menyegatnya untuk berhenti.

"Ada perlu apa seorang Tuan Park menemui tukang pengantar susu seperti saya?" tanya Raena tenang.

"Kau tidak memanggilku Haraboeji, Raena-ssi?" Raena membulatkan matanya karena terkejut.

"Jangan terkejut seperti itu, Raena-ssi. Aku sudah menyelidikmu sudah lama," kekeh Tuan Park.

"Maksud anda?" Raena mulai sedikit kesal dengan orang berjas hitam mewah itu.

"Kau tidak ada niatan kuliah di luar negeri?" tanya Tuan Park.

Raena terkekeh, dan menatap orang yang pernah menampar ayahnya ini tanpa sebab.

"Anda lucu sekali tiba – tiba menanyakan hal itu kepada saya, Tuan Park. Selama ini, saya senang kuliah di Negara ini. Apalagi anda tidak perlu repot – repot menawarkan itu semua." Tuan Park tentu saja terkejut mendengar jawaban dari Raena.

"Kau! Beraninya menentang Haraboejimu sendiri?!" bentak Tuan Park.

"Maaf, sepertinya kata Haraboeji tidak cocok dalam diri anda." Raena menatap tajam ke arah Tuan Park.

'Brak!' Tuan Park menggebrak meja café dan membuat semuanya terkejut.

"Asal kau tahu! kehadiranmu itu adalah aib di keluargaku. Makanya aku ingin mengirimu keluar negeri agar orang tidak tahu siapa kau sebenarnya. Arra…," emosi Tuan Park kepada Raena.

"Aib?" Raena tersenyum kecut dan menatap ke arah Tuan Park.

"Bagaimana seorang anak terlahir dengan hubungan yang sah di sebut aib? Anda tidak berfikir, Tuan Park?" lanjut Raena beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar dari café.

"Aku beri waktu untuk kau berfikir, Jung Raena. Jika kau tidak menuruti kemauanku. Aku tidak yakin Hoseok tetap berada di dunia ini." Ancam Tuan Park namun tidak dipedulikan oleh Raena. Justru yeoja itu membukkan badannya setelah itu pamit pergi.

'Deg'

Jatung Tuan Park seperti di tusuk, ketika Raena membukkan badannya sambil menatap tajam ke arahnya.

"Hyemi?" gumamnya sambil menitikkan air matanya.

Ya, salah satu sifat Hyemi pada diri Raena adalah membukukkan badan kepada orang yang berani mengancam orang yang di sayangi dengan tatapan tajam sebelum pergi. Dan itu pun terjadi saat Tuan Park mengancam Raena yaitu cucunya sendiri.

"Kenapa saat aku mengancam anak itu, Hyemi seolah ada di hadapanku?" gumamnya menatap Raena sudah pergi dengan motornya.

"Tidak, anak itu harus pergi dari hadapanku. Dia adalah aib keluargaku dan tidak boleh berkeliaran di sini. Dia harus di buang sejauh mungkin." Geram Tuan Park menghapus air matanya kasar.

"Asisten Oh, aku perintahkan kau dan anak buahmu. Ikuti gadis itu, buat dia hancur karena berani menentangku." Pintah Tuan Park.

"Tapi Tuan, kalau anda berurusan dengan gadis itu. Tuan besar Jung dan Tuan Cho akan mengambil semua aset – asetnya di perusahaan kita, dan saham kita akan turun sangat cepat." ujar Asisten Oh ketakutan.

"Aku tidak peduli, asitsten Oh. Lakukan perintahku," ucapnya tajam.

Benar, Jung In Hyung dan Cho Hyun Seok adalah kakek Jung Hoseok dari pihak dan pihak ibu. Mereka berdua adalah orang – orang berpengaruh di Korea karena pengabdian mereka untuk bidang medis dan militer di acungi jempol. Jung In Hyung adalah Dokter sekaligus pemilik rumah sakit terbesar di beberapa kota di asia dan eropa. Sementara Cho Hyun Seok adalah pensiun jendral besar National Intelegent Seoul dan sangat di segani oleh semua masyarakat. Beliau saat ini, menjadi salah satu investor terbear di perusahaan di Tuan Park.

Ketika kejadian Hoseok, 17 tahun yang lalu. Tentu membuat hati kedua orang itu kecewa, dan terluka. Namun dengan semangat Hoseok ingin bertangung jawab kepada Hyemi. Mereka merestuinya, dan menjadi saksi pernikahan 2 remaja yang masih berusia 13 tahun.

