Part 7
Krematorium, Seoul.
Raena tiada henti menenangkan Lien yang menangis terseduh – seduh. Dengan memakai hanbok warna hitam, dan banyak karangan bunga turut berduka cita. Membuat suasana semakin sendu, dan berkabung.
Tuan Shin yaitu ayah dari Shin Lien. Menyerah dengan penyakitnya setelah koma beberapa minggu. Sementara ini hari ke lima, menghlangnya Jung Hoseok. Semua media berita, sudah memberitakan ini semua selama berhari – hari.
"Oemma, tenangkan hatimu. Haraboeji akan bersedih di sana kalau Oemma bersedih," Raena menangkan Lien setelah mengubur abu jenazah Tuan Shin.
"Kini aku tinggal sendirian, Raena – ya. Appaku telah pergi meninggalkan aku di sini. Hiks…hiks…," Lien tiada hent menangis.
"Oemma, jangan bicara seperti itu. Ada aku di sini, dan ada twins yang bakalan hadir ke dunia." Raena mencoba memberikan perhatian.
"Raena – ya, lebih baik. Kau ajak Lien tinggal bersama Jiwoo, ya? Aku khawatir dengan kandungannya jika begini terus." Ucap Taekwoon kepada Raena.
"Dan kau juga istirahat, jangan meforsir tenagamu terus." lanjutnya kepada Raena.
"Tapi aku harus mencari Appa, ahjussi." Raena berusaha membujuk Taekwoon agar dia bisa mencari Hoseok.
"Tapi kesehatanmu di jaga juga, Raena – ya. Atau kau mau suntik koma agar kau bisa istirahat?" ancaman Taekwoon bukan main – main.
Raena langsung terdiam mendengar itu, karena saat ini kodisinya lumayan parah meskipun jika di lihat dia seperti baik – baik saja.
"Baiklah, kalau itu mau ahjussi…," jawabnya lesu.
Setelah mengantarkan Lien, Raena langsung pulang ke dorm Bangtan bukan ke rumah. Karena semua member tidak menjamin jika Raena di rumah itu sendirian. Melainkan Raena akan terus mencari Hoseok, tanpa mengenal lelah.
"Kau sudah makan?" tanya Yeonjun kepada Raena setelah sampai di dorm Bangtan.
"Aku tidak napsu, Oppa." Raena membalasnya dengan dingin.
"Yak! Kau harus makan, Raena – ya. Kau mau kondisimu drop terus?" Yeonjun berusaha membujuk Raena.
Sementara member bangtan, hanya melihat mereka dari ruang makan. Menurut mereka, hanya Yeonjun yang bisa membujuk Raena selama di tinggal Soobin magang keluar kota.
"Oppa, sudah aku bilang. Aku…" perkataan Raena terhenti ketika Yeonjun menyuapkan kimchi kemulut yeoja itu.
"Cepat di makan," ucapnya dengan tatapan mengerikan.
Setelah mengunyah dan menelan makannya, Raena ingin mengatakan seseuatu. Namun dengan cepat Yeonjun menyuapkan makanan kembali. Begitu seterunya sampai makanan itu habis dan Raena meminum obatnya.
"Bagaimana enak, bukan?" tanyanya sambil tersenyum.
"Ne, gomawo…," ucap Raena sedikit teresnyum.
"Tapi, aku minta imbalannya popo ya?" cengir Yeonjun.
"Oppa, mau aku bogem lagi untuk ke lima kalinya?" Raena sudah mengepal tangannya.
"Menurut kalian siapa yang mengajari Raena seperti itu?" bisik Namjoon ikut mengintip Raena dan Yeonjun.
"Jungkook," jawab mereka serentak kecuali Jungkook.
"Aku hanya mengajarinya untuk membela dirinya, hyung. Bukan kurang ajar dengan namja." Bela Jungkook tidak terima.
Sementara dua orang yang mereka intip, sedang tertawa terbahak – bahak ketika Soobin video call Yeonjun dengan sedikt melucu untuk menghibur Raena.
***
Di tempat lain, seorang namja mulai perlahan – lahan membuka matanya. Dia menerjap matanya, dan melihat sekelilingnya sungguh sangat asing. Seperti bangunan sekolah yang tidak terpakai sudah sangat lama. Telihat banyak atap sudah runtuh dan cat sudah mulai mengelupas. Namja itu ingn menggerakan kedua tangan dan kakinya yang kaku. Namun dia menyadari duduk terikat sangat kencang. Sehingga sulit untuknya untuk bergerak walau hanya sebentar.
