Chereads / Anak Angkat / Chapter 15 - Sikap David Yang Membingungkan

Chapter 15 - Sikap David Yang Membingungkan

Deru nafas terdengar sangat kencang, dan Romi terus berlari.

Dalam hati anak lelaki itu terus bertanya-tanya, di mana orang-orang saat ini.

Kenapa hari ini terlihat sepi dan tak ada satu pun orang yang mendengarkannya.

Ketika perasaan takut semakin menggelayuti perasaannya, entah dari mana asal usulnya Romi melihat dari ujung jalan tujuan ia berlari, tampak seorang pria berdiri, masih menggunakan topeng, sama persis dengan pria sebelumnya.

Namun pria yang sekarang terlihat masih muda.

Romi merasa bingung akhirnya dia berbelok. Ada sebuah lorong kecil dan Romi berlari memasukinya.

Tentu Romi merasa menyesal, dia tidak tahu di mana lorong ini akan berhenti, dia sama sekali belum pernah melihatnya.

Lalu bagaimana jika lorong ini adalah jalan buntu?

Tapi entalah, Romi tak peduli, yang penting dia tetap harus berlari tanpa henti, agar bisa terhindar dari kejaran para penjahat itu.

Tampak di belakangnya, salah satu dari pria bertopeng itu sudah mulai memasuki lorong.

Romi pun segera mempercepat langkah kakinya.

Dan dia menemukan dua jalur jalan.

Romi tampak berhenti sesaat karna bingung harus memilih jalur yang mana.

Namun tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang.

Romi tak bisa lagi berkutik, tangan pria itu sangat kuat, dan perlahan menarik tubuhnya lalu berhenti di sebuah ruangan  mirip seperti gudang.

"Kamu di sini dulu, dan jangan pergi sebelum mereka jauh ...," lirih pria itu.

Lalu pria misterius yang masih belum dia ketahui wajah dan identitasnya itu perlahan melepaskan tangannya.

Romi menoleh, dan seketika terkejut saat melihat ternyata pria itu adalah David, si kaka angkat dari Mesya.

"Kak David?" celetuk spontan Romi.

"Sssst...." David langsung memakai topeng berwarna hitam, yang baru saja dia keluarkan dari dalam sakunya, lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Romi.

Dan di depan sudah ada dua pria bertopeng yang tadi mengejar Romi.

David berbicara kepada dua pria itu, lalu menunjuk jalur kanan, yang berlawanan dengan tempat persembunyian Romi.

Romi masih mengintai mereka, lalu mereka pun berlari ke arah jalan yang di tunjuk oleh David.

Akhirnya Romi selamat, tanpa berpikir panjang dia kembali berlari kencang meninggalkan tempat itu.

Di depan gerbang tampak sang sopir baru saja pulang dengan membawa mobilnya.

"Pak Sarno!" teriak Romi memanggil nama sang sopir.

"Ada apa, Den Romi? Aden, dari mana saja?" tanya sopir itu.

"Jangan tanya terus, Pak! Cepat kunci gerbangnya!" perintah Romi.

Sopir itu tampak sangat bingung dengan tingkah aneh Romi.

"Loh kenapa, Den?" Sopir itu kembali bertanya.

"Pokoknya, tutup dan kunci!" tegas Romi.

Akhirnya sopir itu mengunci gerbang rapat-rapat, tanpa bertanya-tanya lagi, sedangkan Romi langsung berlari masuk ke dalam rumah, dan mengunci rapat pintu kamarnya.

Ini sebuah kejadian yang menyeramkan bagi Romi, selama ini Romi, sering sekali menonton film thriller tentang kejadian pembunuhan oleh pria bertopeng. Dan kejadian tadi mengingatkannya akan hal itu.

Sebuah peristiwa yang tak pernah ia bayangkan menjadi kenyataan, entah bagaimana jadinya kalau tadi David tidak menolongnya.

Mungkin dia sudah mati, di sekap atau di ambil organ tubuhnya.

Entalah... pikiran Romi memang sudah melambung tinggi kemana-mana.

"Tadi itu beneran, David ya? Si pria aneh kaka dari Mesya? Yang memarahiku habis-habisan hanya karna memakan bekal milik adiknya?" ucap Romi yang di dalam otaknya terus bertanya-tanya.

Dia bingung dengan sikap David yang tadi.

