"Asyi. apakah jika aku meminta izin pulang James akan mengizinkan ku?" tanya Savira.
"Tapi yang mulia Queen kondisi anda belum terlalu pulih saya rasa King tidak akan mengijinkan anda karena hal itu." ucap Asyi menunduk hormat sambil memeriksa kaki Savira.
Sebenarnya Asyi sangat takut King mendengar percakapan nya dan Queen, dan jika salah bicara sudah dipastikan nyawanya lah yang menjadi taruhannya. Lagi pula dengan seribu persen Asyi sangat yakin king wolf tidak akan mungkin pernah mengizinkan Queen yang baru ditemukan ini untuk pergi selangkangan pun dari istana ini.
"Tapi teman-teman ku pasti akan menghawatirkan keadaan ku, karena aku menghilang tiba-tiba bahkan mungkin mereka bersedih.....," ucap Savira yang hampir menagis.
"Jangan menangis yang mulia Queen....," ucap Asyi yang terlihat berusaha menenangkan Savira padahal dirinya sendiri sedang kesulitan bernapas karna ulah King Wolf yang sepertinya telah mendengarkan pembicaraan mereka.
"Aku hanya sedikit sedih, Asyi.... mengepa wajahmu tiba-tiba menjadi pucat?" tanya Savira dengan hawatir.
"Hamba tidak apa....., apa..., yang... mulia... Queen." ucap Asyi dengan terbata-bata.
"Queen!" Ucap James denga terdengat datar ditelinga Asyi tapi terdengar menyeramkan bagi Asyi.
"James...., lihat Asyi.... sedangkan sakit, izinkan lah dia istirahat," ucap Savira dengan lembut dan berusaha menutupi kesedihannya.
"James.... James..., Jay...?" tanya Savira.
"Iya Queen, " ucap Jay yang langsung membawa Savira kedalam pelukannya.
"Jay tolong izinkanlah Asyi istirahat karna jika dia sakit aku tidak mempunyai sahabat lagi.....," ucap Savira dengan mata berkaca-kaca.
Jay yang berencana ingin membunuh Asyi Secara perlahan langsung menghentikan tindakannya itu, Karena mana mungkin Jay tega melihat belahan jiwanya ini bersedih.
Savira memohon kepada Jay dengan angukan kepala seperti anak serigala yang sangat menggemaskan dimata Jay.
"Tentu saja sayang berjanjilah kau tidak boleh bersedih jika dia baik-baik saja," ucap Jay yang membelai lembut rambut panjang hitam miliki Savira.
"Tinggalkan kami!" Ucap Jay yang telah berkomunikasi melalui pikiran dengan Asyi.
"Baik yang mulia King." ucap Asyi yang kemudian pergi dari tempat itu.
Syukurlah nyawa Asyi selamat kali ini, untung saja Queen memiliki hati yang baik dan tulus jika tidak sudah dipastikan sekarang Asyi telah menjadikan abu atau bangkai.
"Jay..... apakah kau tau..., tadi aku melihat wajah Asyi.... tiba-tiba menjadi pucat, apakah mungkin di sini ada seseorang yang menyihirnya?". tanya Savira penasaran.
"Bisa jadi." ucap Jay tanpa ragu.
"Apakah kau tidak takut jika dia berbuat jahat pada mu? bagaimana jika dia adalah penyusup?" tanya Savira lagi karna melihat respon Jay yang seakan biasa saja.
"Terimakasih Queen karena telah menghawatirkan ku, aku pastikan hal itu tidak akan terjadi karna mereka mungkin telah menjadi abu tau bangkai sebelum melakukan hal itu." ucap Jay dengan santai nya, kemudia mengeratkan pelukannya pada tubuh Savira.
"Apakah kau yang membuat Asyi seperti itu?" tanya Savira dengan curiga.
"Iya, karena dia telah membuat mu bersedih tadi." jawab Jay tanpa merasa bersalah.
"Kau hampir membuat nya tidak bisa bernapas." ucap Savira dengan kesal.
"Aku tidak perduli padanya, dia bersalah karena telah membuat mu bersedih. Lagi pula aku hanya memberikan hukum ringan padanya." ucap Jay tanpa rasa bersalah.
"Kau hampir membuatnya mati tidak bisa bernapas dan kau bilang itu hukuman ringan?" tanya Savira dengan terkejut.
