"Terima kasih sudah berkunjung ke Sweetest Cafe, aku harap kalian tidak akan bosan untuk mengunjungi cafe ini lagi." Ucap Arata pada beberapa perempuan yang termasuk pelanggan sering mengunjungi cafe nya dengan seulas senyum cerah tercetak di wajahnya.
"Arata-kun tidak perlu khawatir. Kami tidak akan pernah bosan jika mengunjungi cafe mu. Apalagi masakan buatan Satoru-kun dan minuman racikan Keiko-chan sangat lezat."
Arata semakin melebarkan senyumannya mendengar pujian yang di ucapkan oleh para pelanggan perempuan untuk para pegawainya.
"Terimakasih untuk pujian kalian. Berhati-hatilah saat di perjalanan pulang!" Ujar Arata sambil melambaikan tangannya saat para pelanggan perempuan itu sudah berjalan menjauh dari cafe.
Arata yang baru saja ingin menutup kembali pintu cafe terhenti, saat dirinya melihat sosok Naoki tengah berjalan menuju cafe.
"Naoki-kun!" Panggil Arata sambil melambaikan tangannya penuh semangat.
Naoki yang merasa namanya dipanggil, mengalihkan tatapan matanya dari ponsel kearah suara yang memanggil namanya berasal.
Dirinya dapat melihat sosok Arata sedang berdiri didepan cafe sambil melambaikan tangannya dengan begitu semangat. Sudah seperti seorang anak kecil yang sedang memanggil nama temannya untuk ikut bermain bersama.
"Berapa sebenarnya umur pria itu?" Gumam Naoki berjalan menghampiri Arata.
"Selamat datang Naoki-kun! Bagaimana keseharian mu dikampus hari ini?" Tanya Arata dengan nada begitu riang dan penuh perhatian. Membuat Naoki terpana sejenak, karena baru kali ini ada orang yang bertanya tentang kesehariannya di kampus dengan begitu antusias.
" Ya, biasa saja. Tidak ada kejadian yang begitu spesial terjadi hari ini." Jawab Naoki seadanya dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Arata yang mendengar jawaban dan melihat eskpresi datar pada wajah Naoki terkekeh dalam hati. Sepertinya dia mendapatkan satu pegawai lagi yang memiliki sifat dan sikap acuh tak acuh sama seperti Ryota. Tapi itu tidak masalah, selama para pelanggannya tidak memberikan komentar buruk tentang mereka.
"Baiklah kalau begitu. Tapi ku harap kamu dapat menikmati masa-masa menjadi mahasiswa mu. Karena di masa-masa seperti kamu saat ini adalah masa-masa yang begitu berharga." Ujar Arata yang kini sudah merangkul bahu Naoki untuk memasuki cafe.
Naoki memilih untuk tetap diam, dirinya tidak tahu harus menjawab perkataan Arata seperti apa.
"Berhubung hari ini adalah hari pertama mu. Aku akan memperkenalkan dirimu kepada yang lainnya."
Naoki menganggukan kepalanya patuh.
"Tapi sebelum itu, kamu berganti seragam cafe terlebih dulu di ruang ganti. Nah, gantilah pakaian mu." Ucap Arata mengulurkan seragam cafe pada Naoki, lalu mendorong tubuh pegawai barunya itu menuju ruang ganti khusus staff.
Keiko yang melihat Arata tengah berdiri di depan pintu ruang ganti staf pun berjalan menghampiri sang bos.
"Hei bos! Sedang apa berdiri di depan ruang ganti staff?" Tanya Keiko saat sudah berdiri di hadapan Arata.
"Ah, aku sedang menunggu Naoki-kun berganti pakaian. Setelah ini aku akan memperkenalkannya secara resmi kepada kalian semua." Jawab Arata dengan senyum simpul terulas di wajahnya.
Keiko yang melihat senyuman simpul yang tercetak diwajah Arata mendengus geli. "Berhenti memasang senyum palsu itu. Lama-lama aku bosen terus melihat senyuman palsu itu tercetak di wajah mu."
Arata yang mendengar perkataan Keiko melayangkan tatapan horor pada pegawai barista satu-satunya yang dia miliki di cafe ini.
"Sepertinya kecurigaan ku selama ini benar. Profesi mu yang sebenarnya adalah seorang cenayang bukan? Dan keahlian mu dalam meracik minuman hanyalah sebuah kamuflase untuk menutupi jati dirimu yang sebenarnya."
Keiko merasakan ada sebuah perempatan yang muncul di keningnya setelah mendengar perkataan Arata.
