Keana masih tetap diam sembari menundukkan kepala. Gadis itu duduk di depan sebuah kantor polisi di pusat ibukota. Tatapannya terus saja menunduk sembari memainkan jemarinya.
Dalam diamnya pula, gadis itu menahan isakan tangis agar sebisa mungkin tak didengar oleh orang-orang di sekitarnya. Rasanya begitu perih saat mengetahui sang Bunda tak boleh ditemui oleh siapapun termasuk dirinya.
Ia juga tak bisa mengatakan sebuah ucapan walaupun sekedar sebuah semangat pada sang Bunda. Memandang wajahnya untuk satu kali saja tak bisa. Ini adalah saat dimana sang Bunda memerlukan seorang dukungan dari orang yang terdekat. Dan kali ini, wanita itu hanya memiliki dirinya. Sang putri yang hanya satu-satunya orang yang masih percaya.
