Bel masuk sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Namun di kelas Abian belum juga hadir seorang guru.
Abian memang tak pernah minat untuk belajar, namun yang ingin dilakukannya hanyalah mengusir kebosanan.
Genta, teman sebangku sekaligus sahabat yang biasanya melawak kini terlelap. Abian mengubah arah pandangannya pada Revan. Namun pemandangan tak jauh berbeda pun tampak disana. Dasar tukang kebo! pikir Abian.
Sedangkan Rizky, ia selalu saja memainkan ponselnya tak tahu waktu. Entah apa saja yang dilakukan temannya hingga selalu asik dengan benda pipih itu.
Bangku Abian terletak di sudut belakang kelasnnya. Dari posisinya, Abian bisa melihat aktivitas seluruh teman sekelasnnya.
"Ky, cabut yuk! Gabut gue," ajak Abian sambil berdiri mendekati meja Rizky yang tepat ada disebelahnya.
"Cabut kemana? Gue gak mau ah! Ntar kena mimi peri lagi," ucap Rizky tak setuju, karena sang mimi peri selalu berkeliling saat jam pelajaran seperti ini.
Mimi peri di sekolah Abian berbeda jauh dengan mimi peri lainnya. Mimi perinya bukanlah membantu, malah menambah pecah kapasitas otak mereka. Omelan omelan selalu terdengar di telinga mereka seolah tanpa jeda koma. Siapa lagi kalau bukan Bu Diah. Sang guru BK.
"Yah ga asik lo!" kata Abian sambil berlalu meninggalkan Rizky.
"Eh dasar lo tai kebo, ngambekkan bat jadi orang," ledek Rizky padanya. Namun namanya sahabat tetap sahabat. Sejengjel jengkelnya Rizky pada sobatnya, ia akan terus mengikutinya.
Rizky keluar kelas, mengejar langkah Abian berjalan di koridor yang cukup ramai disana.
"Kita mau kemana nih?" tanyanya setelah berhasil mengimbangi langkah Abian.
Sedangkan Abian pura pura kaget dengan kehadirannya. Ekspresi wajah yang dibuat buat itu menatap Rizky yang ikut menghentikan langkahnya.
"Eh ada Rizky, tadi katanya nggak mau? Kenapa sekarang kamu ikutin aku? Kamu pasti khawatir kan sama aku kekasih halalmu?" kata Abian mencolek colek dagu Rizky. Ia mengedipkan satu matanya nakal kearah Rizky yang menatao geli. Mulutnya sedikit tertutup oleh tangannya yang terangkat karena sedikit tawa tersungging dibibirnya. Komplit seperti banci di luaran sana.
"Najis oncom!" hardik Rizky meninggalkan Abian teman laknatnya. Langkah mengarah menuju rooftop di dekat sana.
"Yaelah dasar babi congek!" teriak Abian tanpa berniat menyusul langkah Rizky.
"Kambing congek ogeb! Sejak kapan berubah jadi babi?!" jawab Rizky memutar 180° badannya menghadap Abian yang lagi lagi menutup mulutnya. Ekspresi kaget kembali dibuat buatnya.
"Lho kamu lupa sayang? Kan itu panggilan sayangku untukmu kekasihku," malu. Itulah keadaan Rizky saat ini. Apalagi melihat sekeliling yang dipenuhi siswa siswi yang tengah menahan tawa melihat dua sejoli ini.
Dengan cepat, Rizky berjalan ke arah Abian menghimpit kepala diketiak super baunya.
"Busuk!" teriak Abian yang masih berada di himpitan tangan Rizky.
"Bodoamat! Rasain tuh kekuatan alami dari ketiak gue! Nih nih!" hardik Rizky sambil terus menggesekkan ketiaknya di rambut kebanggaan Abian.
"Hei kalian lagi apa?" suara itu! Keduanya pun langsung menoleh ke arah sumber suara. Dia? Keana!
