#Lubang_di_dinding
Part: 2
Ketika aku akan bangun. Bruuuk... Seperti ada yang jatuh di luar jendela, pas aku mendongakkan kepala keluar jendela, seperti ada bayangan.
"Siapa ya?" Kata ku.
Bergegas aku lari keluar kamar, ingin melihat di teras samping.
Aauuw... Aku terjatuh bertabrakan dengan Ibu.
"Kamu kenapa sih Vin, seperti kesetanan gitu?" Kata Ibu.
Aku tidak menghiraukan panggilan Ibu. Secepatnya aku keluar, dan pas sampai di teras. Ternyata pot bunga yang jatuh. Tidak ada siapa pun di situ.
" Lalu siapa yang jatuh kan pot bunga itu?"
Ku rapikan pot bunga itu. mustahil bisa jatuh sendiri. "Pikirku". Ketika aku kembali ke teras Ibu dan Tante Sinta sudah berada di teras depan.
"Hai sayang, dari mana?" Tante Sinta bertanya.
"Barusan dari teras samping Tante!" Jawabku.
"Oh, gimana dengan suasana rumahnya, kamu suka?" Kata Tante Sinta.
"Alhamdulillah senang Tante!"
"Eh kok malah asik ngobrol, ayo masuk jeng!" Sahut ibu.
"Wah tidak usah repot-repot jeng, saya cuma mau mengantarkan ini, saya tadi bikin soup." Kata Tante Sinta.
"Malah jeng lho yang repot, pake ngantar soup segala!" Ibu menimpali.
" Tidak kok jeng, pas tadi lagi bikin soup, kebanyakan kalau di makan buat sendiri."
"Wah, terimakasih banyak lho jeng!" Sahut Ibu.
"Hmmm, ya sudah, saya pamit dulu, semoga suka ya sama soup nya?" Kata Tante Sinta.
Lalu Tante Sinta pun masuk ke dalam rumahnya. Tapi ada yang aneh, sedari tadi kami asik mengobrol, ada yang menyingkap horden jendelanya Tante Sinta, padahal tadi Tante Sinta bilang kalau dia cuma tinggal sendiri di rumah.
Lalu siapa itu?
Tidak mungkin aku salah lihat, jelas sekali itu seseorang di balik horden itu. Sebelum ke kota ini, Ibu juga pernah bercerita, kalau Tante Sinta itu hanya sendiri.
"Eh, ngelamun aja, ayo masuk!" Sahut Ibu.
"Eh iya Bu".
"Ibu perhatiin dari tadi kamu ngapain sih Vin, aneh gitu?"
"Iya Bu, Vina mau nanya nih, Tante Sinta itu hanya sendiri di rumah kan Bu?"
"Iya, dulu nya Tante Sinta itu mempunyai suami dan seorang anak. Tetapi anaknya meninggal dan suaminya depresi, lalu mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya."
"Kasian ya Bu?"
"Iya, itulah namanya takdir, ayo nak kita makan."
Aku pun menyantap makanan yang dimasak Ibu. Kami melahap makanan kami masing-masing. Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba Aku dan Ibu mendengar teriakan. Sumber suaranya mengarah ke pintu belakang.
Spontan aku dan Ibu berdiri dan berlari menuju pintu belakang. Tetapi pintu itu terkunci. Kuncinya tidak ada tergantung dibpintu itu, mungkin Tante Sinta lupa memberinya kepada kami.
Sangking penasaran nya aku sedikit memanjat, dari celah jendela, aku terpana dengan pemandangan di belakang. Banyak tanaman dan ada sebuah rumah, tepatnya seperti gudang. Terang dan " eh tunggu-tunggu, itu kan Tante Sinta?."
Kulihat Tante Sinta keluar dari gudang itu dan membawa nampan. Ia berjalan tergesa-gesa menuju rumahnya.
Apa yang dilakukan Tante Sinta di gudang itu?
Ibu memutuskan memanggil Tante Sinta, karena Ibu kuatir terjadi apa-apa pada Tante Sinta. Siapa tahu dia butuh sesuatu.
Ibu dan Aku berjalan ke rumah sebelah, rumah Tante Sinta. Aku pun menggedor pintunya. Dan tak lama keluar lah Tante Sinta.
"Maaf jeng!, Kami mendengar teriakan, kami takut jeng kenapa-napa?" Kata Ibu.
"Hmm... Anu... hemmm... Tidak ada apa-apa jeng, tadi ada tikus di dapur, jadi saya kaget dan spontan teriak, maaf ya jeng?" Kata Tante Sinta.
"Oh, Vina pikir Tante kenapa-napa." (Mataku tidak berhenti celingukan melihat ke dalam).
"Tidak apa-apa sayang, terimakasih ya sudah perhatian ke Tante, ya sudah Tante ke dalam dulu ya? Mau beberes."
Ada yang aneh dengan Tante Sinta, saat dia menjawab, Tante Sinta gugup. Dan ketika aku melihat situasi di dalam, ada rantai diantara pintu kamar belakang.
Ketika aku mengamati rantai itu, perlahan bergerak, seolah ada yang menarik nya ke arah dalam kamar itu.
Aah... Aku semakin di buat penasaran dengan lukisan, tirai horden yang tersingkap, pot bunga yang jatuh, suara teriakan, gudang belakang rumah Tante Sinta dan rantai itu.
Kami pun kembali ke rumah. Ketika aku hendak menutup pintu, terdengar suara seperti rantai yang di banting ke lantai.
Aku ingin keluar, tetapi tangan Ibu menahan ku dan menarik ku masuk.
"Sudah jangan di hiraukan, mungkin tetangga lain." Kata Ibu.
Akhirnya kami masuk, kepala ku penuh dengan tanda tanya, ada apa gerangan?, Belum sampai satu hari, sudah banyak kejanggalan di rumah ini.
Aku dan Ibu sibuk membereskan piring kotor dan merapikan meja. Setelah beberapa menit selesai juga. Aku kembali ke pintu belakang dan mengintip di balik celah jendela, melihat halaman belakang dan ke arah gudang itu. Gudang itu tidak seterang tadi, hanya temaram saja. Tetapi mengapa terbesit di pikiran ku, seperti ada sesuatu di gudang itu.
"Vin, ayo istirahat, Ibu pun sudah lelah ini".
"Iya Bu".
Kami kembali ke kamar masing-masing, dan aku pun merebahkan tubuh ini. Ketika aku melihat di dinding atas, tepatnya di kalender yang menggantung, itu kalender bergerak seperti ada yang mendorongnya dari sebelah. Ketika aku menyingkapkan kalender itu, ada sebuah lubang, dan dari sebuah lubang itu, keluar gulungan kertas.
Kertas itu jatuh, dan ketika aku dekatkan mata ke lubang itu, lubang itu sudah tertutup. Seperti nya di sumbat juga di sana.
Tiba-tiba aku teringat dengan gulungan kertas yang keluar dari lubang itu.
Ku cari kertas biru, "nah ini dia", ketika aku buka kertas itu, aku kaget dengan tulisan nya. Kertas itu bertuliskan.
"PERGI DARI SINI"
Bersambung