Berita kematian Miyuki-san begitu membebani Kakeru, ayah Naoki. Seminggu lebih tidurnya tak tenang, lingkar hitam menghiasi bagian bawah kelopak mata coklat terangnya. Mari, istrinya juga terlihat cemas. Mari tahu betul jika alasan kematian Miyuki adalah karena kedatangan mereka saat itu. Beberapa kali Kakeru menenangkannya tapi, wajah Kakeru juga tidak sedikitpun terlihat tenang.
Suasana rumahnya yang dulu sumringah penuh keceriaan, kini kelam. Tidak ada candaan yang biasa Kakeru lontarkan untuk Naomi anaknya atau istrinya. Bahkan Mari, istrinya kini jadi begitu emosional. Sedikit saja Kakeru salah bicara, bentakan dan cercaan akan ia terima mentah-mentah. Semakin hari, rumah baginya semakin tidak nyaman. Kakeru sengaja menghabiskan waktu kerjanya lebih lama dan pulang tengah malam agar tidak banyak berinteraksi dengan istrinya, beberapa hari terakhir ini bahkan Kakeru pulang hanya untuk bisa bertemu dengan putrinya, Naomi. Kemudian ia akan pergi kembali.
Kakeru beberapa kali memberanikan diri datang ke rumah sakit tempat Naoki di rawat, tapi keberanian yang ia miliki hanya sampai tahap melihat putranya dari balik pintu kamar.
Dalam ruang pandangnya, Naoki yang tertegun tanpa bicara menyayat hatinya. Naoki yang ceria, kini serupa kompompong kosong. Cahaya cemerlang yang selalu menghiasi mata terangnya hilang, redup. Kakeru mengutuk dirinya sendiri. Menangisi kesalahannya, penyesalan nya, menangisi kebodohannya..
"Maafkan aku!" Suara tangis yang tertahan, nafas yang begitu menyesakan. Dadanya bagai akan meledak. Saat itu.. ingatan tentang kisah cintanya berputar bagai ilusi.
Bagaimana Miyuki, gadis polos baik hati dengan sejuta hal menarik dalam dirinya, datang dalam kehidupannya. Miyuki adalah teman SMA nya saat itu, ia adalah gadis sempurna bagi sebagian laki-laki di sekolahnya. Wajahnya kecil bulat, hidung kecilnya yang mancung, pipinya kemerahan, matanya yang bulat dan jernih, kulitnya yang putih bersih, meski Miyuki tidak terlalu tinggi tapi justru hal itu yang membuatnya menarik, laki-laki mana pun akan melakukan apapun agar bisa melindunginya.
Bukan cinta yang mendasari Kakeru mendekatinya. Tak lebih hanya sebuah ego. Miyuki menjadi gadis yang paling di idamkan hampir semua siswa di sekolahnya. Hal itu memicunya untuk menjadikan Miyuki sebagai tropi atas pesonanya di sekolah. Dan sialnya, Miyuki terjebak.
Kakeru pemuda yang pandai berbohong, pada awalnya. Tapi, semakin lama kebaikan hati dan ketulusan Miyuki mengubahnya sedikit demi sedikit. Cinta itu tumbuh dalam hati Kakeru dan mengakar disana. Hari-hari SMA mereka begitu menyenangkan, belajar bersama, menonton film horor di bioskop, pulang sekolah bersama, menghabiskan sore di tepian sungai dekat sekolah, hanya hal-hal sederhana yang mereka lalui, tapi begitu istimewa. Saat akhirnya mereka lulus SMA dan harus berpisah, Kakeru berjanji pada Miyuki untuk menjadi laki-laki hebat agar pantas bersanding dengan Miyuki yang notabene anak seorang konglomerat.
Miyuki hanya memiliki satu cinta, dan itu Kakeru. Ia terus menjaga janjinya dan mempercayai janji Kakeru. Tapi tidak dengan Kakeru. Sejak dulu, dia tak pandai menjaga hatinya. Saat memasuki perguruan tinggi mereka harus menjalani hubungan jarak jauh, karena Miyuki memilih sastra Jepang di universitas Kyoto. Sedangkan Kakeru menata karirnya dan berkuliah di Tokyo.
Kakeru menjalani hubungan diam-diam dengan banyak wanita tanpa sepengetahuan Miyuki. Sedangkan dalam pikiran Miyuki, Kakeru adalah laki-laki hebat yang menjaga janjinya.