Keduanya pun langsung melenggangkan jarak yang sempat terkikis diantara mereka. Sumpah demi apapun, untuk pertama kalinya Abian malu sejadi jadinya. Dan itu pun di depan Keana.
"Eh elo, kita nggak ngapa ngapain kok, ya kan?" senggol Abian ke bahu Rizky. Namun rupanya senggolan itu dilakukan Abian dengan penuh dendam, hingga salah satu kaki Rizky terjerembab ke got penuh air disebelahnya.
"Elo kalau dendam bilang dong, Yan!" ucap Rizky tak terima sambil mendorong bahu Abian. Dengan cepat Rizky melepas sepatu kirinya yang sudah basah. Entah seperti apa baunya sekarang.
"Tiupin sepatu gue sampe kering!" suruh Rizky menyodor nyodorkan sepatunya yang basah kuyub itu. Baunya sungguh menyengat hingga Abian pun spontan menutup hidungnya. Abian langsung berlari menjaga keselamatan hidungnya. Hingga akhirnya aksi kejar kejaran itu pun terjadi diantara mereka meninggalkan Keana yang menatap dengan tatapan cengonya.
Keana hanya bisa tersenyum sambil geleng geleng kepala. Ia melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti karena mereka. Tujuannya saat ini adalah kantin.
Koridor sudah tidak seramai tadi. Para siswa yang tadi keluar kelas kini sudah pergi. Keana bersenandung pelan menikmati perjalanannya. Hingga kakinya sampai di tempat tujuannya. Langkahnya kini beralih menuju stand bakso untuk memesan makanan kesukaannya.
"Mang, baksonya 1 sama jus jeruknya satu, ya!" ucap Keana sambil tersenyum.
"Siap neng Ana," jawab Mang Ujang, penjual bakso itu.
"Saya juga ya pak, samain aja!" teriak seseorang tiba tiba dari belakang Keana yang langsung membuatnya kaget. Spontan Keana langsung mengelus pelan dadanya dan langsung berbalik menghadap si pelaku.
"Regan, lo ngapain disini?" tanya Keana dengan polosnya.
"Cuci baju gue mah!" jawab Regan sebal. "Ya makanlah, sayang!" lanjut Regan dengan suara yang cukup keras. Embel embel sayang yang ia ucapkan cukup mengundang perhatian beberapa orang yang ada disana. Termasuk dua orang yang bermain kejar kejaran disana.
Abian melotot melihat Regan. Matanya menangkap saat musuh bebuyutannya sedang mengacak gemas rambut Keana. Sedangkan Keana hanya mengerucutkan bibirnya pertanda sebal. Sangat imut. Apalagi dengan didampingi Regan yang badannya lebih tinggi seolah siap melindungi. Sungguh pasangan serasi.
Mata Abian mulai memanas. Ia langsung mengambil langkah besar mendekati dua insan itu meninggalkan Rizky yang sedikit bingung dibuatnya. Bukankah mereka saudara?
"Eheem," dehem Abian tepat disebelah Regan yang memunggunginya. Regan tengah menghadap kearah gadis kecilnya. Namun yang lebih membuat ia lebih kesal lagi adalah ketika deheman yang sengaja ia keras kerasnya tak digubris sama sekali oleh mereka.
"Mang, kayak biasa, ya!" teriak Abian tepat di telinga Regan. Regan pun berjingkat kaget ketika suara setan menggema di telinganya.
"Eh makhluk astral ngapain lo teriak di kuping gue?! Lo pikir kuping gue kagak budek apa," oceh Regan dengan tangan yang sudah menarik kerah baju Abian. Namun bukan Abian namanya kalau ia tidak berbuat masalah.
"Mikhlik istril li, iming kiping gii kigik bidik nipi," jawab Abian menye menye. Regan pun tak habis pikir dengan kelakuan teman lamanya ini. Selalu saja memancing emosi.
"Lo emang bener bener minta dihajar ya!" sarkas Regan bersiap menghantam rahang tegas milik Abian.
"Regan lo apa apaan sih? Lo ga boleh asal nonjok gitu aja, Gan!" ucap Keana berusaha menengahi.