***

Sesampainya di kampus, Raena langung masuk ke kelasnya dan tidak membalas sapaan Soobin saat itu menyapa Raena seperti biasanya.

"Yak! Kau kenapa masih pagi moodmu langsung buruk?" tanya Soobin duduk di sebelahnya.

"Kau tahu? Awalnya aku berangkat lebih awal. Namun Tuan Park menemuiku di café dekat dorm Appaku," Raena kesel mengusap keningnya.

"Memangnya kenapa dengan Haraboejimu itu, huh?" Raena menghembuskan nafasnya sebelum menjawab.

"Dia tidak pantas disebut Haraboeji, Soobin – ah. Dia pantas di sebut monster berbulu domba. Coba kau bayangkan, dia tiba – tiba datang menawarkan aku kuliah di luar negeri dan tujuannya adalah aku tidak boleh berada di Negara ini. Karena aku adalah aib di keluarganya, dan dia mengancamku kalau berani menentangnya." Soobin tentu aja terkejut mendengar jawaban yeoja tomboy di hadapannya itu.

"Aib? Tapi kau lahir ketika kedua orang tuamu sudah sah menikah, bukan?" Raena menganggukkan kepalanya.

"Ini tidak bisa di biarkan Raena – ya. Kau laporkan saja kepada kakek buyutmu biar semua assetnya di Perusahaan Tuan Park diambil kembali." Usul Soobin kepada Raena.

"Aku tidak mau melibatkan mereka. Apalagi menggunakan kekuasaan mereka untuk menghadapi Tuan Park. Biar aku sendiri menyelesaikannya masalah ini," tolak Raena.

Mereka sungguh beruntung membiacarakan hal ini, di saat semua mahasiswa belum ada yang masuk ke kelas mereka. Hanya meraka berdua yang masuk terlebih dahulu, dan beberapa menit kemudian satu persatu teman mereka masuk bersamaan dengan Dosen mereka yang memberikan kuis.

***

Big Hit Building

Hoseok menyandarkan bahunya dekat jendela ruang latihan diri dan member BTS yang lain. Sesekali matanya melirik ke arah halte di seberang jalan kantor yang dia pijak itu. Dia merasa heran kenapa pagi ini, tiada yeoja bersepeda yang selalu memberikan love sign setiap pagi.

"Dia sudah berangkat ke kampus karena ada kuis, hyung." Hoseok terkejut ketika seseorang masuk ke ruangan latihan.

"Yak! Jungkook –ah. Siapa yang mecari anak itu?" kesal Hoseok.

Jungkook tersenyum simpul dan berjalan mendekati Hoseok yang sedang menatapnya.

"Sudahlah, hyung. Sampai kapan kau begin terus kepada putrimu, huh?" Jungkook menepuk pundak Hoseok.

"Aku tahu selama ini sering melihat Hyung diam – diam mempertikan putrimu akhir – akhir ini. Bahkan beberapa hari yang lalu, kau sempat tertidur di kamar putrimu, bukan?" Hoseok tercengang ketika Jungkook mengetahu tingkahnya akhir – akhir ini.

"Itu bukan urusanmu, Kookie – ya." Hoseok coba mengelak dari maknae itu.

"Oh, iya. Kau sudah tahu, kalau calon istrimu berselingkuh di belakangmu?" Hoseok terkejut langsung menarik hoodie yang dipakai Jungkook.

"Apa maksudmu, huh! Seulgi tidak akan berselingkuh di belakangku, Jeon Jungkook." Jungkook hanya terkekeh menatap hyung yang menurutnya bodoh ini.

"Semua orang sudah tahu, bahkan putrimu sendiri juga tahu kalau calon ibu tirinya bermain api di belakang Appanya." Lanjut Jungkook melepaskan cengkraman Hoseok.

"Jeon Jungkook! Kau jangan kurang ajar!" Hoseok meninggikan suaranya dan wajahnya merah padam karena emosi.

"Aku kurang ajar bagaimana, Hyung?! Kalau kau tidak percaya, cari info sendiri..!" Jungkook tidak mau kalah.

"Jeon Jungkook!!!!" Hoseok akan memberikan bogem mentah ke arah Jungkook. Namun dengan cepat, Seokjin dan Yoongi langsung memisahkan mereka.

"Yak! Yak! Sudah hentikan kalian seperti anak kecil saja," henti mereka berdua.

"Dia mulai dulu, hyung. Aku tidak terima Seulg dituduh berselingkuh di belakangku." Ujar Hoseok.