Jelas-jelas, kemarin David sangat menyebalkan, dan terlihat sekali bahwa David tidak menyukai kedekatannya dengan Mesya, tapi entah mengapa hari ini David malah menolongnya.

David menggunakan pakaian yang sama dengan dua pria bertopeng yang mengejarnya tadi.

Apa itu artinya David adalah komplotan orang-orang yang mengejarnya?

Entalah... Romi benar-benar di buat pusing akan hal itu.

***

Pagi yang cerah, dan seperti biasa, Mesya berangkat ke sekolah.

Dengan wajah cerianya dia berjalan menuju ruang kelasnya.

Gadis cantik berlesung pipit  itu, tampak tak sabar ingin bertemu dengan Romi, sahabat yang saat ini kembali membuat harinya ceria, setelah terpisah dengan Zahra.

Tapi ketika Mesya memasuki ruang kelas, tampak tempat duduk milik Romi masih kosong, padahal 5 menit lagi jam pelajaran akan segera di mulai.

"Loh, Romi kemana?" ucap Mesya.

Mesya duduk dengan perasaan bertanya-tanya, dan tampak merasa kecewa karna tak dapat bertemu dengan Romi.

Mesya terus menunggu kedatangan Romi, karna mungkin saja Romi sedang berangkat kesiangan karna telat bangun.

Tapi ternyata, sampai jam pelajaran pertama di mulai, Romi tak juga datang.

'Kenapa hari ini, Romi, bolos?' tanya Mesya dalam hati.

'Harusnya dia mengabariku, dia, 'kan punya nomor ponselku,'

Mesya tampak sangat khawatir, dia takut sekali peristiwa, saat dia di tinggalkan oleh Zahra itu akan terulang kembali.  Apalagi Mesya baru saja merasakan bahagia karna kembali memiliki teman dekat, kalau sampai peristiwa itu terulang lagi, Mesya bersumpah tidak akan mau lagi berdekatan dengan siapa pun, karna dia takut mereka akan mengalami kesialan bahkan kematian seperti orang-orang yang pernah berhubungan dengannya dulu.

Beberapa jam berlalu, bel istirahat mulai terdengar, dan Mesya mulai keluar dari dalam kelas.

Dengan langkah gontainya, Mesya berjalan menuju kantin sekolahan.

Terlihat wajah gadis berparas cantik itu begitu kecewa dan kesepian.

Harusnya hari ini dia sedang duduk berdua dan mengobrol ria bersama Romi. Dan sekarang malah dia hanya sendirian saja.

Berkali-kali Mesya melihat ponselnya dan menunggu balasan pesan dari Romi, tapi Romi tak membaca pesan dari Mesya sama sekali, bahkan saat Mesya mencoba meneleponnya, Romi juga tidak mau mengangkatnya.

"Halo adik cantik!" sapa Arthur yang berjalan menghampiri Mesya. Arthur datang bersama kedua teman lelakinya, yang bernama Rio dan Rico.

"Wah, jadi ini adik perempuanmu itu ya?" tanya Rico kepada Arthur.

"Iya, benar! Cantik, 'kan?" ucap Arthur.

"Wah, benar-benar mirip seorang putri," jawab Rico.

"Tentu saja, karna dia memang seorang, Tuan Putri, di keluarga kami, dan ingat jangan berani macam-macam dengan adik cantikku ini," tukas Arthur sambil tersenyum sinis  penuh arti.

"Ya ampun Arthur, kami tidak akan macam-macam, hanya saja kamu ingin memacarinya haha!" kelakar Rio.

Arthur mengangkat sesaat bagian alisnya dan dia kembali tersenyum tipis. "Coba saja kalau berani." Ucap dengan nada yang cukup santai dan rendah.

"Kak Arthur, ngapain kemari?" tanya Mesya.

"Aku ingin melihat keadaan adikku ini, apa dia baik-baik saja atau tidak" jawab Arthur.

Lalu Mesya menundukkan kepalanya kembali.

"Jangan bersedih, Adik Cantik, kalau tidak ada seseorang yang menemanimu, kan masih ada aku, kaka yang selalu ada untuk mu," ucap Arthur.

"Iya, Kak, terima kasih," jawab Mesya.

Dari kejauhan tampak David sedang melihat Mesya dan Arthur yang sedang mengobrol itu.

Terlihat David berekspresi dingin dan seperti sedang menahan kesal.

To be continued