Dua puluh menit kemudian...
Ali pun keluar dari dalam rumah sehabis itu masuk kedalam garasi. Ia mengambil motor serta atribut motor lainnya yang biasa ia gunakan.
Setelah selesai memakai atribut motor, Ali berjalan kearah motornya lalu memanaskan motornya terlebih dahulu sebelum dikendarainya. Agar motornya tidak cepat rusak.
Tak lama, Ali menaiki motor tersebut. Namun saat ia ingin mengendarainya, tiba-tiba...
"Ali! tunggu!" teriak Malik didepan pintu rumah.
Ali langsung menghentikan motornya lalu menatap Malik yang berdiri didepan pintu.
"Ada apa, pak?" tanya Ali sembari membuka kaca helm motornya.
"Tangkap ini!" Malik melemparkan sebuah kunci mobil.
Ali berhasil menangkap kunci mobil tersebut. Iapun langsung turun dari motornya lalu mendekati Malik yang berada didepan pintu.
"Pak, kenapa bapak memberikan kunci mobil ke Ali?" tanya Ali dengan polosnya.
"Kamu gunakan mobil ini untuk ke kampus, ya," jawab Malik.
"Tidak usah, pak. Ali naik motor saja ke kampus biar lebih cepat sampai," tolak Ali sembari mengembalikan kunci mobil yang dipegangnya.
"Sudah, pakai mobil ini! jangan biarkan Mira pakai! dia sudah sering pakai mobil ini dan lagipula Mira kan sudah lama tidak keluar rumah," bantah Malik sembari memberikan kunci mobil yang sempat Ali berikan.
"Kenapa tidak bapak pakai saja untuk jalan-jalan sama ibu?" tanya Ali.
"Sudah kamu jangan banyak bicara! jangan membantah ucapan bapak! lebih baik kamu gunakan mobil ini untuk ke kampus dan juga mengantar pacarmu ke kampus," celetuk Malik yang membuat Ali heran.
"Ha? pacar? maksud bapak, Mikha?" tanya heran Ali.
"Iya, yang sebentar lagi akan menjadi menantu bapak dan ibu," canda Malik.
"Astaghfirullah, pak. Mikha itu bukan pacarku, kita berdua hanya bersahabat!" bantah Ali.
"Shuttt! kamu diam saja! sekarang berangkat ke kampus dengan menggunakan mobil ini!" perintah Malik.
Pada akhirnya Ali pun setuju menggunakan mobil tersebut untuk pergi ke kampus sekaligus mengantar Mikha.
Ali melepas semua atribut motor yang dipakainya lalu memasukkan atribut motor serta motornya kedalam garasi. Sekaligus mengambil mobil yang akan digunakannya untuk pergi ke kampus.
Setelah itu Ali mengendarai mobilnya keluar dari rumah dan ia berhenti saat berada tepat didepan rumah Mikha. Ali membunyikan klakson mobil agar Mikha segera keluar dari dalam rumah.
Didalam rumah...
Mikha merasa geram dengan suara klakson yang amatlah berisik. Iapun keluar dari dalam kamarnya untuk menegur mamanya. Mikha pikir itu semua ulah mamanya yang berusaha membangunkan Mikha padahal sudah dari tadi pagi dia bangun.
"Ma! aku udah bangun dari tadi pagi! dari subuh! sekarang aku lagi masukin buku latihan setelah itu berangkat! mama gak usah membunyikan klakson mobil begitu dong," bentak Mikha.
Angelina pun terkejut mendengar ucapan Mikha karena ia dari tadi sibuk membersihkan kutek di kuku tangannya.
"Mikha sayang, dari tadi mama disini bersihin kutek. Bukan mama yang berisik membunyikan klakson mobil," jelas Angelina pada Mikha.
"Terus, siapa yang membunyikan klakson mobil dong?" tanya Mikha yang dibalas dengan gelengan kepala Angelina.
Seketika itupun Mikha langsung kembali masuk kedalam kamarnya lalu keluar sembari menggendong tas ransel mini.
Iapun melihat Ali yang berada didalam mobil. Dan mobilnya tersebut terparkir tepat didepan rumahnya.
"Pak Ali!" sebut Mikha.
Mikha berlari menghampiri Ali sembari mengikat rambut panjangnya yang terurai.
"Pak Ali, apakah kamu yang membunyikan klakson mobil? berisik tahu pak!" bentak Mikha.
