Sesampai disana. Baru saja zea dan ke empat sahabatnya turun dari pesawat sebentar membeli sesuatu berupa makanan khas Seattle. Mereka berjalan dengan di temani oleh pengawal khusus di kirim kakak zea untuk dirinya. Di perjalanan zea meminta ijin sebentar ke toilet. Ia merasa mual. Mungkin bawaan baby, tapi ia tak ingin meminta sahabatnya menemaninya jadi dia ke sana sendiri.
Setelah dari toilet di perjalanan kembali samar–samar zea mendengar suara perdebatan seorang perempuan. Karena rasa penasaran ia pun mengikuti dan mencari asal suara itu. tak jauh dari toilet yang ia masuki, di sana berdiri dan duduk tiga orang gadis yang zea yakini memiliki umur yang sama sepertinya.
Dengan ragu – ragu zea menghampiri ketiga gadis itu. Entah kenapa dan mengapa zea merasakan ada ikatan dengan ketiga gadis itu , tapi kenapa? Dan kok bisa?
"Excuse me ... "
Ke tiga gadis itu menoleh menatap zea dengan tatapan bertanya. "Ya? Ada apa yah?" tanya mereka dengan bahasa indonesia. Zea terkejut ternyata ketiga gadis itu bisa pakai bahasa indonesia.
"Eh? Em... sorry. What ..." ralat gadis berambut coklat di atas bahu menggunakan bahasa inggris.
"Hey, jangan gugup saya bisa berbahasa indonesia, kok?" ucap zea dengan nada ramah. ke tiga gadis itu saling menatap dengan bingung.
Dengan senyum manis. "Maaf kalau saya mengganggu? Dan kalau sok ikut campur juga tapi kalau boleh tau apa yang terjadi dengan kalian? Kalau saya bisa mungkin saya akan bantu"
Mendengar tutur sapa dan bahasa lembut zea membuat ketiga gadis tidak keberatan untuk mengatakan semua masalah mereka. salah satu dari mereka si gadis berambut coklat pendek di atas bahu itu mulai bercerita.
Nama gadis berambut coklat pendek di atas bahu itu iyalah Delina Laurend, gadis berambut hitam gelombang itu, Laura Pelcior dan gadis berambut coklat panjang bernama Kiona Fauzela. Ke tiga gadis itu adalah TKW dari indonesia. Mereka blasteran yang tinggal di panti asuhan. Mereka mungkin masih muda tapi mereka ingin membantu panti asuhan. Seharusnya mereka menjadi pegawai di negara china tapi mereka malah di tipu dan di bawa ke canada berkerja sebagai peng*ib*r. Karena tak terima mereka pun kabur dari Edmonton dan berakhir di Seattel. Sudah seminggu mereka disini. Rasa haus dan lapar tak membuat mereka menyerah. Mereka berharap ada seseorang yang mau membantu mereka.
"Ak–aaku udah gak kuat Ze, kami cape. Bahka setelah sampai di sini kami hampir di perkosa. Aku udah cape..." isak Delin sambil memeluk Laura.
Zea tak tega melihat ke tiga gadis itu. seakan ingat sesuatu zea langsung tersenyum. "Bagaimana kalau kalian ikut denganku saja ke Alasaka?"
Ke tiganya terlihat ragu untuk menjawab. Di mata mereka tersirat rasa takut dan trauma.
Zea menghela nafas memaklumi. "Kalian tak perlu takut kalau aku membawa kalian ke salah tempat. Aku kesana bersama ke empat sahabatku. Mereka semua seusiaku , dan semuanya perempuan. Kalau kalian mau bukti bahwa aku tidak berbohong ada, sebentar"
Kemudian zea mengeluarkan isi tas selempangnya dan menemukan dompet kecil yang berisikan identitas dan kartu atm dan sejumlah uang.
"Coba lihat. Ini identitas asliku kalau kalian masih ragu aku akan menelpon sahabatku untuk kema- "
"Zea?"
Belum selesai zea berbicara ia sudah mendengar suara akia di belakangnya. Zea segera menoleh dan melihat semua sahabatnya tengah berdiri disana. Zea kembali menatap kedepan.
"Benarkan aku tidak bohong. Dan ini juga..." zea menyodorkan tiga tiket ke alaska ke pada delin.
Delin menerimannya. "Tapi kalau di sana kami akan tinggal dimana?"
"Bersamaku dan ke empat sahabatku"
"Ze? Sebenarnya ada apa sih?"
Diandra menghampiri zea bersama ke tiga sahabatnya. Zea menoleh. "nanti kucerita" Ucapnya sambil kembali menoleh ke depan.
"Bagaimana Delin, Laura dan Kiona? Apa kalian mau ikut?" tanyanya lagi pada mereka.
Reila yang sedari tadi menatap ke tiga gadis itu terkejut mendengar ucapan zea. "Delin?" tanyanya tak percaya.
Delin mengangguk. "itu kamu lin? Ini aku Reila. Ka Dra, ini Delin itu, Kiona juga sama Laura" Ucap Reila dengan mengebuh–ngebu.
Ke tiga gadis itu mengangguk kemudian terkejut saat Reila langsung memeluknya. " Ini aku Reila, Lin"
" Jadi kamu beneran ila?" Reila mengangguk kemudian kembali memeluk Relin. Diandra juga ikut memeluk ke tiganya.
Ternyata ke tiga gadis itu satu panti asuhan dengan Diandra dan Reila sebelum diadobsi oleh paman zea. Diandra dan Reila senang karena zea berhenti di Seattle kalau tidak ia tak mungkin bertemu dengan keluarga saat ia di panti asuhan dulu.
Beruntung, mereka mengikuti yang diminta oleh wanita bernama Selena itu. Kalau mereka tidak mampir sebentar di Seattle, mungkin mereka tidak akan bertemu dengan mereka.
****