"Ze, kenapa kamu beli tiketnya lebih? Tiga lagi!" tanya Reila bingung.
Hari ini mereka akan berangkat ke Alaska setelah mendapat izin dari keluarga zea dengan alasan ingin bersekolah disana. Dengan ke empat sahabatnya sekarang Zea sedang ada di Bandara internasional liberty newark di new york. Ia pergi dengan pesawat pribadi miliknya dari pemberian ayahnya.
Gadis dengan nama panjang Zalthea Scarlett Meddison itu merupakan anak angkat dari Hendra Meddison dengan Laila Meddison. Setelah kehadiran Rendra Scrond Meddison, Laila sudah tak bisa hamil lagi dan ia sangat menginginkan seorang anak perempuan itulah alasannya Zea di adopsi oleh keluarga Meddison. Ia masih berusia enam belas tahun tapi ia harus menanggung semua itu. Kalau keluarganya tau ia tengah hamil di usia muda sudah di pastikan mereka akan malu. Demi melindungi kehormatan keluarga dan dia juga tak mungkin menggugurkan kandungannya, ia pun pindah ke Alaska dengan alasan sekolah dan ingin mandiri tanpa rasa curiga sekalipun keluarganya mengiakan.
Dan di sini lah sekarang ia di dalam pesawat pribadinya bersama ke empat sahabatnya yang ikut dengannya. Diandra Abraham, Reila Abraham, Kleana Mauland , dan Akia Laulaina ke empat gadis yatim piatu. Diandra dan Reila bukan lah saudara kandung mereka hanya berasal dari panti asuhan yang sama sebelum di angkat menjadi anak oleh Hendrik dan Celia , paman dan bibi zea.
Sedangkan Klea dan Akia mereka di adobsi oleh bibi zea yang tidak memiliki anak sama sekali bersama suaminya. Karena zea mereka memiliki keluarga baru di new york yang bisa di panggil ayah dan ibu.
"Zalthea?!" pekik suara di depan zea. Zea yang awalnya menatap keluar jendela pesawat segera menoleh kedepan saat mendengar suara cempreng itu.
Di depan zea ada reila yang tengah menggerutu kesal pada zea yang mengabaikan pertanyaan. Zea tersenyum menatap Reila yang tengah duduk di samping Diandra.
"Maaf, Reila. Tadi kamu nanya kenapa aku beli tiket lebih kan?"
"Bukan Cuma itu. aku juga tanya kenapa juga kita harus ke Seattle dulu baru ke Alaska? Kenapa gak langsung aja?" tanya Reila semakin bingung.
Zea ingin menjawab tapi, Diadra lebih dulu memotong. "Ila, bisa diem gak sih? Kita kesana tuh ngikutin ucapan mimpi itu. Aku tebak pasti kamu udah lupa, iya kan?"
"Mimpi apa?" tanya Reila dengan wajah polos.
Diadra menghela nafas. "Sudah ku duga. Lebih baik kamu diam aja, okey?" ucap Diandra kemudian menutup setengah wajahnya menggunakan selimut bear yang ia pakai.
Zea terkekeh melihat Diandra dan Reila. Kemudian ia kembali menatap ke luar jendela dan tanpa menghiraukan panggila Reila.
Zea hanya memikirkan mimpi itu. Mimpi yang sama dengan ke empat sahabatnya. Mimipi itu juga lah alasan zea memilih Alaska untuk ia tinggali bersama para sahabatnya. Soal Seattle , menurut ucapan di mimpinya ada seseorang yang menunggu pertolongannya disana.
Flasback on
Tiga hari sebelum keberangkatan~
Zea merasa ia baru saja tidur dikamarnya. Lalu kenapa di saat ia bangun karena haus, ia malah berada di suatu tempat seperti padang rumput yang penuh dengan bunga-bunga.
Dimana ini? Batin Zea sambil menatap kesekeliling.
Zea mulai berjalan beberapa langkah ke depan tiba-tiba sesuatu menepuk bahunya. Dan saat ia menoleh, betapa terkejutnya Zea melihat siapa yang baru saja menepuk bahunya.
"Diandra?" gumam Zea kurang yakin dengan apa yang ia liat. Diandra hanya mengangkat alisnya melihat kebingungan Zea. Dan saat Zea ingin kembali berucap.
"Zea" seru Reila yang tiba-tiba muncul di samping kanan Diandra.
"Reila? Kok kamu juga disini?!"