"Iya, memang iya. Kenapa? salah?" tanya Ali.
"Ih nih orang kesurupan jin apa sih? perasaan gw ngomong nya baik-baik kok malah jawabnya tengil banget gak kaya biasanya," batin Mikha.
"Sudah, ayo masuk kedalam. Saya antarkan kamu ke kampus," perintah Ali.
"Ya, pak," jawab Mikha.
Setelah itu Mikha masuk kedalam mobil Ali. Iapun duduk disebelah bangku Ali lalu memakai sabuk pengaman. Setelah siap, Ali mengendarai mobilnya.
Seperti biasa, tujuan pertama mereka adalah pergi ke kampus Mikha yakni universitas Gunadarma. Setelah itu baru Ali lanjut ke kampus tempat ia bekerja.
Didalam mobil terlihat Mikha melamun memikirkan sesuatu. Ali yang melihat itu, lantas saja langsung bertanya kepada Mikha dan membuat lamunan Mikha terpecah.
"Mikha, kamu kenapa? apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Ali.
"Eh pak, anu Mikha lagi itu loh...." Mikha terlihat terkejut, iapun bingung harus berkata apa.
"Coba kamu ceritakan secara tenang dan baik-baik agar saya mengerti apa masalahmu saat ini," ucap Ali.
"Eitsss... nih orang tadi sikapnya tengil banget sekarang sikapnya so cool banget. Dia kerasukan atau punya kepribadian ganda sih?" batin Mikha.
"Mikha? kok kamu malah diam saja? coba kamu ceritakan kepada saya apa masalahmu hingga kamu terus memikirkannya," ucap Ali.
"Enggak kok pak, aku enggak mikirin yang berat-berat. Hanya saja memikirkan pelajaran matematika, bapak tahukan itu ketakutan terbesarku?" jelas Mikha.
"Mikha, dengar ya! setiap orang itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan kita bisa kok berusaha yang terbaik dengan kekurangan yang kita miliki. Contohnya seperti ini, misalnya Mikha mempunyai kekurangan yakni tidak bisa pelajaran matematika. Tetapi jika Mikha terus berlatih, tentu Mikha bisa meskipun tidak ahli banget," nasihat Ali.
Mikha pun tersenyum mendengar ucapan Ali yang menyentuh. Meskipun kata-katanya terlihat umum tetapi Ali selalu bisa membuatnya tenang dalam kondisi apapun itu.
"Hmm, makasih ya pak," ucap Mikha sembari tersenyum.
"Terimakasih? terimakasih untuk apa?" tanya heran Ali.
"Terimakasih karena bapak selalu bisa membuat saya tenang dalam kondisi apapun," jawab Mikha.
Ali langsung tersenyum haru mendengar ucapan Mikha. Asal Mikha memujinya pasti Ali sangat bahagia.
"Mikha, saya berkata sesuai kenyataan. Itu hanya sebuah kata-kata umum, tidak istimewa. Semua bisa berkata seperti itu," jelas Ali dengan perasaan yang bahagia.
Kemudian suasana mobil menjadi tenang dan hening. Hanya terdengar suara musik yang disetel oleh Mikha namun sudah diizinkan oleh Ali.
***
Satu setengah jam kemudian...
Ali dan Mikha sampai di kampus Gunadarma. Ali menghentikan mobilnya lalu keluar dari dalam mobil bersama Mikha.
"Makasih ya pak udah nganterin aku. Sepertinya aku sering merepotkan bapak, maaf ya," ucap Mikha.
"Mikha jangan bilang seperti itu, kamu tidak merepotkan saya kok. Saya tulus hati membantumu," jawab Ali.
"Humm ya sudah pak, saya masuk kedalam ya. Assalamualaikum," ujar Mikha sembari mencium punggung tangan kanan Ali.
"Walaikumsalam," jawab Ali.
Setelah itu Mikha berjalan selangkah demi selangkah meninggalkan Ali. Tetapi baru saja beberapa langkah, teman-teman Mikha datang dan langsung menghampiri Mikha.
"Mikha, lo lama banget datangnya!" celetuk Lirna (teman dekat Mikha).
"Iya nih, kita capek nunggu lo!" saut Alifah (teman dekat Mikha).
"Memang ada apa? kenapa kalian sangat menungguku?" tanya heran Mikha.