Chereads / Pendekar Mayat Bertuah / Chapter 3 - Raja Tak Bermoral

Chapter 3 - Raja Tak Bermoral

Arya Diputra nampak merasa kesulitan untuk mencari cara agar supaya bisa lekas menyingkirkan Sanjaya yang masih kecil itu, bahkan dia menganggap menyingkirkan Wira dan Prabu Silowangi itu lebih mudah. Butuh waktu berhari-hari Arya Diputra merenung dan berpikir hingga akhirnya pada suatu malam disaat dia hendak tidur dan mulai merebahkan tubuhnya tiba-tiba saja terbersit dalam pikirannya sebuah rencana.

'Yah, tidak ada cara lain untuk bisa menyingkirkan anak Wira itu kecuali dengan membuat ibunya merasa tidak betah tinggal di dalam istana ini, aku akan mencoba untuk membangkitkan kembali rasa cinta Nanda Dharma kepada Putri Mekarsari, karena kalau sampai itu terjadi maka aku yakin kalau Putri Sukmasari itu tidak akan betah tinggal di istana ini lagi,' ujar hati Arya Diputra.

Begitulah akhirnya keesokan harinya Arya Diputra pun segera bergegas menuju ke Istana untuk menemui Prabu Dharma dan karena sudah tahu dengan kebiasaan Rajanya itu maka diapun langsung bisa menemuinya disaat dia mencari.

Lalu dialog pun Diputra mulai, dari berbagai macam topik dia obrolkan hingga akhirnya sampailah pada inti dari tujuan utamanya itu.

"Begini Nanda Pangeran, bagaimana pandangan Nanda Pangeran dengan anak Wira itu?" tanya Arya Diputra memulai.

"Anak itu ganteng, tidak seperti Bapaknya dulu yang bermuka hancur dan mengerikan," jawab Prabu Dharma terlihat seperti orang yang sedang bergidik.

"Terus kalau ibunya?" lanjut tanya Arya Diputra.

"Mekarsari ya tetap cantik meskipun sudah jadi janda," lagi-lagi jawaban Prabu Dharma itu membuat Arya Diputra merasa senang.

"Nah ...! Memang benar Nanda Prabu, menurutku Putri Sukmasari itu makin tambah cantik dan anggun setelah menjadi janda, tidak kah Nanda Prabu Dharma ingin memilikinya juga?" tanya Arya Diputra mulai masuk ke inti pembicaraan.

"Paman kan sudah tau kalau sejak dulu itu aku memang sudah menyukai adikku itu ..." balas Prabu Dharma mengungkapkan fakta lamanya.

"Ya ya ... Paman tahu, dan dulu itu Nanda Prabu tidak berani merayu Putri mekarsari kan karena takut dengan Prabu Silowangi ... benarkan?"

"Yah, benar," jawab singkat Prabu Dharma.

"Maka dari itu sebelum ada laki-laki lain yang mendekatinya lebih baik segera saja Nanda Prabu bertindak lebih dulu, karena dengar-dengar Putri Mekarsari itu sudah diincar oleh Bagaskara," ujar Arya Diputra mulai melancarkan jurus fitnahnya.

"Apa katamu Paman?! Bagaskara ingin berani mengambil Mekarsari adikku?!"

"Yah, benar!" sahut Diputra dengan entengnya.

"Kurang ajar! Bukankah saat ini dia sudah membuka perguruan silat?" tanya Prabu Dharma berlanjut.

"Yah memang, tapi sampai saat ini juga dia itu masih belum punya istri!" timpal Arya Diputra.

"Makanya Nanda Prabu gerak cepat saja, sebelum Putri Mekarsari benar-benar jatuh ke pelukan Bagaskara, karena saya sangat yakin dengan keadaannya yang sekarang, pasti Putri Mekarsari juga mau kalau seandainya dia diminta Bagaskara untuk jadi istrinya, terlebih saat ini Putri Mekarsari itu sudah tidak punya siapa-siapa lagi di istana," ujar Arya Diputra mencoba terus mempengaruhi Raja muda itu, dan memang benar bahwa saat ini Putri Mekarsari ibunda Sanjaya itu bisa dibilang cuma sebatang kara alias sudah tidak memiliki keluarga lain kecuali Putranya itu, karena Ayahnya Prabu Silowangi sudah tiada, ibunya Selir Retno juga telah meninggal beberapa bulan yang lalu akibat sakit.