"Memang benar, kan? Kalau calon istrimu berselngkuh, hyung." Jungkook tidak mau kalah.

"STOP….!!!!" Teriak Yoongi dan menghentikan semua.

"Jungkook, kau jangan kurang ajar dengan hyungmu. Dan kau Hobi," Yoongi langsung mengeluarkan smartphone miliknya dan menunjukkan video tentang Seulgi kepada Hoseok.

"Apa yang di katakan Jungkook itu benar, kalau kau tidak percaya tanyakan kepada Seulgi sendiri," lanjutnya datar.

Hoseok melihat video dengan sesakma, dan sesaat kemudian dia memperbesar video itu yang membuat dia sedikit geram. Benar, didalam video Seulgi bercumbu dengan orang lain. Namun di belakang mereka ada Raena yang sedang melintas dan melihat mereka sebentar. Hoseok mengetahuinya ketika dia menyadari hoodie yang di pakai Raena dan helm biasa Raena bawa ketika keluar.

"Anak itu, selalu saja membuat nasibku buruk," batinnya geram dan kecewa melihat Seulgi bermain api di belakangnya.

***

Sementara itu saat sore hari, Raena kedatangan tamu yang tak diundang sedang menunggunya di café seberang kampusnya. Raena kira itu Tuan Park yang ingin bertemu dengannya lagi. Namun ternyata adalah Seulgi yang menemuinya.

"Ada apa Oenni menyuruhku ke sini?" tanya Raena to the point

Seulgi yang sedang menikmati kopinya sedikit tersedak melihat Raena sudah di hadapannya.

"Duduklah dulu, kau sangat tidak sopan dengan calon ibumu." Raena langsung duduk berhadapan dengan Seulgi, di tambah Raena menatap tajam ke arah orang yang menghianati Appanya ini.

"Benar kata Hoseok Oppa, kau tidak ada senyum sama sekali kepadaku." Raena hanya berdecih mendengar Seulgi berbasa – basi dengannya.

"Kalau tidak ada hal penting yang dikatakan, lebih baik aku pergi…," Raena akan beranjak dari tempat duduknya namun di tahan Seulgi.

"Bulan depan, bisakah kau tidak muncul di acara pernikahan Hoseok Oppa denganku?" Raena terkekeh dengan ucapan wanita cantik namun tidak dengan hatinya itu.

"Wae? Tidak siap menjadi ibu, huh? Bukannya kau sudah sanggup di hadapan Halommoeni dan Haraboeji menjadi ibuku juga?" Seulgi tidak terima dengan sindiran yeoja yang tersulut emosinya.

"Yak! Jung Raena. Ingat posisimu sebagai anak angkat seorang Jung Hoseok. Aku menyuruhmu agar tidak datang, karena kau hanya anak angkat bukan anak kandungnya." Ucap Seulgi tentu saja membuat Raena sedikt sakit di hatinya.

"Aku tahu posisiku, dan tanpa Oennie suruh. Aku juga tidak akan datang ke pernikahan yeoja tukang selingkuh di belakang Appaku," balas Raena tajam.

Seulgi bertambah emosi dan akan menampar Raena. Namun kalah cepat dengan tangan Raena langsung mencengkram tangan mulus Seulgi sampai memerah.

"Yak! Anak pungut. Lepaskan, appo...!" Seulgi kesakitan.

"Kau belum menjad ibuku saja sudah mulai main tangan. Bagaimana kau sudah sah menjadi ibuku?" Raena melepaskan tangan Seulgi dengan kasar.

"Dan satu lagi, jangan menemuiku untuk membahas hal yang tidak penting menurutku." Lanjut Raena beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Seulgi.

"Aku adukan kau kepada Appamu!!" teriak Seulgi dan Raena melambaikan tangannya sambil perlahan pergi meninggalkan tempat itu.

Di saat Raena dia area parkiran, ponselnya berbunyi menandakan telpon masuk.

"Yeobseyo, Lien oenni?" angkat Raena.

"Kau untuk sementara jangan ke café dulu, ya?" ucap Shin Lien di seberang sana.

"Waeyo, Oennie?" Raena menghentikan langkahnya.

"Appamu ada di café dengan kondisi mabuk berat. Dia memanggil – manggil namamu dan membuat rusuh di café. Aku takut kau akan di hajar lagi seperti 2 tahun yang lalu," jawab Lien.

