Ah! Atau barusan sudah membahas hal itu lewat cara ciuman. Yang pasti, otak Rara sulit mencerna segala hal saat ini. Dan itu bertahan sampai jam istirahat dan Arial bingung dengan tingkahnya di kantin.
"Ra? Ra?" tanya Arial. Dia mengayun-ayunkan sumpit di depan wajah Rara.
Rara pun tersentak kaget. Dia segera tersadar dan pada akhirnya merona lagi saat menatap wajah Arial. Ah, sial. Bukan matanya. Rara langsung menatap bibir kemerahan cowok balsteran itu, padahal biasanya nggak seperti itu.
Rara pun memukuli kepalanya sendiri dalam imajiansinya. Bodoh Rara! Bodoh sekali Ya ampun!
"Kamu kenapa?"
"Nggak papa kok. Ahaha…"
"Yakin?"
"Iya."
"Tapi mukamu merah gitu. Demam ya?"
Wajah Rara semakin pekat karena ucapan itu. Dia pun meremas sumpit mi ayamnya di bawah meja. Diam-diam ingin menonjok Arial sekuat mungkin tapi tentu saja tidak bisa.
"Nggak kok. Kepanasan aja sama mie dan sambelnya haha."
"Oh…" kata Arial.
Anehnya cowok itu nggak protes atau nanya lebih lagi. Dia hanya menukar mie ayamnya dengan Rara, bilang yang punya dia lebih dingin karena datangnya lebih awal, dan menyuruh Rara makan mie-nya terlebih dahulu.
"Hei, nggak. Aku nggak mau begitu."
"Nggak papa kok, Ra."
"Pokoknya aku nunggu yang itu anget juga. Kita nggak perlu buru-buru. Toh waktu istirahatnya masih lama."
Arial pun nyengir. "Makasih, My Rara."
Ugh.
Syukurlah Arial ternyata tidak berubah. Cowok itu tetap menuju padanya meskipun harus melakukan beberapa adegan romantis lain bersama Mira minggu depan. Kata Rizky dan Johan, itu karena gerakan dansa Pangeran Anthony dan Rapunzel belum selaras dengan baik. Jadi, siap-siap saja Rara makan hati lagi ahhh!
Pulang sekolah, Arial mendadak membahas soal rencana kencan mereka yang belum kejadian karena seminggu lalu mendadak sering ulangan harian dari guru. Jadi mereka pun harus menghabiskan banyak waktu untuk belajar. Dan betapa terkejutnya Rara kalau Arial masih ingat soal hal itu.
"Aku mau ke akuarium," kata Arial. Sambil scroll-scroll layer ponselnya. Cowok itu menunjukkan Rara layarnya. "Lihat? Kata situsnya ini adalah hal yang nggak boleh terlewat jika kencan pertama kali. Hahaha…"
"Ah, kenapa kamu ikut-ikutan sama situs sih?"
"Emang kenapa?" tanya Arial. "Daripada bingung kan? Lagian ini juga kencan pertama buat aku."
"Eh?"
"Kamu masak nggak tahu kalo aku belum pernah pacaran juga?" tanya Arial. "Come on, Ra. Jangan-jangankau pikir selama ini aku punya cewek diam-diam kan?"
Rara pun menggeleng pelan. "Nggak… N-Nggak kok. Kamu kok gitu sih. Jangan nuduh sembarangan."
"Bercanda," kata Arial. Lalu menggandengan tangannya saat naik masuk ke dalam bis kota. Cowok itu mengalah saat hanya ada satu kursi yang kosong, dia tersenyum saat ada seorang paman-paman menggodai kenapa nggak dipangku saja pacarnya, Mas? HAHA! Apaan sih… Rara jadi menahan malu sepanjang perjalanan hingga ke rumah Arial.
Harusnya langsung pulang, tapi Arial bilang siang ini Rara wajib main ke rumahnya karena teddy besar buat hadiah anniversary persahabatan mereka masih di sana. Mereka harus mengambilnya sama-sama sebelum Arial gentian berkunjung ke rumah Rara.
Sayangnya, Rara mendadak berubah pikiran. Gadis itu ngomel-ngomel Ketika melihat betapa kotor rumah Arial setelah ditinggal sibuk belajar gila-gilaan untuk ulangan seminggu kemarin. Dia pun membantu Arial untuk membersihkan tempat itu lebih dahulu sebelum berencana untuk pulang.
Rencana… ternyata akhirnya hanya menjadi rencana. Pukul setengah tiga sore acara beres-beres itu baru selesai. Arial sampai tertawa keras karena Rara memukul kepalanya setelah menggodai gadis itu.
"Hehe… pinter sekali sih calon istri masa depanku," kata Arial.
"Apa katamu?!" kaget Rara. "Aku kan… aku kan Cuma prihatin kenapa rumah ini begitu berantakan. Lagian, kamu juga jorok banget. Masak semingguan Cuma belajar kan gak mungkin. Pasti kebanyakan main PS sampai-sampai rumah ini nggak keurus."