"Baiklah jika kamu masih tetap menganggap ku sebagai seorang cenayang. Maka aku akan meramalkan masa depan cafe ini."
Arata langsung menatap Keiko dengan sorot mata berbinar dan penuh antusias. Sampai-sampai dirinya tidak menyadari jika Naoki sudah selesai berganti seragam dan kini tengah memperhatikan interaksi antara dirinya dan Keiko.
"Baik aku akan mulai meramal. Aku dapat melihat jika beberapa tahun kedepan cafe ini akan mengalami penurunan pengunjung yang amat sangat drastis akibat persaingan bisnis!"
Arata membulatkan kedua matanya terkejut mendengar perkataan Keiko. "A-apa? Tidak mungkin!"
Keiko yang melihat sepertinya Arata termakan oleh tipuannya pun tertawa bengis didalam hati.
"Makanya jika kamu tidak ingin cafe ini mengalami kebangkrutan, sebagai seorang bos kamu harus terus bekerja giat agar cafe ini tetap bertahan dari persaingan bisnis!" Ucap Keiko menasehati Arata dengan kedua tangannya yang terlipat didepan dada.
"Hei, aku sebagai seorang bos sudah bekerja sangat giat selama ini." Ujar Arata membela diri.
"Jika aku dapat melihat cafe ini akan mengalami kebangkrutan di kemudian hari, itu berarti kerja keras mu masih kurang! Kamu harus lebih meningkatkannya lagi!"
Ting. Ting. Ting.
"Hoi, Keiko. Kembali ketempat mu, ada pesanan minuman yang harus kau buat." Seru Ryota dari meja kasir dan di balas lambaian tangan oleh Keiko.
"Baiklah, aku akan kesana!"
Kini Keiko kembali menatap kearah Arata yang masih terdiam dengan ekspresi wajah tidak percaya tercetak jelas diwajah pria itu.
"Sudah, aku ingin kembali bekerja. Kamu harus bekerja semakin giat lagi Arata-san! Kami semua mengandalkan mu!" Ujar Keiko sambil menepuk-nepuk pundak Arata, lalu setelahnya dia berjalan menuju tempatnya bekerja untuk meracik minuman pesanan pelanggan.
Naoki yang melihat Arata masih terdiam dengan sebuah kerutan tercetak jelas di dahi bos barunya itu pun menghela nafas pelan, sebelum dirinya mengulurkan tangan untuk menepuk bahu bos barunya itu.
"Apa Arata-san percaya dengan perkataan Keiko-san?" Tanya Naoki memastikan. Dirinya berharap jika bos barunya itu hanya berpura-pura untuk percaya dengan perkataan Keiko. Karena semua yang dikatakan oleh Keiko sedari tadi hanyalah sebuah kebohongan semata.
"Tentu saja aku percaya dengan perkataan Keiko-chan! Karena dia adalah seorang cenayang!" Jawab Arata yang membuat Naoki menatap dirinya dengan tatapan tidak percaya.
"Berarti untuk kedepannya aku harus bekerja lebih keras lagi! Naoki-kun!"
Naoki yang namanya dipanggil begitu tegas oleh Arata pun mengerutkan dahinya heran. Belum lagi kini Arata tengah mengulurkan sebelah tangan kearahnya.
"Naoki-kun, mulai hari ini mohon untuk kerjasama nya agar cafe ini tidak benar-benar mengalami kebangkrutan dan kita semua masih bisa bekerja di satu atap seperti ini!"
Dengan ragu Naoki menjabat tangan Arata. "Ya baiklah."
"Kalau begitu, saatnya sekarang kamu aku perkenalkan pada pegawai yang lain, Naoki-kun!"
Arata dan Naoki kini berjalan memasuki ruangan dapur, dimana terdapat empat orang karyawan laki-laki yang tengah berkutat dengan peralatan masak mereka.
"Baik, kita mulai memperkenalkan diri dari pekerjaan bagian dapur. Laki-laki yang berambut merah itu adalah Satoru Maeda, dia kepala koki di café ini. Lalu yang sedang menghias pan cake disana adalah Eiji Shimizu, yang sedang memanggang jamur adalah Daichi Maeda. Ehm, sebentar. Ada yang kurang."
Naoki mengerutkan dahinya melihat Arata yang seperti sedang mencari seseorang di dalam dapur.
"Eiji-kun, apa kamu melihat Jiro-kun dimana?" Tanya Arata pada Eiji yang baru saja akan melewati dirinya dengan sambil membawa sepirin pan cake di tangannya.