"Ya tentu saja Queen, itu termasuk hukum ringan." ucap Jay yang terus menikmati raut wajah kesal Savira yang terkesan sangat imut baginya.
Sungguh saat ini Savira tidak bisa berfikir jernih jika yang telah dilakukan oleh Asyi tadi saja mendapatkan hukum seperti itu apakah jika dengan meminta izin pulang akan membuat nya mati ditempat ini juga.
"Kau tidak akan pernah mati Queen, kau akan hidup kekal bersama ku sampai hari kiamat," ucap Jay yang diam-diam telah membaca isi pikiran Savira.
"Dasar curang kau membaca pikiran ku, aku ingin pulang," ucap Savira yang langsung mengungkapkan keinginannya.
"Ini rumahmu Queen, kau tidak perlu pulang dan lagi pula bukakah kau juga hanya seorang anak yatim-piatu yang hidup sendiri diasana?" tanya Jay.
"Ya kau benar, tapi aku memiliki teman-teman yang sangat baik, aku merindukan mereka." ucap Savira dengan mata berkaca-kaca.
"Mereka hanya pura-pura baik padamu, lagi pula didunia ini tidak ada yang benar-benar baik selain aku!" ucap Jay dengan angkuhnya.
"Jay aku mohon..., izin...kan aku...u.., pu..lang." ucap Savira yang kemudian tertidur karna ulah Jay .
"Jangan bersedih Queen, maafkan aku yang tidak bisa mengabulkan permohonan mu yang satu ini karna aku tidak mau kehilangan mu....., tidurlah dengan nyenyak Queen aku mencintaimu.....," ucap Jay yang telah mengecupi seluruh wajah Savira sampai ke sala-sela leher gadis cantik itu.
"Kau terlalu cantik dan memabukkan, aku sangat ingin menandaimu sekarang kalau bukan karena takut kau akan semangkin membenciku pasti aku telah melakukannya dari kemaren." ucap Jay yang kemudian berganti dengan menjadi James karna takut tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Maafkan kami Queen, kami terlalu mencintaimu." ucap James yang mengecup lama kening dan memeluk erat tubuh Savira.
"Jay hampir lepas kendali dan menandaimu tadi, dan aku rasa aku juga mungkin akan lepas kendali karna memang tubuh mu sangat memabukkan dan kau sangat cantik Queen." ucap James yang telah menyerahkan bibir pink Savira itu dengan ciuman panas.
Savira tidak meresponnya karna memang tengah tertidur lelap dibuat oleh Jay tadi
"Bibirmu sangat manis Queen, kau bertambah Seksi dengan bibir tebat hasil karnya ku ini," ucap James kemudia melanjutkan ciuman panasnya pada Savira .
"Emmmmm...," ucap Savira yang terbangun karna kesulitan bernapas.
James dengan tidak rela lepas bibir manis Savira yang sangat memabukkannya itu.
"Apa yang kau lakukan Jay?" ucap Savira tidak terima.
"Aku James, tentu saja mencium bibirmu." ucap James dengan datar.
"Kau membuatku tidak bisa bernapas," ucap Savira sambil berusaha mengatur napasnya agar kebali normal.
"Maaf Queen, tapi bibir pink mu... itu terlalu menggoda." ucap James dengan datar.
"Cukup James, kau membuat ku sangat malu. menjauh lah." ucap Savira berusaha ingin menciptakan jarang atas mereka.
"Tidak mau, aku akan menandaimu sekarang juga jika kau menyuruhku menjauh!" ucap James dengan datar dan dingin.
James membawa Savira kedalam dekapannya yang hangat lebih dalam.
"Maafkan aku telah membuat mu takut. Tapi aku dan Jay memang tidak bisa jika harus berjauhan denganmu.....," ucap James dengan datar tapi terdengat sagat lembut dari biasanya.
"Baiklah.... Emmuach." ucap Savira dengan gugup memberikan diri mengecupi pipi James.
Wajah James yang tadi terlihat datar langsung berubah lebih cerah dan terdapat senyum kecil dan dapat dilihat oleh Savira.
"Ternyata kau sangat tampan jika tersenyum." ucap Savira tanpa berkedip menatap James dengan kagum.
"Terimakasih Queen.... Emmuaach." ucap James yang kembali mengecup bibir Savira dengan kecupan singkat.