Hal itu terus berlangsung, hingga akhirnya mereka lulus dari universitas dan memutuskan kembali bertemu di Tokyo. Mereka berencana menikah, namun hal itu ditentang ibu Miyuki, yamada-san. Sang ibu tahu perangai Kakeru. Pria itu bukanlah pilihan yang baik untuk Miyuki. Namun, sebelum Yamada-san benar-benar bisa menerima Kakeru. Miyuki sudah terlebih dahulu hamil. Demi menjaga nama baik keluarga yamada-san, mau tak mau membiarkan anak perempuan kesayangannya menikah dengan Kakeru.
Setelah saat itu.. Kakeru manyadari kehampaan telah menelannya. Kehidupan rumah tangganya dengan Miyuki begitu hambar, Miyuki dan Kakeru tidak diijinkan untuk memiliki rumah sendiri, mereka harus tinggal dengan Yamada-san, mengikuti semua aturan yang ada disana. Kakeru belum menjadi seseorang yang bisa diakui oleh ibu Miyuki. Sekeras apapun usaha yang ia lakukan, sang mertua bahkan seakan jijik melihatnya. Kekecewaan yang ia rasakan, diskriminasi yang ia dapatkan dari sang mertua membuat cintanya pada Miyuki menguap sedikit demi sedikit. Belum lagi Naoki yang lahir dengan kelainan hati. Membuatnya menjadi anak yang harus terus di rawat di rumah sakit.
Semua hal itu membuatnya muak..
Lalu Mari, gadis glamor dengan pesona sensualnya menarik hati Kakeru. Membutakan matanya, menggelapkan hatinya. Begitu pula dengan Mari, yang rela menjadi wanita simpanan asal bisa bersama pria tercintanya, Kakeru. Kenapa Kakeru begitu kejam? Padahal Miyuki selalu menunggunya pulang, bahkan hingga ia terus terjaga sepanjang malam. Sedangkan ia sendiri sedang terbuai dalam cumbuan wanita lain.
Kenapa ia begitu egois?! Padahal putranya Naoki amat sangat membutuhkan sosoknya!
Semua penyesalan itu kini bagai menghantamnya ke tanah. Menjadikan tungkainya tak lagi kuasa untuk bangkit dan meraih knop pintu ruangan Naoki. Ia sangat menyesalinya. Tapi, tidak ada jalan kembali.
Kekeru yang tenggelam dalam kesedihannya, bahkan sampai tak menyadari Makoto telah berdiri di hadapannya. "Siapa kau?" Suara Makoto dingin, pertanyaan itu hanya basa-basi. Makoto tahu betul siapa pria ini. Pria yang ada di dalam rekaman CCTV rumah Naoki, pria dengan mata yang serupa dengan Naoki.
Bagi Makoto, pria ini adalah seorang antagonis.
"A, aku hanya.." suaranya tercekat, perasaan terintimidasi begitu menguasainya. Mata gelap Makoto tajam menatapnya, tak secuilpun sosok Kakeru terlihat baik dimatanya.
"Jika tidak ada urusan mohon untuk tidak menganggu, saya permisi" tangan Makoto sudah meraih knop pintu, hingga Kakeru meraih tangan Makoto dengan cepatnya
"Tunggu! saya adalah ayah Naoki. Saya Kakeru Hajime. Saya ingin menjenguk Nao".
"Tidak saya ijinkan", mata Kakeru terbelalak. Siapa Makoto berani melarangnya?! "Tidak untuk sekarang, jika anda sudah bisa mengatasi diri anda sendiri saya akan membiarkan anda menjenguk Naoki. Tapi, jika belum. Sampai kapanpun saya tak akan mengijinkan anda berada di dekat Naoki" suara Makoto tegas. Lalu ia meninggalkan Kakeru yang masih mematung di depan pintu.
Ada banyak pertanyaan yang menggeliat-geliat di kepala Kakeru. Siapa pria dingin itu? siapa dia hingga begitu berani menghalanginya? kenapa ia menghalanginya? kenapa kata-katanya begitu mengganggunya? seakan ia tahu segalanya yang terjadi.
'Mengatasi diri sendiri?' Kakeru mengulangi kalimat Makoto di dalam hatinya. menekankan setiap katanya, seakan itu adalah misi utama dalam hidupnya sekarang, sebelum akhirnya ia memutuskan meninggalkan tempatnya berdiri sekarang. Mencoba menghadapi masalah lain yang ia hindari saat ini, di rumahnya yang megah dan hangat.
Dari dalam ruangan, Makoto melihat bayangan Kakeru perlahan pergi.
'Tidak, sejak awal semua ini adalah masalah!' Kakeru menggeleng sebelum akhirnya hilang di balik pintu lift yang berbunyi pelan saat tertutup.
***