Chereads / Anak Angkat / Chapter 11 - Sekolah Menengah Pertama Part1

Chapter 11 - Sekolah Menengah Pertama Part1

Cuaca pagi yang begitu cerah, tampak hiruk-pikuk para siswa dan siswi yang berlalu-lalang.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah bagi para siswa dan siswi baru di SMP Pertiwi Cahaya, sekolah swasta yang terbilang sangat elite dan tak sembarangan orang bisa masuk di situ.

Tampak Mesya yang sudah menggunakan seragam lengkap sekolah itu, tengah berdiri di temani oleh Arumi dan Charles.

"Bagaimana, Mesya, apa kamu menyukai sekolah barumu?" tanya Arumi.

Mesya menganggukkan kepalanya, dia melihat bangunan sekolah itu yang begitu megah, dan tampak siswa-siswi  yang berseragam sama dengannya mereka terlihat sangat keren. Mesya sangat bangga bisa berada di sekolah ini, mungkin kalau dia masih tinggal di panti asuhan, dia tidak akan mungkin bisa bersekolah di sini.

"Halo, Adik Cantik," sapa Arthur yang tiba-tiba menghampirinya.

Arthur juga bersekolah di sini, Arthur kelas 9 sedangkan David kelas 11.

Di SMP Pertiwi Cahaya memang bersebelahan dengan SMA Pertiwi Cahaya dan hanya berbeda gedung saja.

"Eh, Arthur, di mana kak David?" tanya Arumi.

"Ah, mungkin dia sedang ada di kelasnya,  kak David itu, 'kan orangnya memang sangat pendiam." Ucap Arthur.

"Yah, memang dia sedikit introvert," sahut Arumi lagi.

"Yasudah, mari kita antarkan, Putri Kesayangan, kita ini ke ruang kepala sekolah," ucap Charles.

"Iya, mari, Sayang," Arumi menggandeng tangan Mesya, lalu merangkul pundak Mesya.

Sementara itu dari kejauhan, tampak David melihat mereka semua, terutama ke arah Mesya.

Sebenarnya, David sangat peduli kepada Mesya, tapi dia tak mau menunjukkan langsung kepada Mesya.

"David!"

Seorang gadis cantik berambut pirang dengan mata sipit khas oriental berlari menghampirinya.

"Hay, David, aku sejak tadi mencarimu, kamu kemana saja?" tanya gadis itu.

Namanya Salsa Audrey, atau yang akrab di sapa, Salsa. Teman sekelas dengan David.

"Bukan urusan kamu!" ketus David.

"Ya ampun, David, kok kamu itu kasar banget sih, sama cewek!" protes Salsa.

Namun David sama sekali tak peduli.

Sambil memalingkan wajahnya David mulai berjalan meninggalkan Salsa.

"David! Mau kemana?!" teriak Salsa.

Tapi David masih terdiam saja.

Salsa pun mulai mengejar David.

Sejak awal masuk ke sekolah ini, Salsa memang sudah tertarik dengan David.

Tak peduli dengan sifat David yang dingin dan arogan itu.

Bahkan Salsa juga tak peduli jika David sudah mengabaikannya, bahkan karna sifat dinginnya itu membuat Salsa terlihat seperti gadis murahan yang terus mengejar-ngejar pria yang tak menyukainya.

"David!" teriak Salsa lagi sembari menarik lengan David.

"Kamu kenapa sih, selalu dingin kepadaku? Salah aku apa? Dan mau sampai kapan kamu begini?" tanya Salsa secara beruntun.

"Selamanya!" jawab David singkat.

Dan hal itu membuat Salsa merasa sangat bersedih, entah bagaimana bisa David tidak tertarik dengannya, padahal dia sangat cantik dan populer di sekolah ini.

"David, apa kamu tidak sedikit pun tertarik kepadaku?" tanya Salsa dengan mata yang berkaca.

Perlahan David menoleh ke arah, Salsa.

"Tidak!" jawab David singkat lagi.

Terasa menyakitkan memang, bagi seorang Salsa.

Tapi mau apa lagi, dia tidak ada pilihan lain, dia tidak bisa menghapus perasaan sukanya terhadap David, dan tak memedulikan para pria yang sudah megantri mendapatkan cintanya.

"David! Please ...." Kembali Salsa meraih tangan David.

"Ada apa lagi? Sudah ku bilang aku tidak menyukai mu! Pergi dan jangan mengganggu ku! Kalau kamu masih ingin  hi—"

"Apa! Kamu mau mengancamku?" tanya Salsa.

