Di Pedalaman Lembah kematian.
Seorang Pria terlihat duduk di teras dengan cahaya bulan sebagai penerangnya. Malam bulan purnama, malam yang sangat indah untuk para kaum mereka, Vampire.
Pria itu mendudukan tubuhnya di salah satu kursi di teras itu sambil menyesap minuman berwarna merah di gelas bening itu.
Dibalik kursinya, keluar sesosok bertudung dari bayangan kursi. Orang bertudung itu berlutut hormat pada Pria itu.
Damian Fizerliard, seorang Raja Vampire. Kerajaannya terletak di Lembah kematian, dimana siapapun yang tidak memiliki kepentingan disana akan langsung mati meleleh. Damian merupakan Sahabat Jacob, Orion, dan Nicki.
Selain itu, Damian juga merupakan Anak dari Kakak dari Ayah Orion, Danzo Fizerliar Wezlyn. Yang memiliki darah Vampire Murni.
Kembali ke Damian, Pria bertudung yang tak lain adalah tangan kanannya itu setelah diam cukup lama pun mulai memberikan salam pada Damian.
"Salam Tuan"
"Ada apa, Pendro?" Tanya Damian tanpa menoleh ataupun turun dari kursinya ia terus meminum minumannya sampai tersisah setengah.
"Kami mendapat Informasi bahwa 'Sang Putri' sudah di temukan! Sekarang Alpha Or-"
Prang...
Belum selesai berucap, Damian langsung menghempaskan gelas di tangannya dan bangun dari kursi.
"Apa?! Kenapa tidak sedari tadi kau katakan? Kau malam memikirkan sesuatu terlebih dulu sebelum mengatakannya, kau ingin ku bunuh, hah!" Teriak Damian murka ia berjalan ke arah tangan kanannya itu dengan marah. Damian paling benci kalau menyangkut tentang 'Dia' para pengikutnya menjadi lelet dan bodoh.
"Syukurlah ia masih hidup. Lalu sekarang dimana dia?" Ekspresi Damina berubah dari marah ke sendu lalu ke gembira. Dan hanya kabar 'Dia' lah ia bisa menjadi begitu.
"Alpha Orion sedang menjemputnya, Alpha juga mengatakan anda tidak boleh ke sana sekarang,"
"Alasannya?" Tanya Damia dengan kening berkerut.
" 'Nanti akan kukatakan' hanya itu yang di sampaikan Alpha Orion" jawabnya sambil mengikuti cara bicara Orion yang tegas dengan penuh misteri.
'Apa yang terjadi dengannya, Orion? Semoga ia baik-baik saja' Batin Damian sambil menatap ke arah Bulan yang menerangi wajah pucat tampannya.
*****
Di Mensio Meddison.
Setelah seminggu memikirkannya Zea pun memutuskan untuk ikut bersama Orion, karena mendengar bahwa Ayah kandungnya, Matthars sedang koma selama beberapa tahun terakhir.
Disaat sadar kata yang pertama keluar dari mulutnya adalah 'Zea' dan selalu 'Zea', jadi menurut Orion kehadiran Zea mungkin memperbaiki kesehatan sang Ayah yang tidak membaik.
Zea membawa ketiga anaknya tapi bukan hanya mereka, Ketujuh sahabatnya pun ikut. Mereka mengatakan akan tinggal bersama Zea disana. Dengan berat hati keluarga Maddison mengijinkannya asal mereka ingat untuk pulang.
Orion pun tidak masalah karena menurutnya setiap sesuatu yang bersangkutan dengan adiknya akan memiliki TAKDIR abadi. Mungkin sajakan, salah satu sahabat adiknya adalah Mate para sahabatnya atau mungkin para warganya.
"Mommy, Zea berangkat dulu yah. Mommy jaga diri Mommy. Marahi Daddy dan Kak Rendra kalau mereka lembur terus" Ucap Zea sambil memeluk Laila dan menatap kedua pria yang berbeda generasi yang menatapnya dengan sendu.
"Iya sayang, Iya. Kamu juga jaga diri yah, Mommy akan merindukanmu, ingat untuk berkunjung yah, pintu rumah akan selalu terbuka untukmu sayang" Sahut Laila sambil mengecup kedua pipi Zea kemudian cucu-cucunya.
Laila menghampiri ketujuh sahabat Zea lalu memeluk mereka satu-persatu. "Jaga diri kalian dan tegur Zea kalau ia melakukan sesuatu yang salah" Pesan Laila sambil tersenyum.
"Iya Tante, akan kami usahakan" Jawab mereka dengan kompak.
*****
Di tempat lain.
Prang...
Terlihat seorang pria paruh baya menatap tajam pada vas bunga yang baru saja ia daratkan ke lantai. Ia mengerang marah saat salah satu mata-matanya memberikannya Informasi yang begitu besar.
"Bagaimana ia bisa hidup!" Teriak Pria itu sambil kembali melempar vas bunga yang tak jauh dari jangkauannya. poor to Vas bunga...
"ARGHHH!! Sial, sial, sial!!" Umpat Pria itu berteriak kencang. Saat ia ingin kembali melempar Vas bunga yang memiliki bunga Lavender di dalamnya, sebuah suara pria menghentikannya.
"Ayah!" Seru seorang pria muda menghampiri pria itu.
Pria paruh baya itu menoleh menatap putranya yang sedang menghampirinya dengan gelisah, tak jauh di belakang Putranya berdiri seorang wanita cantik menatap kaget ke arahnya.
"KAU!!" Erangnya menunjuk wanita itu yang tiba-tiba berdiri dengan gelisah di tempatnya. Putranya yang awalnya ingin menghampirinya berhenti dan menoleh ke arah yang di tunjuk Ayahnya.
Tatapan pemudan itu seketika menjadi sendu menatap wanita yang di tunjuk Ayahnya.
"Suruh ia melakukan apa yang kukatakan padamu Del. Dan kau!" Telunjuk pria itu mengarah pada wanita cantik itu. "Lakukan yang kupinta atau kau tau akibatnya. Ingat yang hanya bisa menyelamatkannya hanyalah aku. Ingat itu!" Tekannya sambil berjalan keluar dari ruangan itu.
Pria muda itu mengahmpiri wanita yang begitu ia cintai itu yang sekarang sedang menahan Isak tangisnya. Ia peluk wanita itu.
"Bersabarlah. Ingat ini semua deminya. Jadi kita harus terus bersabar" Lirih Pria itu sambil mengusap pelan punggung wanita itu.