***
Disisi lain, Ashley berhasil masuk kedalam gudang tua dan mengalahkan beberapa orang-orang didalamnya. Setelah mengalahkan orang-orang yang bertugas menjaga wanita yang disekap, Ashley langsung berlari kearah wanita itu dan melepaskan tali yang mengikat. Kita panggil saja wanita ini adalah, Sarah.
"Tenang, saya kesini menyelamatkan kamu," ujar Ashley seraya melepaskan tali yang mengikat. Sarah hanya diam dan mengikuti semua arahan Ashley.
Setelah merasa aman, Ashley bersama Sarah keluar dari gudang tua tersebut melalui jendela.
Sedangkan di sisi Alfred, Alfred berjalan mengendap-endap menuju suatu bagian ruangan yang berada didalam gudang tua tersebut.
Sesampainya di sana, Alfred memperhatikan sekelilingnya. Kemudian ia menembak dua orang yang sedang berada disalah satu komputer.
Setelah merasa suasana aman, Alfred berjalan mendekati komputer tersebut. Ia mengeluarkan flashdisk lalu menyalin semua data-data komputer tersebut serta menukarnya dengan yang palsu.
Butuh waktu lima menit, Alfred berhasil menyelesaikan misinya. Ia kembali berjalan ketempat asalnya dan berpura-pura menjadi pembunuh bayaran. Ia menaiki tangga, karena diperintahkan untuk memperhatikan kondisi dari atas.
Alfred berdiri dilantai dua dan memperhatikan kondisi dibawah. Ia melihat semua telah bersiap diposisi untuk meluncurkan aksinya saat anggota CIA datang. Alfred tersenyum melihat itu. Padahal anggota CIA yang akan mereka bunuh telah datang sejak tadi. Tiba-tiba saja Edward datang mendekat.
"Tom, kamu harus berhati-hati ya. Karena anggota CIA yang kita akan musnahkan ini adalah anggota CIA terlatih," ujar Edward.
"Hmm tidak ada yang paling hebat selain saya," ujar Alfred dengan nada suara pembunuh bayaran yang asli. Sebelumnya Alfred sempat mendengar nada suara pembunuh bayaran yang dilumpuhkannya, sehingga ia bisa menirunya.
"Aku tahu, kamu yang paling hebat disini. Kita harus selalu melindungi Harrison," ucap Edward.
Begitu terkejutnya Alfred mendengar nama Harrison karena Harrison yang dikenalnya adalah atasannya.
"Harrison ternyata lebih licik dari kita, dia diam-diam mengkhianati anggota CIA," kata Edward. Alfred menunduk kemudian mengeluarkan sebuah cairan dari saku celananya dan memberikannya kepada Edward.
"Minum ini, agar kamu semakin kuat," pinta Alfred. Edward menoleh kearahnya, kemudian ia langsung meminum cairan yang diberikan oleh Alfred.
Sehabis ia meminum cairan tersebut, hal aneh terjadi. Ia merasakan sakit yang luar biasa hingga akhirnya Edward mati. Alfred tersenyum, karena satu musuh telah dikalahkan.
Kini targetnya sudah berbeda saat ia mengetahui Harrison berkhianat. Target yang kini diincarnya adalah seorang wanita yang sebenarnya bukan targetnya, dia bernama Alanna.
Alfred akan memanfaatkan wanita tersebut yang dikatakan oleh Harrison bahwa wanita itu hanya sebuah hiburan di sana.
Alfred berjalan kebawah dan melihat wanita yang dimaksudnya sedang duduk sembari memakai sepatunya. Alfred mencurigai sesuatu dari sepatu yang dikenakan wanita tersebut. Alfred duduk di samping wanita tersebut dan merangkulnya.
"Kamu sudah bersiap untuk penyerangan?" tanya Alfred.
"Hahaha Tom, aku akan menyerang mereka menggunakan pistol sepatu ini. Mereka begitu lemah bagiku. Aku juga telah menyiapkan peledak dari mic itu," jawab Alanna.
"Hmm, kamu begitu cerdas. Aku sarankan kamu pakai lipstik agar nanti, saat dia datang kamu bisa maju dan menggodanya terlebih dahulu," saran Alfred.
"Benar juga tapi tadi aku tidak membawa lipstik," singkat Alanna.
"Pakailah ini," Alfred mengeluarkan lipstik dari saku celananya. Alanna berniat untuk mengambil lipstik tersebut namun Alfred langsung menyembunyikannya.
