Naoki melangkah gontai menyusuri jalan setapak menuju pintu utama rumahnya. Rerumputan sudah tumbuh setinggi lutut di halamannya, bunga mawar putih kesayangan ibunya tumbuh tak terurus di depan jendela. Ia mendesah.. ada perasaan tak mengenakan ketika ia memutar knop pintunya.
Tangannya sudah meraih saklar lampu, Ruangan seketika terang benderang. Saat ia berbalik untuk meletakkan paper bagnya, ia melompat terkejut melihat Makoto sudah duduk dengan takzim di salah satu sofa. Menatapnya tanpa berkedip.
Mata kelam Makoto terlihat seperti laut hitam yang siap menenggelamkannya saat ini juga. Membuat perasaannya semakin tidak nyaman.
"Maafkan aku sensei.. aku-"
"Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf padamu." Makoto mendesah, "tidak seharusnya aku merahasiakan sesuatu darimu. Tidak seharusnya aku ikut campur terlalu jauh di dalam hidupmu."
"Sensei.." rasa bersalah kini menggelayuti bibir Naoki, hingga membuatnya berat untuk mengatakan sesuatu.