"Wah, aku tidak menyangka. Obat bius itu membuatmu tidur selama berhari – hari." Ucap seorang namja paruh baya baru saja masuk ke ruangan itu. Dan itu membuat namja terikat itu terkejut bukan main.
"A….aboejinim?" ucapnya sedikit serak.
"Hai, menantuku. Oh, bukan mantan menantu…," ucap namja paruh bayah dengan remehnya.
"Aboejiminm, apa maksudnya ini semua? Di mana Yerim? Dan kenapa kau mengikatku di tempat ini?" namja itu menahan emosinya.
"Sekretaris sekaligus mantanmu dulu hebat bukan, Jung Hoseok?!" tanyanya mendenkati Hoseok dan mejambak rambut namja itu.
"Aku menyuruhnya untuk menjebakmu, dan membawamu ke sini. Untuk memberi pelajaran untukmu." Ucapnya melepaskan jambakannya dengan kasar.
"Apa kau belum cukup, kau sering menghajarku setiap hari kematian Hyemi, Aboejinim?" tanya Hoseok berusaha sabar.
"Itu belum cukup bagiku. Sebelum kau lenyap, dan anakmu itu pergi dari hadapanku." Geram namja paruh baya itu yang tak lain adalah Tuan Park.
"Kau ingin melenyapkanku, Aboejinim? Apakah kau belum cukup, menyalahkanku atas kematian anakmu. Sampai – sampai aku melimpahkan semuanya kepada anak yang tidak tahu apa – apa soal ini?!" Hoseok menggikan suaranya.
"Selama Hyemi bersamaku, dia merasa hidup kembali tanpa tekanan dari Appanya sendiri, Tuan Park Jaehyun." Lanjut Hoseok tajam.
"Kau menekan Hyemi agar menjadi penerus binismu. Sementara dia sendiri ingin menjadi seorang dokter. Dan selamat, cucumu yang selama 17 tahun ini yang aku sia – siakan. Meneruskan cita – cita Hyemi yang pernah hancur karena aku merenggut masa depannya." Tambah Hoseok tersenyum sudut.
"Diam kau, keparat!"
'Bug!'
Tuan Park memukul rahang Hoseok sampai sudut bibirnya berdarah. Sementara Hoseok menahan rasa sakit di rahangnya.
"Hyemi tidak tertekan karenaku melainkan keranamu yang merenggut masa depannya. Aku tahu apa terbaik untuk anakku, namun kau yang membuatnya hancur!" bentak Tuan Park tidak terima.
"Tapi, aku bukan namja lari dari tangung jawab. Benar, kan?" Hoseok menatap sinis Tuan Park.
Tuan Park bukannya mereda, justru semakin kalap menghajar Hoseok. Meskipun Hoseok sudah tidak berdaya lagi meladeni Tuan Park.
"Asisten Oh, bawa namja sialan ini ke rooftop gedung. Aku tidak sabar menghabisi nyawa namja ini." pintah Tuan Park kepada Asisstennya.
"Baik, Tuan." Asisten Oh langsung melakukan perintah Tuan Park bersama anak buahnya.
Sementara Tuan Park, mengetik pesan dan di kirim kepada seseorang dengan seringainya.
"Nyawa di balas dengan nyawa, Jung Hoseok. Kau yang telah menghancurkan masa depan anakku sampai meninggal dunia. Dan kau, harus menanggung semuanya." Ucapnya sambil mentikkan air matanya.
Entah apa yang di hati kecil Tuan Park sehingga dia menitikan air matanya. Tapi, yang jelas Tuan Park harus membalaskan dendamnya kepada Jung Hoseok. Sekaligus, menyingkirkan Raena dari hadapannya karena yeoja itu adalah aib di keluarganya dan membuat repotasinya hancur kalau dia memiliki cucu perempuan.
***
Raena sedang merenung di balkon kamaranya sambil menikmati suasana malam di dorm Appanya. Beberapa waktu yang lalu, Raena mendapatkan pesan dari Tuan Park. Dia tidak habis pikir karena ada orang yang paling keparat dari pada Hoseok. Bahkan orang itu, bisa di anggap seperti Iblis yang mencari korban.
"Kau belum tidur?" ucap seseorang membuat Raena terkejut.
"Aku sedang malas, Namjoon Ahjussi...," Namjoon hanya terkekeh sambil membelai rambut Raena dan duduk di samping yeoja itu.
"Kau mengawatirkan, Appamu?" tanya Namjoon.