"Biar aku yang pakaikan," ujarnya, merasa ada yang ganjal disini. Namun Alanna menurutinya karena mengingat peran Alfred yang penting disini. Alanna mengangguk, kemudian Alfred memakaikan lipstik tersebut ke Alanna.
Namun saat Alfred sudah hampir memakaikan Alanna lipstik...
"Sorry," ternyata lipstik milik Alfred itu adalah tembakan namun pelurunya telah diganti jadi obat bius oleh Alfred. Seketika pun Alanna tak sadarkan diri.
Alfred langsung mengikat tangan dan kaki Alanna serta melakban mulut Alanna, kemudian membawanya menuju keluar.
Namun sebelum itu Alfred harus mengalahkan para semut yang berkerumun alias anak buah Edward.
"Hmm tugas kali ini begitu mudah," ujar Alfred. Kemudian Alfred mengeluarkan beberapa tikus dari kantung celananya serta mic dipasang disekitar anak buah Edward.
Setelah itu Alfred menaiki tangga dan berjalan dilantai dua seraya membawa Alanna. Kemudian tikus serta mic yang telah dipasang nya meledak sehingga membakar semua orang yang ada didalamnya kecuali Alfred dan Alanna.
Karena saat ledakan itu terjadi, Alfred melompat dari ketinggian dan mendarat dengan selamat.
Ashley sempat menghindar saat terjadi ledakan tersebut dan ia melihat Alfred yang berdiri. Sebelumnya Alfred sudah melepaskan topeng penyamarannya dan memakai masker miliknya.
Ashley berlari kearah Alfred sembari membawa Sarah.
"Wallace? siapa wanita itu?" tanya Ashley.
"Alat terpenting, kita dijebak," jawab Alfred sembari menatap tajam kearah Sarah. Kemudian Alfred mengeluarkan pistol dari saku celananya dan menembak Sarah tepat di bagian jantung. Seketika itupun Sarah langsung mati ditempat, begitu terkejutnya Ashley saat melihat itu.
"Wallace! kau gila, ya? kenapa wanita ini malah kau tembak?" bentak Ashley.
"Itu bukan Sarah yang asli, itu hanya palsu. Dia anak buah Harrison yang disuruh untuk menyamar jadi Sarah," jelas Alfred.
"What? Harrison? jadi Harrison lah dalang semua ini?" Ashley begitu terkejut mendengar nama Harrison.
"Ya, dia pengkhianat. Aku khawatir dengan teman-teman ku. Tapi sekarang kita punya kunci untuk melumpuhkan Harrison," kata Alfred. Ashley menatap kearah Alanna kemudian bicara.
"Sudahlah kita balik ke markas tapi bukan markas yang dulu lagi. Aku ada tempat rahasia disini," ajak Ashley. Alfred mengangguk pelan kemudian melemparkan kunci mobil ke Ashley.
"Kamu bawa mobilnya sekarang," pinta Ashley.
***
Beberapa jam kemudian...
Ashley keluar dari kamarnya setelah membasuh dirinya serta mengganti pakaiannya. Ia tak sengaja melihat Alfred yang duduk di kursi seraya mengobati luka di kakinya.
Ashley berlari kearahnya dan berniat untuk mengobatinya.
"Sini ku obati saja," teriak Ashley seraya berlari. Alfred yang mendengar suara teriakan Ashley langsung buru-buru menggunakan masker nya yang sempat dicopot.
"Tidak usah, aku lebih ahli mengobati luka kecil seperti ini," singkat Alfred.
"Masa? aku jago juga," Ashley bertingkah seperti anak kecil.
"Jago saya lah, kan saya dokt..." Alfred tidak melanjutkan kata-katanya.
"Dokter?" tanya Ashley. Alfred menggeleng.
"Hanya orang biasa," singkat Alfred.
Ashley duduk disebelah Alfred persis sembari memperhatikan goresan ditangan Alfred yang membentuk huruf X. Ia merasa seperti tidak asing dengan goresan tersebut.
"Itu goresan udah lama ya?" tanya Ashley yang membuat Alfred menoleh.
"Goresan yang mana?" tanya balik Alfred.
"Itu yang membentuk huruf X," Ashley menunjuk kearah goresan yang dimaksud.
"Iya udah lama," singkat Alfred.
"Sejak kapan goresan itu ada?" tanya Ashley lagi.
"Sejak....KEPO kamu. Sudah lebih baik kamu periksa Alanna, aku mau bersiap juga menjemput Jennifer dan lainnya," Alfred berdiri dan membereskan barang yang dikeluarkan dari kotak P3K. Dengan wajah yang kesal, Ashley berjalan ke suatu kamar untuk memeriksa Alanna.