Begitulah akhirnya mulai saat itu Prabu Dharma terlihat mulai kembali mendekati adiknya itu, sesuatu yang dulu pernah dia lakukan dan selalu kandas, dengan kondisi yang dinilai sudah berbeda Raja muda itu berharap semoga asanya itu bisa terwujud.

Akan tetapi rupanya kenyataan berbicara lain, disaat sang Prabu mulai menjalankan niatnya, dia pun segera bergegas mengunjungi adiknya yang beda ibu itu, dan tanggapan datar juga sikap yang dingin nampak ditunjukkan olehnya, situasi yang sebenarnya juga sudah diprediksi sebelumnya.

Mendapat perlakuan seperti itu sudah tentu membuat Raja muda itu menjadi sewot, namun ternyata jiwa mata keranjangnya itu lebih kuat mempengaruhi dirinya, jadi meskipun dicueki oleh Putri Mekarsari tidak langsung membuat Prabu Dharma itu menyerah begitu saja, bahkan sebaliknya dia merasa semakin penasaran untuk terus mendekati.

Adapun alasannya itu sudah jelas, yaitu karena dengan makin cantik nya sang Putri, apalagi saat ini dia sudah berstatus menjadi janda, pokoknya yang ada dalam benak Prabu Dharma saat ini adalah "Pesona janda lebih menggoda", begitulah kira-kira.

Gagal di percobaan pertama Prabu Dharma pun segera merencanakan untuk melakukan percobaan yang kedua, dan untuk kali ini diapun nampak melakukan persiapan yang lebih matang, yakni dengan berdandan dengan dandanan yang lebih menarik dan tidak lupa sang Prabu pun juga nampak membawakan hadiah untuk Putri Sukmasari.

Lalu dihari yang sudah dia rencanakan akhirnya bergegaslah Prabu Dharma berjalan menuju ke Istana Kaputren, Istana yang memang sudah jadi tempat tinggalnya Putri Sukmasari, dengan dandanan sebagai raja yang komplit dengan berbagai macam aksesoris dia pun melangkah dengan langkah yang penuh wibawa, bau harum pun nampak begitu semerbak, dan karena saking kuatnya, bau itu pun sampai tertinggal di setiap sudut ruang dan lorong yang dia lalui.

Begitu tiba di Istana Kaputren Prabu Dharma nampak melihat suasana di situ terlihat sepi, hanya ada dua Prajurit jaga yang terlihat sedang ngobrol di teras Kaputren, dan karena saking seriusnya ngobrol dua prajurit itu nampak tidak menyadari dengan kedatangannya.

"Prajurit ...!" panggil Prabu Dharma langsung mengagetkan mereka berdua.

"Oh Gusti Prabu!" seru dua prajurit itu dengan langsung duduk berjongkok dan menghaturkan sembah hormatnya.

"Ampun Gusti Prabu, hamba berdua tidak menyadari bahwa Gusti Prabu Dharma telah tiba," ujar salah satunya.

"Tidak apa, eh ... apakah Mekarsari ada di dalam Kaputren?" tanya Prabu Dharma dengan sedikit merunduk dan melirihkan suaranya.

"Ada Gusti, mungkin saat ini Tuan Putri Mekarsari sedang mandi, karena baru saja Pangeran Sanjaya pergi berangkat belajar, dan biasanya setelah perginya Pangeran Sanjaya Tuan Putri itu mandi dengan ditemani Dayang," jawab Prajurit jaga itu memberi informasi.

"Oh begitu ya? Baiklah kalau begitu aku akan langsung masuk saja," ujar Prabu Dharma dengan langsung bergegas masuk ke dalam Kaputren.