"Ne, bahkan aku sangat mengawatirkan kondisi dirinya. Apakah dia baik – baik saja di tangan Iblis tua itu?" jawab Raena sedikit kesal.
"Appamu juga Iblis, Raena – ya. Lihat ini?" Namjoon menyibak poni pinggir Raena menunjukan bekas jahitan di kening gadis itu.
"Dan ini," Namjoon menunjuka bekas jahitan dan luka lebab di lengan Raena.
"Apa tidak Iblis namanya Appamu, huh?" Raena hanya menghela nafasnya halus.
"Setidaknya ini adalah tanda cintanya kepadaku, Ahjussi." Raena membalasnya dengan santai.
"Tanda cinta menurutmu, Raena – ya. Dia hampir saja membuat tubuhmu hancur sejak kecil." Kesal Namjoon kepada Raena.
"Biarkan, Ahjussi. Mungkn dengan menghajarku, Appa bisa lebih tenang dan bisa meluapkan amarahnya yang dia tahan." Raena memberikan penjelasan kepada Namjoon.
"Apalagi tubuhku sudah hancur karenanya, bukan?" lanjutnuya dengan sendu.
"Menjadi Ayah di usia sangat muda. Itu sangatlah tidak mudah, Ahjussi. Di salahkan karena telah menghancurkan masa depan anak orang. Dihina banyak orang karena menjadi ayah tunggal di usia masih belum ideal menjadi orangtua. Semuanya Appa hadapi dengan sendirian dan pura – pura tidak mendengar apa orang yang katakana. Ya, walaupun kekesalannya di limpahkan semuanya kepadaku." Cerita Raena kepada Namjoon.
"Kau masih berfikiran begitu, meskipun dia sudah menyiksamu?" Raena hanya menganggukan kepalannya.
"Sungguh gila kau, Raena – ya. Jika aku jadi dirimu, sudah aku tinggalkan saja Appamu itu." timpal Namjoon.
"Itu namanya egois, Ahjussi. Di dunia ini, hanya Appa yang aku punya meskipun dia sangat brengsek." Raena membela Appanya itu agar Namjoon mengerti.
Namjoon hanya tersenyum, dan merangkul pundak keponakannya itu. Dia tidak menyangka, jika Raena punya pemikiran sedewasa itu padahal usianya masih 17 tahun.
"Melihatmu rasanya ahjussi ingin cepat – cepat menikah dan memiliki anak sepertimu," candanya kepada Raena.
Raena hanya tertawa mendengar candaan Namjoon, dan beberapa saat kemudian Raena mulai menguap.
"Cha, sepertinya kau sudah mulai mengantuk. Kau segeralah tidur, dan besok kau bisa segar kembali." ucap Namjoon menyuruh Raena.
Raena menganggukan kepalanya, dan beranjak dari duduknya menuju tempat tidur. Namjoon pun mengkutinyanya, membantu Raena menuju tempat tdur. Setelah Raena berbaring, Namjoon menyelimuti tubuh Raena sampai dada, dan tidak lupa mengecup kening Raena sebelum keluar dari kamar yeoja itu.
"Good night,my princesess." ucap Namjoon.
"Good nigh, my uncle." balas Raena kemudian dia memejamkan matanya.
Setelah Raena benar – benar tertidur, Namjoon keluar dari kamar Raena dan tidak lupa mematikan kamar Raena lalu menutup pintu kamar yeoja itu.
"Semoga harimu baik di esok hari, nak." Ucap Namjoon berjalan menuju kamarnya yang letaknya tak jauh dari kamar Raena.
***
Keessokan harinya, ketika Raena mengikuti pelajaran mata kuliah di kampus. Tuan Park mengirimkan pesan kepadanya, dan pesan kali ini membuat dia membulatkan matanya.
"From : Devil Grandpha Park
Hai, pembawa sial. Kau tidak rindu Appamu, huh?
Lalu bagaimana, ya? Kalau peluru ini memacahkan
kepala Appamu, hmm…"
Setelah membaca isi pesan itu, saat mata kuliahnya selesai Raena langsung berlari menuju parker motornya. Tidak perlu menunggu waktu lama, Raena langsung menaiki motornya dan tancap gas meninggalkan kampus. Tanpa dia sadari berpapasan dengan Soobin yang baru saja kembali dari tempat dia magang.
"Mau kemana anak itu? Sepertinya sedang terburu – buru," gumam Soobin.
"Kenapa perasaanku tidak enak, ya?" pikir Soobin.
"Heechun – ah, aku titip tanda tangan dosen dulu. Jika dosen bertanya, bilang saja ada urusan keluarga mendadak." ucap Soobin kepada teman satu maganganya.