"Jiro-kun? Ehm, tadi dia bilang ingin memeriksa persediaan krim kocok di gudang penyimpanan." Jawab Eiji dengan sorot mata yang mengarah pada Naoki.
Arata yang menyadari arah sorot mata Eiji pun mengulasnya senyum di wajahnya.
"Ah, Eiji-kun. Perkenalkan dia Naoki-kun, pekerja paruh waktu kita yang baru. Nah Naoki-kun, ini adalah Eiji-kun." Ucap Arata memperkenalkan Eiji dan Naoki pada satu sama lain.
Naoki dan Eiji pun membungkukan badan mereka pada satu sama lain.
"Bos, aku harus mengantarkan pesanan ini. Sebentar lagi Jiro-kun pasti akan kembali." Ujar Eiji dan langsung di respon anggukan kepala setuju oleh Arata.
"Baiklah, terimakasih untuk infromasi mu, Eiji-kun."
Eiji pun segera berjalan meninggalkan Arata dan Naoki keluar dari dapur.
"Mungkin nanti saat istirahat aku akan memperkenalkan dirimu pada Jiro-kun. Dia adalah orang yang paling handal membuat makanan manis disini, jika kamu memiliki kekasih dan ingin memberikan kejutan untuknya berupa makanan yang manis, jangan ragu untuk bertanya padanya." Ujar Arata dengan senyuman cerah terulas diwajahnya.
"Baiklah." Balas Naoki seadanya.
Selajutnya Arata mengajak Naoki untuk kerluar dari dapur dan berjalan menuju meja depan.
"Nah, selanjutnya kamu akan aku perkenalkan kepada Ryota Gotoo, dialah yang memegang bagian kasir. Nanti jika dia tidak dapat masuk kerja, kamu bisa menggantikan posisinya sementara, atau biasanya aku lah yang terjun langsung menggantikannya."
Naoki menganggukan kepalanya pelan merepon perkataan Arata.
"Disini kita mempunyai Keiko Yoshida, seorang barista yang berkompeten dan dia juga adalah sepupu ku. Lalu perempuan yang disana adalah Nagisa Ikeda, dia adalah waitress di café ini, selain itu juga ada Akira Inoue, tetapi hari ini dia izin karena ada ujian di kampus."
Arata kini membalikan tubuhnya menghadap kearah Naoki yang ternyata sedang memperhatikan dirinya.
"Nah Naoki, mulai hari ini kamu adalah satu-satunya waiters di café ku. Aku harap kamu bisa bekerja dengan baik disini, jika ada yang tidak kamu ketahui jangan sungkan bertanya kepada kami. Sekarang kami yang bekerja di café ini adalah keluarga baru mu, jadi jangan sungkan. Mengerti?" Tanya Arata sambil menepuk kedua bahu Naoki pelan.
Naoki menganggukan kepalanya tegas. "Baik, saya mengerti."
Arata mengulaskan senyum cerah diwajahnya. "Kalau begitu selamat bekerja! Aku ada keperluan penting setelah ini, sampai bertemu besok!"
Setelahnya Arata berjalan menghampiri Keiko. Naoki yang sedari tadi terus memperhatikan pergerakan Arata mengerutkan dahinya heran saat melihat ekspresi kesal pada wajah Keiko setelah Arata mengatakan sesuatu kepada perempuan itu.
Tidak lama kemudian, Arata sudah benar-benar keluar dari café dan kini Keiko berjalan menghampiri Naoki dengan sambil menghela nafas panjang.
"Hah, kuharap Arata-chan tidak akan melakukan kesalahan lagi seperti tahun lalu." Ujar Keiko sambil meletakan nampan yang dirinya bawa.
Daichi yang baru saja keluar dari dalam dapur sambil membawa sepiring steak berjalan menghampiri Keiko dan Naoki.
"Apa Arata sudah pergi?" Tanya Daichi kepada Keiko dan Naoki.
"Ya, Arata-san baru saja pergi keluar." Jawab Naoki yang di respon dengan anggukan kepala.
"Semoga saja dia tidak mengacaukan pertemua kali ini." Ujar Daichi sambil berlalu memberikan piring berisi steak kepada Nagisa, membuat Naoki mengerutkan dahinya heran. Meski merasa heran, Naoki memilih untuk tidak ikut campur dengan apa yag sedang terjadi kepada bos barunya itu, karena dirinya saat ini masihlah orang asing yang berada di lingkungan baru.