Keana terus berjalan dengan menghentak- hentakkan kaki pertanda kesal. Gadis itu kini telah berada di kantin yang penuhnya bak lautan manusia. Dan saat ini, Keana mau tak mau harus melayani apa yang memang telah Abian minta.
Sebenarnya bisa saja gadis itu menolak saat membaca pesan dari kakaknya, namun terbesit rasa tak tega. Keana kembali teringat akan perkataan kasar yang ia lontarkan beberapa saat lalu pada Abian. Dan Keana mulai berpikir setelah beberapa saat mengatakannya pada sang kakak. Apa bedanya ia dengan Abian yang sama- sama lontaran kata- kata kasar? Apa bedanya pula dengan ego Abian dan juga Keana yang sama- sama ditinggikan?
Dan saat inilah Keana sadar, ia tak boleh melampaui sebuah batasan. Ia memang diperbolehkan untuk kesal, namun ia sama sekali tak memiliki hak untuk melontarkan kata- kata yang kasar.