"Nggak salah sih. Astaga…"
Arial justru mengeluarkan sebotol coca cola dari kulkasnya sebelum Rara marah-marah lebih lanjut. Gadis itu merona saat akan mengambil gelas penuh yang diberikan Arial. Bukannya benar-benar, cowok itu ternyata hanya menggodanya. Gelas dijauhkan, Arial lantas menangkapnya ke dalam pelukan hangat.
"Jangan marah terus dong plis," kata Arial. Padahal Rara sedang menahan dag-dig-dug di dalam dadanya sendiri saat itu. "Aku jadi bingung mau bahas kelanjutan kencannya tahu."
"Oke… oke. Aku paham," kata Rara. "Tapi boleh nggak kamu lepasin aku dulu?" tanya Rara.
"Lepasin? Hell… nggak," kata Arial. Dengan seringai jahil dia menatap mata Rara dan menyurukkan pipinya. "Aku mau dicium dulu dua kali. Satu di kanan. Satu di kiri. Bagaimana?"
DEG
"A-Apa?"
"Masak nggak jelas sih…" kata Arial. Dia semakin mendekatkan pipinya, tapi Rara justru berdebar keras melihat bibir itu. Dia pun memandangnya beberapa saat kala Arial menutup mata. "Oke, kalau malu aku tutup mata aja deh. Udah baik hati ini."
Ahhh! Kalau seperti ini ikan Rara jadi ingat terus dengan kata-kata Rizky. Yang katanya jangan polos mulu. Sial… Rara bukannya polos! Tidak! Dia hanya belum pernah pacaran dan merasakan segalanya sedekat ini.
Rara pun kesal. Di justru nekad dan meraih tengkuk Arial dan kemudian menyatukan bibir mereka.
"!"
Detik itu juga Arial pun membuka mata. Dia jelas terkejut luar biasa. Rara yang menyerang lebih dulu saja kaget dengan suara debaran di dada Arial yang mendadak begitu keras hingga beradu hebat dengan miliknya sendiri. Tapi nyatanya cowok itu diam. Bahkan Ketika Rara sudah berada di ambang batas kesabarannya.
UGH!
Jengkel sekali jika ingat Arial berciuman dengan Mira tadi di atas panggung. Enak saja! Arial miliknya! Arial miliknya! Dan dirinya adalah princess sesungguhnya dalam kehidupan cowok ini.
Rara pun memperdalam ciuman mereka langsung setelah melepaskan bibir Arial selama beberapa detik. Rasanya gila. AHH.. Jadi begini ya sensasi berciuman dengan seseorang?
Rara bahkan lemas sendiri dan akhirnya membuat Arial bersandar pada meja makan di samping kulkas saat dirinya masih mengoyak isi mulut cowok itu. Dan saat mereka sudah melepaskan diri, Rara berani bertaruh dirinya ingin tenggelam ke dasar bumi detik itu juga.
Lihat Arial. Padahal cowok itu mencium Mira begitu dalam di atas panggung tadi, tapi wajahnya tidak semerah saat melakukannya dengan Rara. Rizky lagi-lagi benar. Sepertinya cowok itu senang. Jauh daripada Mira yang bukan siapa-siapa dalam kehidupannya.
Dia bahkan balas memeluk Rara kaku. Tangannya yang memiliki otot-otot halus cowok remaja bertengger lemah di pinggang Rara yang ramping. Dia memejamkan mata Ketika Rara mendekat lagi untuk mengecup keningnya. Lama. Gadis itu juga mengusap jejak saliva tipis di sudut bibirnya akibat ciuman mereka.
Beberapa detik kemudian, Arial lalu tertawa dan memeluk Rara semakin erat. Wajahnya bertengger di bahu gadis itu dan kemudian menghirup lehernya yang manis.
"Rara dasar curang…" keluhnya. Rara yang semula berdebar gila dengan aksinya barusan pun merasa lega. "Aku harusnya yang mengawali. Kenapa kamu. Ini nggak adil. Aku kan cowoknya… hahaha…"
Dada Rara nyeri mendengar itu, namun diam-diam dia juga bersyukur Arial menyukainya.
"Habisnya kesal. Kamu nggak tahu rasanya jadi aku. Duduk diam di kursi penonton gitu aja liatin kamu sama Mira begituan," kata Rara. "Menurutmu aku harus gimana kalau nggak maju duluan? Lagian kamu juga suka usil. Aku nggak mau di PHP lagi Cuma karena cemburu—"
"Hoho… jadi kamu cemburu ya…"
DEG
Rara pun terdiam dengan kata-katanya sendiri. Hanya sejenak. Dia lalu melepaskan Arial dan mencubit kedua pipinya kesal. "Iya, banget. Puas kan sekarang? Jadi awas aja kalau kamu macem-macem dan sampai berubah perasaan sama Mira." ancamnya. "Nggak bakal ada lagi kesempatan kedua buat kamu."