"Eh nggakpapa kok, kalau mau tonjok aja! Nih! Gue juga pingin berantem sama elo biar bisa dapet skorsing," jawab Abian dengan entengnya. Benar benar kelewat malas.
"Bang, lo sehari aja kagak betingkah nggak bisa, ya?" tanya Keana saking herannya melihat tingkah sehari hari Abian. Di rumah dan sekolah. Sungguh 360° perbedaannya.
"Enggak bisa dong, lha kan gue harus tetep berulah supaya lo bisa ngeliat tingkah lucu gue tiap hari," jawab Abian dengan memandang intens kedua bola mata Keana. Mata Abian menangkap kedua pipi gembul Keana yang sedikit memerah.
Kenapa sih elo jadi kakak gue? batin Keana dalam hati.
"Udah udah mending kita duduk aja," ujar Keana setelah berhasil menetralisir rasa gugupnya.
Keana berjalan mendekati sebuah meja kosong di sudut kantin sana. Langkahnya diikuti Regan dan Abian yang mengintilinya dari belakang.
Tatapan Abian dan Regan sama sama nyalang. Keduanya tak henti hentinya untuk saling menyenggol bahu. Tatapan mereka sengit. Siap untuk beradu mendapatkan apa yang sama sama mereka inginkan.
Keana pun mendaratkan pantatnya ke salah satu kursi disana diikuti oleh dua orang yang masih sama saling tatap. Keana mengedarkan pandangannya ke seluruh area kantin. Namun netranya menemukan seseorang yang tak asing. Ia pun melambaikan tangannya mengisyaratkan untuk datang ke mejanya.
"Rizky, sini!" merasa dipanggil, Rizky yang sedari tadi mengawasi tingkah aneh temannya itu pun menatapnya mereka.
Rizky menjawabnya dengan anggukan kecil lalu segera berjalan mendekat kearah mereka.
"Kamu udah pesen belum?" tanya Keana setelah Rizky duduk diantara ketiganya. Abian dan Rizky bersebelahan. Dan di depannya ada Keana dan disampingnya Regan.
"Udah kok barusan," kata Rizky yang hanya dijawab anggukan ringan Keana. Tak ada percakapan apapun diantara mereka. Mereka sama sama terlalu canggung untuk memulai pembicaraan. Terlebih lagi dengan status mantan teman yang terjadi diantara Regan dan Abian.
"Ini makanannya udah dateng, sok atuh dimakan," kata Mang Ujang yang datang sambil membawa 4 porsi bakso dan minuman milik mereka.
"Makasih mang," jawab mereka serempak.
Dengan lihai, tangan Keana pun mulai mengambil sambal dihadapannya dan mulai memasukkan ke mangkok bakso miliknya.
1 sendok. 2 sendok. 3 sendok. Seluruh pergerakannya ditangkap oleh mata Regan.
"Stop Kean, nanti perut lo sakit," kata Regan sambil memegang tangan Keana yang hendak menuangkan sambal untuk ke empat kalinya.
Abian yang sedari tadi tengah fokus untuk meracik baksonya pun menatap dua orang yang saling berpegangan itu.
Hawa panas kembali dirasakannya. Abian langsung menyampurkan bakso hasil racikannya dan langsung menukar dengan mangkok milik Keana.
Sedangkan Keana dan Regan hanya bisa memandang pergerakan Abian. Ia mulai melahapnya.
"Ya ampun, pedes banget! Keana emang bener bener gila kalau ambil sambel! Tapi nggakpapa sih, sekali kali berkorban buat dia, demi tinta," ucap Abian dalam hati
"Lho kok dituker sih?" tanya Keana sedikit merengek. Itu lucu di mata Abian. Melihat gadis kecilnya yang selalu kuat kini merengek dihadapannya.
"Gue nggak mau lo sakit!" ucap Abian santai namun itu berhasil membuat kedua pipi Keana merona kembali.
"Kalian seriusan adek kakak?"