"Bunda," panggil Abian dengan ada yang gemetar. Lelaki itu langsung berjalan mendekat kearah sang Bunda. Dan tepat saat itu juga, Abian langsung bersimpuh di depannya. Maniknya telah berkaca-kaca. Tatapannya menatap penuh harap pada wanita di depannya. Dengan terhalang oleh air mata yang ada di pelupuk, tangannya terus menggenggam erat tangan sang bunda.
Namun hal yang berbeda terlihat dari orang yang berbeda pula. Megalani terlihat tak suka. Tatapan yang semula sangat teduh telah berubah menjadi amat datar di sana. Hanya karena kedatangan sang putra, ingatan wanita itu kembali pada sebuah penghinaan yang Abian lontarkan padanya.