Kenapa Lucian harus dibesarkan di dunia manusia?
Apa yang berbeda darinya?
Lalu, kenapa harus aku yang dipilih untuk menjadi kakaknya?
Kenapa, kenapa, dan kenapa?
Kepala dipenuhi oleh banyak pertanyaan tentang adiknya, pikiran Lucius jadi sedikit kacau. Melangkah seperti orang tidur sambil berjalan--- hanya saja matanya terbuka dan tatapannya kosong.
"Jalan sambil melamun, kamu bisa menabrak."
Hampir saja Lucius menabrak Triamus yang sedari tadi memang sudah berada di lorong ruang tengah tak jauh dari pintu kamar Lucian untuk menguping.
Triamus sedikit terkejut dengan sikap tenang yang Lucius tunjukkan, bahkan di mata sayu pemuda usia 22 tahun itu dia tidak menemukan emosi apa pun.
Berdiri berhadapan hampir sama tinggi, Triamus merasa dirinya sangat kecil. Pria berjenggot putih tipis itu tanpa sadar menelan ludah gugup saat mata cokelat Lucius menatap lekat langsung ke dalam mata hitamnya, seperti hendak menggali semua yang tersembunyi di dalam benak Triamus.