Zea menatap lekat pria yang sekarang duduk di depannya. Di ruang tamu itu tinggal ia saja dan pria yang katanya adalah Kakak kandungnya!
Pria bernama Orion Wezlyn itu diam saja tanpa terlihat tidak suka saat Zea menatapnya.
Zea menghembuskan nafasnya dan kembali menatap pria itu. "Bisakah anda jelaskan kenapa anda begitu yakin bahwa saya adalah adik anda yang menghilang beberapa tahun yang lalu" Tanya Zea.
"14 tahun yang lalu" Ralat pria itu. "Y-ya, 14 tahun yang lalu, mungkin?" Sambung Zea.
Sekarang pria itulah yang menghela nafas. "Tentu saja. Itu karena kita memiliki ikatan yang tidak kau lihat, sekarang"
"Maksudnya bagaimana, jangan membuat teka-teki tuan. Saya meminta anda menjelaskan kalau bisa berikan buktinya"
Pria itu mengangguk. "Tentu, sebentar" Ucapnya. Ia diam saja, tapi tiba-tiba datang pria berbaju hitam membawa koper kecil dan memberikannya pada pria itu.
Uang?! Batin Zea bingung.
Apakah pria itu ingin memberikannya uang? Mungkinkah?!
Pria itu, Orion. Menyodorkan koper kecil yang ia bawa ke hadapan Zea dengan perintah. "Bukalah" Dengan tegas.
Tanpa memikirkannya Zea membuka koper yang ia kira isinya adalah uang nyatanya bukan. Isi dari koper itu berupa beberapa dokumen, foto, rekaman dan juga kalung dengan buah kunci kecil.
"Ini... "
"Itu adalah bukti bahwa kau memang adikku. Berkas itu asli buka tiruan atau buatan. Dan rekaman itu" Ucapnya sambil menunjuk kamera hitam. "Didalamnya terdapat video tentang dirumu. Di awal kau lahir, keseharianmu dan hari ulang tahunmu sampai usia 5 tahun. Itu juga ada foto dirimu dan ada juga foto keluarga dimana ada Ayah, Bunda, Aku dan Kau" Sambubgnya menunjuk satu-persatu benda itu.
Zea merai foto yang di maksud oleh pria itu. Ia menatap foto keluarga di salah satu foto. Di foto itu terlihat gadis kecil bergaun biru yang sangat-sangat mirip dengan Zea bedanya gadis itu memiliki rambut berwarna putih terang.
Zea menunjukan foto itu kepada Orian. "Apa ini benar saya? Tapi bagaimana bisa? Disini rambut saya berwarna putih sedangkan saya memiliki rambut hitam. Itu menandakan bahwa gadis ini hanya mirip dengan saya. Anda pernah mendengarkan bahwa di dunia ini kita memiliki 7 orang yang mirip dengan kita" Jelas Zea kemudian kembali menatap Foto itu.
"Mungkin. Tapi belum tentu memiliki kemiripan yang benar-benar sama seakan mereka itu adalah satu di belah dua. Dan itu tak mubgkin! Tanyakan pada keluarga angkatmu bagaimana rambutmu menjadi hitam?"
Zea nampak berpikir. Ia ingat setelah bagun dari koma dan kehilangan semua ingatannya ia memang memiliki rambut putih terang. Tapi karena menurut Hendra itu adalah warna yang aneh dan juga unik terpaksa rambutnya harus di warnai menjadi hitam. Apakah karen itu di saat Deira masih bayi memiliki rambut putih sama sepertinya? Mungkin saja.
Zea kembali menatap fokus ke arah foto yang di pegannya. Wanita bergaun merah dengan rambut hitam di foto itu mengingatkannya mimpi sebelum ia pergi ke sini. Mimpi dimana ia melihat seorang wanita di foto itu menyeret seorang gadis berambut putih di dalam hutan. Mungkinkan itu adalah ia dan wanita yang katannya adalah Ibunya.
Zea beralih menatap ke arah foto seorang pria berambut pirang yang tidak terlalu terang. Mata pria itu sama seperi warna hijau giok sedangkan wanita tadi memiliki warna mata yang sama seperi Zea. Biru saphire, hanya saja warna mata wanita itu sama dengan mata pria di depan Zea.