"Okey, aku akan sampaikan." Heechun membalasnya dengan sigap.
Tanpa pikir panjang, Soobin menaiki motornya sebelum itu dia memberi tahu Yeonjun dan Jungkook untuk mengikuti Raena. Setelah itu, dia tancap gas meninggalkan kampus menyusul Raena. Dia memeriksa GPS melihat posisi Raena berada dimana.
"Aish, anak itu selalu saja ngebut," kesalnya menambah kecepatan laju motornya.
***
"Hyung, aku mendapatkan pesan dari Soobin. Raena pergi ke suatu tempat dengan terburu – buru." Ucap Jungkook.
"Mwo?!" ucap mereka semua terkejut.
"Jangan – jangan anak itu…," pikir Yoongi sejenak dan langsung membulatkan matanya karena sesuatu.
"Aish, dasar anak nekat. Raena pasti menemui tua bangka itu…," kesal Yoongi.
Langsung saja semua member memandang ke arah Yoongi yang sedang kesal.
"Bagaimana kita bagi tim saja?" usul Taehyung.
"Yak! Taehyung – ah, untuk saat ini kita tidak bisa pergi kemana – mana. Karena para wartawan masih berkumpul di depan gedung dorm dan gedung agensi," protes Jimin.
"Dan saat ini, Bang Pd nim sulit memberikan ijin kepada kalian untuk menyusul Raena." timpal Sejin.
"Kita pakai mobil Sejin hyung, dan Boomie hyung saja. Dengan begiitu, wartawan dan fans tidak tahu kalau kita keluar," Taehyung tidak mau menyerah dengan keputusannya.
"Aku pasrah saja dengan kalian, di larang pun percuma kalian akan tetap nekat." Manajer Sejin pasrah dengan Taehyung karena jangan bilang tidak kepada anak itu.
"Okey, kita bagi dua tim. Aku , Jungkook dan Seokjin hyung pakai mobil Boomie hyung untuk menyusul Raena. Sementara yang lain, lapor ambulan dan polisi. Setelah itu kalian menyusul kami bertiga," ucap Yoongi mengatur strategi.
"Okey, kajja. Kita berangkat…," ucap Namjoon.
Sementara manajer Sejin, hanya bisa pasrah mengkuti mereka bertujuh, dan mencoba membujuk Bang Shin Hyuk untuk meminta ijin.
***
Sementara itu di kediaman Keluarga Jung, Lien tiada hent menatap kertas berlogo lembaga pengadilan. Dia tidak habis pikir kenapa ada orang yang mengirimi dia sebuah surat perceraian, dan secarik kertas bertuliskan "Tinggalkan Hoseok."
"Di saat Hoseok di culik, kenapa ada yang menyuruhku meninggalkan dia? Padahal, aku perlahan – lahan sudah mencintai dia dan menerima dia," lirihnya sambil mengusap perutnya yang buncit.
"Jangan pedulikan surat itu, Lien –ah." Ujar Taekwoon kepada saudara iparnya itu.
"Aku akan menyimpanya, Oppa. Buat jaga – jaga kalau Hoseok melepasku," kata Lien ragu.
"Yak! Kau jangan berpikiran seperti itu. Aku yakin, Hoseok juga perlahan mulai mencintaimu," balas Taekwoon.
Lien hanya bisa menganggukan kepalanya, sambil mengusap air matanya. Sejak tinggal dengan mertuanya, Lien kira semua terror dan ancaman tidak ada lagi. Tapi, pemikirannya itu salah malah semakin parah aksi terror itu. Di tambah saat ini Raena sedang nekat menemui Tuan Park yang sedang menculik Hoseok.
"Semoga kau baik – baik saja, Raena – ya. Bujuklah haraboejimu agar dia sadar dari dedamnya," ucap Lien dalam hati.
***
Di gedung tua yang terbengkalai milik Tuan Park, Raena menghentikan motornya dan memakirkan sedikit agak jauh dari gedung itu. Ekor matanya tiada henti menelisik seluruh bangunan itu, dan berjaga – jaga siapa tahu ada anak buah dari kakek mendiang ibunya itu.
'Puk!'
Raena terkejut ketika ada seseorang menepuk pundaknya, dan siap ingin menghajar orang itu.
"Yak! Kau mau menghajar sahabatmu sendiri, huh?" ucap orang itu dan membuat Raena semakin kesal.
"Soobin –ah, kenapa kau ikut ke sini?" Raena to the point dan menatap tajam Soobin.
