Ajeng menatap kedua putra asuhnya itu dengan perasaan campur aduk. Air matanya tidak berhenti menetes sejak tadi. Sementara Martin dan Oscar hanya duduk diam tak dapat berkata-kata. Mereka sesekali saling berpandangan. Bagi keduanya bu Ajeng adalah sosok ibu yang begitu sempurna. Terutama bagi Martin, karena dia tinggal bersama bu Ajeng hingga dewasa.
"Apa yang kalian pikirkan sebenarnya? Ibu sedih melihat kalian seperti ini. Maafkan ibu jika ibu salah mendidik kalian," ujar bu Ajeng. Oscar menghela napas panjang, perlahan ia menyentuh tangan bu Ajeng.
"Bu, maafkan Martin. Semua salahku, Martin hanya melakukan apa yang aku suruh, Bu. Jika ibu mau marah, marahlah saja kepadaku. Jangan kepada dia," pinta Oscar dengan tatapan penuh permohonan.
"Ibu tidak marah, ibu hanya sedang bersedih saat ini. Dan, kau nak, kenapa tega sekali membohongi ibumu ini?"
"Maafkan aku, bu," jawab Oscar.