Zea beralih menatap ke arah foto yang lain dimana gadis kecil yang mirip dengannya memegang boneka kelinci dan terlihat beberapa burung berterbangan di sekitarnya. Di foto itu ada yang membuat Zea terkejut. Yaitu liontin batu permata yang ada di leher gadis itu. Kalung yang sama seperti miliknya.
Zea melepas kalung di lehernya. "Kalung itu?!" Seru Orion menunjuk kalung di tangan Zea.
"Itu kalung buatan Bunda. Kalau tidak salah di belakang liontin itu terdapat lubang kunci. Aku memiliki kuncinya" Ucapnya sebelum merai koper itu dan mencari kalung berbuah kunci.
Tak lama setelah itu ia menemukannya. "Ini. Coba kau buka dengan ini" Sarannya sambil menerahkan kalung kunci itu kepada Zea.
Zea memuntar Liontin itu. Di bagian Liontin tertuliskan nama...
Matthars Wezlyn dan Abella Crazlen. Lalu dibawah nama itu tertuliskan nama Zalthea Scarlett yang di samping tulisan itu tertutup debu berwarna hitam. Zea mengusap debu itu sampai munculah tulisan Wezlyn. Zalthea Scarlett Wezlyn. Itukah namanya?
Zea merasa air matanya mengalir di kedua pipinya. Ia coba buka liontin itu dengan kunci yang ada di tangnnya.
Klik...
Di saat Zea membukannya terdapat sebuah tombol kecil di sana. Dan saat ia menekannya tiba-tiba muncul bayangan dua orang dari batu itu.
Dua orang itu adalah Matthars dan Abella.
Wanita itu tersenyum kemudian membawa tangannya ke pipi Zea.
"Putriku... " Ucapnya dengan lembut.
Zea bisa merasakan sentuhan wanita itu. Karena bingung, ia menatap Orion meminta jawaban.
"Batu jiwa. Batu dimana menyimpan jiwa yang sudah mati ataupun masih hidup tersimpan disana, tidak seluruhnya hanya seperempatnya saja" Jelas Orion terlihat terkejut awalnya lalu sendu.
"Zea... " Panggil pria di samping wanita itu. Zea mendongak.
"Maafkan kami. Karena tidak bisa melindungimu 5 tahun yang lalu" Ucap pria itu sambil berlutut di depan Zea.
"Kau jadi kehilangan ingatanmu. Walaupun sebenarnya Ayah bersyukur, setidaknya kau melupakan kejadia itu yang mungkin saja akan menjadi trauma untukmu" Sambungnya.
Pria berambut pirang itu tersenyum lembut. "Rambut hitammu indah. Kau mirip dengan Bundamu" Ucapnya lagi sambil menoleh ke arah wanita yang kini sudah menangis menatap Zea.
Zea masih diam tanpa menjawab. Ia hanya bisa diam sambil menangis. Benarkah mereka kefua orang tuannya? Tapi saat mereka menyentuh Zea, Zea bisa merasakan ikatan yabg dimaksud oleh Orion itu.
Bolehkan ia percaya?
Percayalah Zea. Mendengar suara itu membuat Zea tak tahan untuk memangilnya Ayah dan Bunda.
Zea langsung memeluk mereka. "Ayahh... Bundaa... Hiks... Aaaaaa... aarggg.. Heeee.."
Tangisan Zea menggema di ruangan itu. Ia menagis di dalam pelukan kedua orang tua kandungnya yang sedari dulu ia nantikan. Melepas semua beban yang singgap di kedua bahunya karena mengira kedua orang tuannya tidak mencarinya dan melupakannya. Orion juga ikut memeluk Ayah, Bunda dan Adiknya.
Pelukan yang sedari dulu ia nantikan. Pelukan dimana mereka seakan masih bersama.
Di balik tembok seluruh keluarga angkat dan para sahabatnya dan juga anak-anaknya sedari tadi memperhatikan keduanya sampai sepasang suami istri keluar dari batu. Meski menurut mereka itu mustahil dan aneh! Mereka senang melihat Zea bisa bertemu lagi dengan keluarga kandungnya.
*****