Tentu saja hal itu, membuat tubuh Raena begetar karena trauma dua tahun yang lalu belum sepenuhnya sembuh.

"Ta…ta…tapi Oennie di café sendirian? Nanti terjadi sesuatu kepada Oennie, bagaimana?" Raena bertanya dengan kringat dingin mulai mengucur.

"Semua karyawan aku suruh pulang dan café tutup sementara. Kau tenang saja, ya? Oennie bisa atasi Appamu jika berbuat rusuh lebih parah. Kau segeralah pulang, Oennie tutup dulu…," jawab Lien dan menutup panggilannya secara sepihak.

Raena memejamkan matanya, dan menarik nafasnya dalam – dalam. Agar dia bisa tenang, dan setelah itu dia menghampiri motornya. Raena sudah bertekat, dia harus berani menghadapi Appanya. Karena dia calon dokter sebentar lagi, dan dia harus menghilangkan rasa traumanya itu.

***

Setelah menelpon Raena, Lien terkejut melihat Hoseok udah masuk ke ruangannya dengan mendobrak pintu yang sudah dia kunci. Karena saat Hoseok datang membuat ricuh di Café keluarga Jung. Lien menyuruh karyawan yang lain pergi lewat pintu belakang, sementara dia sendiri langsung berlari ke ruangannya dan mengunci pintunya kemudian menghubungi Raena.

"Aku tidak tahu kalau staff adminitrasi café keluargaku sangat cantik," ucap Hoseok berjalan sempoyongan.

Shin Lien melihat hal itu, berjalan mundur namun tertahan tembok ruangan. Dia merasa takut dan tegang. Ingin teriak percuma, karena ruangannya kedap suara dan semua karywan tidak ada di café.

"Tuan Hoseok, tenangkan dirimu. Kita bisa bicara baik – baik, okey…," Lien mencoba untuk menenangkan Hoseok.

"Bagaimana aku tidak tenang sebelum menghajar anak itu, huh?!" Hoseok emosi dan menatap tajam ke arah Lien.

"Atau jangan – jangan, kau yang menyuruh anak itu pergi?" tebak Hoseok sudah mulai mendekat di hadapan Lien.

Bau alcohol mulai memasuki indra penciuman, ditambah Hoseok sudah menghapus jarak diantara mereka.

"Mianhae, tuan. Saya tidak menyuruh Raena pergi, hari ini memang dia tidak datang ke sini." Lien menahan rasa takut karena Hoseok menatapnya dengan tajam.

"Kau jangan bohong, nona Shin...," bisiknya membuat yeoja marga Shin itu memjamkan matanya.

"Karena kau sudah bohong kepadaku. Kau harus mendapatkan hukuman," Hoseok langsung menarik tekuk leher Shin Lien, dan melumat bibir yeoja itu dengan kasar.

Tidak hanya itu saja, Hoseok menghempaskan yeoja itu ke arah sofa panjang dan menindihnya.

"Maaf, Tuan. Lepaskan saya, jebal…!" Lien memohon untuk di lepaskan.

Namun Hoseok seolah tuli, justru namja itu merobek pakaian Shin Lien sampai menunjukkan bentuk tubuh yeoja.

"Wah, tubuhmu bagus juga. Bagaimana aku mencicipinya, hmm?" Hoseok menunjukkan smirknya.

Lien ingin sekali berteriak, namun Hoseok sudah membukamnya dengan bibirnya. Entah setan apa yang merasuki namja itu, dan berbuat berjat kepada yeoja di hadapannya. Tanpa Hoseok sadari, kejadian 17 tahun yang lalu kini terulang kembali. Untuk kedua kalinya, seorang Jung Hoseok menodai seorang yeoja dengan kondisi mabuk.

Sedangkan Raena, dia sudah tiba di café. Namun dia tidak bisa masuk karena semua pintu sudah di kunci dari dalam oleh Hoseok, dan kuncinya masih menggantung di pintu. Sehingga sulit untuk Raena membukanya dengan kunci cadangan.

"Appa, jebal. Jangan kau mengulangi hal itu lagi!!" teriak Raena ketika dia tahu Appanya menutup pintu ruangan Lien dengan bertelanjang dada sambil mengacungkan jempol kebawa ke arah Raena sebelum menutup ruangan itu dengan rapat.

Raena tahu semua karena pintu depan café dari kaca dan bisa melihat ruangan Lien bersebelahan dengan ruangannya. Raena mengetuk pintu kaca dengan keras, tanpa menghiraukan air matanya menganak sungai.

***