#Lubang_di_dinding
Part: 3
Ku cari kertas itu, "nah ini dia". Ketika aku buka kertas itu, aku kaget dengan tulisan nya. Kertas itu bertuliskan.
"PERGI DARI SINI"
Lama aku terdiam, apa maksud dari tulisan ini. Siapa yang menulisnya. Apakah Tante Sinta? Tapi, tidak mungkin. Tidak mungkin Tante Sinta yang menulisnya.
Cepat-cepat aku berdiri, dan kusibakkan lagi kalender itu. Ku dekat kan mata untuk mengintip lubang itu. Tetapi nihil, hanya gelap yang terlihat.
"Pergi dari sini" aku mengamati tulisan ini. Siapakah yang menulisnya. Mungkinkah orang yang menyingkapkan horden di rumah Tante Sinta itu, atau? Aah... Oh tuhan, apalagi ini?
Ada apa sebenarnya dengan kejanggalan semua ini?
Apakah aku harus memberitahu Ibu, aku tidak ingin Ibu kepikiran dengan semua ini, selama ini ibu sudah bekerja keras untuk mencari biaya kuliah ku.
Aku berjalan keluar, melihat kamar Ibu. Ternyata Ibu sudah tidur.
Lalu ku ambil jaket, karena udara sini cukup dingin. Aku berjalan keluar, dan menuju ke samping rumah. Berharap ada jalan menuju halaman belakang.
Ketika sampai di teras depan, ku perhatikan rumah Tante Sinta, rumah itu cukup terang tidak ada yang aneh. Aku berjalan ke samping rumah. Ternyata di sekeliling rumah ini dipagari tembok. Dan akses jalan ke belakang juga di pagari tembok. Tapi, ada pintu besi. Pintu itu mengarah ke halaman belakang. Ketika aku pegang gagang pintunya!
"Vinaa...
Astaga, jantung ku berdesir , aku terperanjat. Hampir aku terjatuh.
"Ta...ta...tante
"Kamu ngapain disini sayang, kok belum tidur?
"Kaget Vina Tan, Vina kira siapa tadi? Hemm belum ngantuk Tan, Vina takjub dengan pemandangan malam ini. Makanya Vina berkeliling.(mencari alasan, supaya Tante Sinta tidak curiga).
"Kamu suka alam ya sayang?
"He...he... Begitulah Tan. Lho Tante dari mana, kok bawa kantong kresek?
"Oh ini,,, ayo sayang, kita duduk di teras, supaya enak ngobrolnya, biar tidak di gigit nyamuk"
Kami pun berjalan berbarengan menuju teras depan. Mata ku tidak berhenti menatap kantong yang di bawa Tante Sinta.
"Ayo duduk!"
"Iya Tan"
"Ini tadi Tante habis dari luar, ada perlu tadi. Sebentar ya? Tante ke dalam dulu.
Ketika Tante Sinta masuk ke dalam, aku memperhatikan ruang tamunya. Ternyata banyak lukisan. Lukisan-lukisan itu seakan penuh makna. Mata ku tertuju pada satu lukisan, yaitu lukisan gadis kecil yang berada di dapur tadi.
Akhirnya Tante Sinta pun muncul ke arah depan. Cepat-cepat aku duduk. Tante Sinta membawa dua cangkir teh dan sepiring biskuit.
"Hai sayang, maaf ya lama, yuk di minum teh nya.
"Ih Tante repot-repot bikin teh segala."
Aku menyesap teh buatan Tante Sinta, kami asik ngobrol dan bersenda gurau. Tante Sinta bercerita kalau dia hobi menanam, dan menghias tanaman. Pantasan saja di sekeliling rumahnya banyak tanaman hias.
"Tan, apa ada waktu Tante mengurus semua tanaman ini?
"Ketika libur saja Tante baru bisa merawatnya.
Ketika asik bicara, aku mendengar suara rantai diseret. Aku melihat ke arah jendela, samar seperti ada bayangan tepat di ruang tamu.
Daan tiba-tiba...
"Sudah malam sayang, kamu masuk gih! tidak bagus udara malam buat mu, nanti masuk angin lagi!."
"Tante, itu...
"Ayo Tante antar sampai pintu!"
Tante Sinta seolah tahu kalau aku curiga dengan suara tadi. Dan mengalihkan pandangan ku, lalu menyuruh aku untuk masuk. Dan dia benar-benar mengantarkan ku hingga ke pintu.
"Kunci yang rapat pintunya ya sayang, daah... Selamat tidur!
"Iya Tan, makasih, selamat tidur.
Aku duduk di samping ranjang ku, dan menggapai kertas yang bertuliskan, "pergi dari sini" sampai berfikir apa maksud dari tulisan ini?
Akan kah yang menulis ini? Ah tidak mungkin. Tante Sinta itu hanya sendiri di rumah. Lalu, apa isi kantong yang dibawa Tante Sinta tadi? Ah...pusing menjawab semua ini.
Akhirnya aku tertidur juga sangking kelelahannya.
Tepat di jam tiga dinihari, aku terbangun. Ingin buang air kecil. Lalu aku berjalan ke kamar mandi yang berada di dapur.
Astaghfirullah... Aku mendengar suara tangisan. Bergegas aku ke jendela, dan mengintip ke arah gudang. Karena suaranya mengarah ke sana.
Tiba-tiba... Kraaang... Aku menjatuhkan panci. Sehingga menimbulkan suara yang sangat keras. Lalu, suara tangisan itu berhenti, dan ibu pun menghampiriku.
"Suara apa itu Vin?
"Sst... aku mengarahkan telunjuk ke bibirku. Ini Bu, Vina kesenggol panci.
"Oh ibu kira apa tadi, lagian udah jam segini kamu kok belum tidur sih?
"Vina mau buang air kecil Bu.
"Aduh Vin, kamar mandi nya disini, pancinya disana, kenapa bisa kesenggol sama kamu sih?.
"Sst... ayo Bu kita ke kamar.
Aku menarik tangan Ibu ke kamar. Suara tangisan itu berhenti ketika panci jatuh tadi.
Lalu aku di buru dengan pertanyaan Ibu.
"Kamu kenapa sih, Vin?
"Ibu, tadi Vina mendengar suara tangisan.
"Hah, dimana?
"Di belakang Bu, arah gudang itu.
"Kamu salah dengar kali, apalagi pagi-pagi buta ini, kamu berhalusinasi itu!.
"Tidak mungkin salah Bu, Vina benar-benar dengar.
"Ya sudah, istirahat lagi, Ibu capek, nanti jam setengah tujuh Ibu sudah harus di kantor.
"Ya deh, Vina tidur disini ya?
"Ya sudah, tidur aja bareng Ibu.
Tiba-tiba...
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara ketokan pintu.
Bersambung