"... Akh!" David tampak sangat kesal lalu dia menggelengkan kepalanya dan kembali meninggalkan Salsa.

Tapi lagi-lagi Salsa meraih tangan David.

"Please, lihat aku, beri aku kesempatan, Dav ...." mohon Salsa.

David menggelengkan kepalanya lagi sambil melepaskan tangan Salsa.

"Jangan ganggu aku!" Bentak David.

Salsa pun hanya bisa terdiam, dan sedikit ketakutan mendengar bentakan David itu. Kali ini dia tak mengejar David, karna dia tahu David sedang marah besar kepadanya, dia melihat sorot mata itu.

"Salsa, my Dear, jangan menghancurkan  repotasimu karna mengejar dia, Baby," ucap Marry sahabat dari Salsa.

"No! Aku gak bisa, Marry, dia itu satu-satunya pria yang paling ku suka," ucap Salsa.

"Bodoh!" Merry membentak Salsa, "Ada banyak pria yang mengantre mendapatkanmu di luar sana! Tapi kamu malah mengejar pria dingin yang tak punya hati seperti itu, Salsa!" Marry tampak sangat jengkel dengan sahabatnya.

Gadis blasteran Inggris-Indonesia itu sudah muak dengan kebodohan sahabatnya itu.

Salsa yang sangat populer anak orang kaya raya, dan berparas cantik serta memiliki banyak penggemar, karna memang dia adalah seorang model. Tapi malah memilih pria seperti David, yang sangat dingin, ketus, introvert, serta nyaris tak memiliki teman.

Memang kalau soal wajah dan penampilan, David terlihat sangat menonjol, tampan, atletis dan memiliki sorot mata yang tajam serta terlihat sangat maskulin.

Tapi sebagai sahabat yang sangat peduli dengan Salsa, dia tidak rela melihat sahabatnya terkesan murahan karna mengejar-ngejar pria yang tidak punya hati sama sekali seperti David.

***

Sementara itu, saat mulai perkenalan siswa dan siswi baru, kini wajah Mesya yang sangat cantik dan manis, dengan lesung pipit yang menghiasi senyumannya itu kini menjadi pusat perhatian.

"Ibu, kenapa mereka melihat Mesya, seperti itu?" tanya Mesya.

Arumi pun tersenyum. "Mereka melihat Mesya, karna Mesya itu terlalu cantik," jawab Arumi.

"Benarkah?" Mesya terlihat masih heran, "tapi, siswa-siswi yang lainnya juga cantik-cantik, kenapa mereka hanya melihat seperti itu kepada, Mesya?" tanya Mesya lagi.

"Begini, Sayang. Mereka memang cantik-cantik, tapi yang sangat cantik hanya putri Ibu tercinta ini," jawab Arumi.

"Apa yang di katakan Ibumu itu benar, Sayang, kamu yang paling cantik, kendati begitu, kalau sampai ada teman-teman yang berani mengganggumu, bilang kepada  Ayah, biar Ayah, akan memberikan pelajaran kepada mereka," ucap Charles.

'Tidak! Aku tidak boleh berbicara apa pun kepada, Ayah dan Ibu, karna aku tidak mau mereka akan mengalami nasib buruk seperti ibunya Zahra dan yang lainnya. Yah, walaupun aku belum begitu yakin sih, kalau orang tuaku adalah pelakunya,' batin Mesya.

"Loh, malah melamun, kamu dengar, 'kan, Mesya?" tanya Charles.

"Dengar, Ayah!" jawab Mesya tergesa-gesa.

"Bagus! Itu baru anak, Ayah," ujar Charles sembari mengelus rambut Mesya.

Setelah acara perkenalan selesai, kemudian diadakan rapat para orang tua murid.

Lalu Mesya menunggu di kantin sekolah sendirian. Dia belum memiliki satu pun teman di sini, sedangkan Arthur dan David masih sibuk di kelas masing-masing, karna memang masih jam pelajaran, meskipun jam afektif belajar belum di mulai.

Tiba-tiba, seorang anak lelaki berkacamata dan berkulit sawo matang menghampirinya.

"Kamu Mesya, 'kan?" tanya anak itu.

"Iya!" jawab Mesya, tapi dia terlihat sedang memikirkan siapa anak lelaki itu, sepertinya tidak asing baginya.

"Kamu lupa ya sama aku?" tanya anak lelaki itu.

To be continued