Chereads / petualangan Vina gadis sembilan belas tahun / Chapter 2 - Lubang di dinding

Chapter 2 - Lubang di dinding

#Lubang_di_dinding

Part: 1

Kenalin, aku Vina, gadis berusia sembilan belas tahun, aku tinggal bersama Ibu. Tanpa seorang ayah, ayah ku telah lama meninggalkan Ibu begitu saja. Saat Ibu mengandung ku.

Hari ini, aku dan Ibu bersiap-siap berangkat menuju kota Batu. Ibu di pindahkan tugas lagi di kota tersebut.

Akhirnya kami pun sampai di rumah yang akan kami huni, yang telah disiapkan oleh teman sekantor Ibu.

Kebetulan teman sekantor Ibu orangnya baik dan sangat ramah, namanya Tante Sinta. Tante Sinta ini memiliki rumah petak dua, yang satunya kebetulan kosong, dan yang satunya lagi Tante Sinta sendiri yang menghuninya.

Saat kami baru turun dari mobil, sudah tampak Tante Sinta berdiri di teras rumah dan menyambut kami.

Tante Sinta ini umurnya sepataran Ibuku, dia sangat cantik dan menawan. Aku sungguh takjub melihatnya, pandai sekali dia merawat diri.

" Hai jeng, akhirnya kita bisa satu kantor ya jeng!" Kata Tante Sinta.

"Alhamdulillah jeng, berkat doa mu, dan kita pun bersebelahan ya?" Sahut Ibu.

"Oh iya jeng, yuk masuk di lihat rumahnya, semoga betah ya?"

"MasyaAllah jeng, pasti betah dong, rumahnya bagus masih asri dan nyaman." Kata Ibu.

"Hai cantik, kamu pasti Vina kan?"

"Oh iya, sampe lupa, ini Putri ku jeng!" Kata Ibu.

"Hai Tante, aku salami tangan Tante Sinta."

"Oh iya, ayo masuk, sampe lupa, sangking terpananya melihat putri mu." Sahut Tante Sinta.

"Tante bisa aja." Jawabku.

Rumah Tante Sinta sangat bagus, dihiasi keramik-keramik kuno, lukisan-lukisan, dan piano klasik model lama. Dan ada ukiran-ukiran kuno, dan di hiasi lampu dinding yang temaram. Terkesan syahdu dan agak horor, tapi ini yang aku suka.

Saat aku berkeliling ke arah dapur, aku merasakan ada yang aneh, di samping lemari es, tepat nya bersebelahan dengan meja makan, kenapa ada lukisan anak kecil, seperti penuh makna, wajah nya seperti aku kenali.

Tiba-tiba aku kaget, bahu ku disentuh, saat aku menoleh kesamping, ternyata Tante Sinta.

"Itu lukisan anak Tante sayang, suami Tante sendiri yang melukisnya".

Tante Sinta seolah tahu isi hatiku, sebelum aku bertanya, dia telah lebih dulu menjawab nya.

"Oh itu anak Tante ya?"

"Iya sayang, tapi sudah lama meninggal, karena sakit panas, dan suami Tante sangat kehilangan.Semenjak putri Tante meninggal, suami Tante jadi pemurung. Kadang dia menangis kadang dia tertawa, dan akhirnya suami Tante pun pergi untuk selamanya, karena dia tidak fokus menyetir dan menabrak pohon. Lukisan itu Tante temukan di dalam mobilnya, seperti nya dia terpukul sekali dengan kehilangan Putri kami."

"Maaf Tante, jadi buat Tante bersedih"

" Tidak apa-apa sayang"

"Oh iya Tan, lukisan ini sepertinya tidak asing lagi deh Tan? Kok sepertinya Vina mengenali gadis itu ya?"

"Masak sih sayang? Ya sudah sayang, daripada mengganggu, Tante akan pindahin lukisan ini, sudah lama Tante ingin memindahkan nya, tetapi tidak sempat, karena sibuk bekerja." Kata Tante Sinta.

Akhirnya Tante Sinta membawa lukisan itu dan meninggalkan ku di dapur.

Aku mencari Ibu di ruang utama, tetapi tidak ada. Ternyata Ibu di kamar sedang menyusun baju ku di lemari.

"Kamu dari mana sih Vin?" Kata Ibu.

"Barusan cerita sama Tante Sinta di dapur Bu!" jawabku.

"Ini kamar ku Bu?"

"Iya sayang, kenapa, kamu tidak suka? kalau begitu, biar Ibu yang disini, kamu yang di kamar depan saja."

"Eh jangan Bu, Vina suka kok Bu!"

"Oh ya sudah kalau gitu, sini bantu Ibu susun bajunya".

"Sudah beres, Ibu ke dapur dulu ya Vin, mau masak makan malam buat kita nanti."

Sebelum aku menjawab, Ibu sudah pergi.

Oh iya, tadi sebelum berangkat ke kota B ini, ibu sudah prepare. Membawa perlengkapan dapur, karena kami nyampek nya kesorean, dan Tante Sinta pernah cerita ke Ibu, kalau tidak ada yang menjual sayuran dan perlengkapan dapur di dekat rumahnya. Kalo ada pun akan memakan waktu setengah jam dari rumah. Jadilah Ibu prepare membawa perlengkapan dapur, karena tidak akan ada waktu untuk belanja nantinya.

Ah lega, aku merebahkan diri di ranjang, tiba-tiba terpikir olehku, lukisan tadi. Di lukisan itu ada huruf V dan tanda tangan yang sepertinya aku mengenalinya.

"Vin... Ayo makan dulu! " Suara Ibu mengagetkan ku.

Ketika aku akan bangun. Bruuuk...

Seperti ada yang jatuh di luar jendela, pas aku mendongakkan kepala keluar jendela, seperti ada bayangan.

Bersambung