"Kami juga disini" Zea menoleh ke kiri. "Klea? Dan juga... Akia?! Kenapa kalian juga ada disini? Dan Ini juga sebenarnya dimana?" tanya Zea beruntun dengan gelisah.
"Tenanglah, Zea. Kami juga gak tau ini dimana. Entah ini nyata atau mungkin ini hanyalah mimpi! Entahlah" ucap Klea sambil mengangkat bahunya pelan.
"Ini memang mimpi! "
Zea dan yang lainnya langsung menatap lurus kedepan saat mendengar suara seorang wanita. Tiba-tiba kabut muncul di depan mereka, di balik kabut itu terlihat bayangan seseorang melangkah ke arah mereka.
"S-siapa disana?" tanya Zea sambil mundur dua langkah kebelakang. Diandra, Reila, Klea dan Akia ikut mundur bersama Zea.
Bayangan itu semakin lama semakin nampak dan terlihatlah seorang wanita berambut putih dengan pakaian berwarna putih seperti dewa-dewi dari yunani.
"Z-Zea?" gumam Klea tak percaya melihat wanita di depannya. "Mengapa Zea ada dua?" sambungnya lalu menatap Zea dan wanita itu bergantian. Wanita yang berada di depan mereka itu sangat mirip dengan Zea, yang membedakan mereka hanya penampilan, warna mata dan warna rambut.
"Siapa anda? Apakah anda yang membawa kami kemari? Lalu ini dimana?" tanya Zea mewakili para sahabatnya.
Wanita itu tersenyum. "Tanpa kusadari kau sudah sebesar ini, Zea" gumamnya pelan tapi entah kenapa Zea dapat mendengarnya.
"Maksud anda?" mendengar pertanyaan Zea wanita itu langsung mendongak menatap Zea kemudian menggeleng menjawab pertanyaan Zea.
"Kau benar. Akulah yang membawa kalian kesini. Aku adalah pemilik tempat ini, tempat yang di sebut sebagai akhirat bagi para kaum ***. Aku biasa di panggil Selena oleh kaum manusia" jelas wanita yang mengatakan namanya adalah Selena.
Zea mengerutkan keningnya. "Sebentar... ada sesuatu yang aneh disini" ucap Zea.
Wanita itu menatap Zea dengan tatapan seakan mengatakan Maksudmu?. Ya, begitulah mungkin.
"Ucapan anda barusan. Ada kata-kata yang entah kenapa tidak terdengar ditelinga saya. Anda tadi mengatakan kaum kan? Tapi ada yang aneh!? Anda seperti mengatakan sesuatu setelah kata itu tapi entah kenapa tidak terdengar di telinga saya" jelas Zea panjang lebar.
Yang lainnya mengangguk mendengar ucapan Zea. "Benar. Kami juga merasa begitu. Kami melihat anda berbicara akan tetapi, suara anda tak sampai di telinga kami. Entah apa alasannya, bukankah itu aneh?" ucap Diandra menimpali ucapan Zea.
"Itu tidak aneh. Kata yang ku ucapkan itu memang tidak bisa kalian dengar. Alasannya tak bisa kukatakan" jawab Selena menunduk sebentar kemudian ia kembali mendongak. "Dari pada membahas itu tidakkah kalian ingin tau alasan mengapa aku membawa-tidak, maksudnya memanggil kalian kemari"
Zea menatap ke empat sahabatnya. Diandra mengangguk bersama yang lainnya. "Ya!" jawab mereka kompak
Selena tersenyum. "Alasan aku memanggil kalian disini hanya tiga, yaitu di saat kalian ke Alaska. Kalian harus ke Seattle dan membantu seseorang di sana yang benar-benar membutuhkan bantuan kalian. Lalu yang ketiga... aku belum bisa mengatakannya di saat ini. Aku akan mengatakannya di saat pertemua berikutnya. Ingat pesanku, kalian HARUS melakukannya. Karena ini ada kaitannya dengan Takdir yang terjadi pada Zea... kalau begitu. sampai jumpa lagi, Zea. " ucap Selena sampai kabut menelannya dan ia menghilang dalam kabut itu.
Setelah itu mereka berlima pun kembali ke dunia nyata. Dan terbangun dari tidur dengan mimpi yang sama.
Flasback off
"Aneh" gumam Zea.
"Aneh kenapa Ze?" tanya Reila.
Zea menggeleng. "Tidak ada, aku hanya berbicara sendiri. Abaikan saja aku" ucap Zea kemudian mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela pesawat.
***