"Aku tidak mau
"Yak! Kau mau menghajar sahabatmu sendiri, huh?" ucap orang itu dan membuat Raena semakin kesal.
"Soobin –ah, kenapa kau ikut ke sini?" Raena to the point dan menatap tajam Soobin.
"Aku tidak mau sahabatku menghadapi tua bangka itu sendirian," ucap Soobin merangkul pundak Raena.
"Aku tidak mau merepotkan kalian semua tentang masalah ini," kata Raena melepas rangkulan Soobin.
"Yak! Kau tidak perlu khawatir. Karena aku akan selalu menjaga gadis yang dicintai Yeonjun hyung," Soobin membelalakan matanya karena dia keceplosan bicara.
Raena hanya mengerutkan dahinya, dan kemudian memutar matanya malas. Lalu dia melangkahkan kakinya meninggalkan Soobin.
"Sekali lagi kau bicara omong kosong kembali. Aku patahkan tanganmu," omel Raena terus melangkahkan kakinya meninggalkan Soobin.
Semakin dalam gedung, Raena dan Soobin menghentikan langkahnya karena tepat di hadapan mereka ada bodyguard dengan tubuh mereka sangat kekar.
"Aku pikir di dunia ini manusia berotot itu Jungkook ahjussi dan Namjoon ahjussi. Ternyata ada dua kali lipatnya mereka di sini," ucap Raena remeh dan hanya dianggukan oleh Soobin.
Karena di saat Raena bicara seperti itu, siap – siap mereka bertarung melawan orang di hadapan mereka.
"Siap – siap ototmu lepas, Soobin –ah." Raena menepuk pundak Soobin dan menatap empat bodyguard dengan tajam.
"Mana atasan kalian?" tanya Raena datar.
"Tuan Park ada di atas rooftop gedung ini. Tapi, sebelum itu kau harus lawan kami dulu," jawab salah satu bodyguard.
"Yak! Aku tidak mau buang tenagaku untuk menghadapi kalian. Karena Appaku di tangan Bos kalian." Raena sedikit kesal dan matanya terus mencari celah agar dia dapat menghindar dari orang – orang berotot besar itu.
"Aish, banyak omong kau bocah tengil…," ucap salah seorang tiba – tiba langsung menyerang Raena dan Soobin.
Untung saja mereka berdua segera menghindar dari serangan itu, dan tidak lama kemudian para bodyguard yang lain ikut menyerang mereka berdua.
"Soobin –ah, waktunya beraksi!" ucap Raena ketika menangkis tendangan dari salah satu bodyguard.
Pertarungan sengit tidak bisa di hindarkan, semakin lama Raena maupun Soobin melawan mereka. Semakin banyak juga bodyguard yang keluar dari persembunyiannya untuk menghalangi mereka. Tanpa Raena sadari, salah satu bodyguard melayangkan tongkat baseball ke pungung Raena.
'Brug!' Raena langsung berlutut sambil memegang pungungnya.
Rasa sakit yang luar biasa di pungungnya, membuat Raena ingin sekali dia berteriak kencang. Namun dia memilih menahannya, dan menatap tajam ke arah orang yang memukulnya.
"Bangsat…!!!" teriak Raena langsung berdiri dan menghampiri orang yang memukulnya.
'Buk!'
'Bak!'
'Klek!'
'Braaaakkkkk!'
Ya, Raena mengahajar habis orang yang memukulnya dengan keahlian bela diri yeoja itu. Sehingga orang itu, jatuh terbanting dengan keras setelah di banting oleh Raena yang sudah emosi.
"Yak! Di mana atasan kalian dengan Appaku?!" emosi Raena menarik kerah kemeja orang itu.
"Tu…tuan.. Park membawanya ke tempat paling atas gedung ini…," ucap orang itu dan mendapatkan bogeman mentah terakhir dari Raena.
"Soobin –ah, urus mereka aku mau ke atas!" teriak Raena berlari menuju arah tangga.
"Raena – ya, jangan gila kau. Terlalu bahaya di sana! Hey….!!!" Soobin bertiak sambil melawan para bodyguard itu.
Namun teriakan itu tidak di hiraukan oleh Raena. Gadis itu terus berlari, menuju tangga rooftop. Meskipun sekejur tubuhnya mulai merasakan kesakitan yang luar biasa.
"Appa, tunggulah. Aku akan menolongmu…," batin Raena mentitikan air matanya dan menyusuri anak tangga.
***
TBC.
ket : Maaf kalau posting lama karena laptopku bukan hanya aku saja yang pakai jadi harus gantian sama adek.