Chereads / Dosen Amnesiaku / Chapter 10 - Reality or fantasy?

Chapter 10 - Reality or fantasy?

Suasana mobil tampak hening dan sepi. Hanya terdengar suara musik yang sengaja disetel, tidak ada yang bicara diantara Ali ataupun Mikha.

***

Tiga puluh menit kemudian...

Mikha dan Ali sampai di Museum Macan. Mereka berdua turun dari mobil setelah itu masuk kedalam.

"Apakah bapak mengajakku ke Museum Macan?" tanya Mikha.

"Iya, apakah kamu pernah kesini sebelumnya?" tanya balik Ali.

"Aku baru lihat di google, tetapi sebelumnya aku belum pernah kesana," jelas Mikha.

"Kalau begitu, mari masuk kedalam," ajak Ali yang dibalas dengan anggukan Mikha.

Setelah itu Ali dan Mikha masuk kedalam Museum Macan. Saat berada didalam, Mikha pun menikmati setiap sudut ruangan yang ia lewati bersama Ali.

"Bagus ya, pak. Meskipun terlihat biasa saja, namun ini mengagumkan!" ujar Mikha.

"Iya, kamu suka?" tanya Ali.

"Ya," jawab singkat Mikha.

Mereka berdua kembali menjelajahi setiap sudut Museum Macan dan juga berfoto bersama di museum tersebut.

***

Beberapa jam kemudian...

Mereka sudah puas mengelilingi museum tersebut, tinggal satu kali lagi tempat yang mereka keliling.

"Hum sudah hampir dua jam kita berkeliling, ya?" ucap Ali.

"Ya, pak. Tinggal satu tempat lagi yang belum kita potret!" jawab Mikha.

"Ya sudah, mari kita kesana," ajak Ali.

Setelah itu mereka berdua masuk kedalam ruangan terakhirnya. Saat disana, betapa terkejutnya Mikha melihat Hector yang ada didalam ruangan tersebut. Seketika itupun Mikha langsung mengajak Ali keluar dari sana.

"Pak Ali! lebih baik kita pulang saja atau ketempat lain? saya sudah bosan disini," ujar Mikha.

"Tidak, Mikha! tanggung! hanya satu ruangan lagi," bantah Ali.

"Tolong pak, kita pergi saja ya dari sini," jawab Mikha.

Saat mendengar suara Mikha, Hector pun menatap kearah Mikha yang ada dibelakangnya. Meskipun sih jaraknya jauh, iapun melihat Ali yang ada didekat Mikha.

"Aarav? sembilan tahun aku mencarimu, akhirnya kita bertemu!" ucap Hector terharu bisa melihat adiknya yang pernah dikabarkan telah tiada.

***

#Flashback on#

Sembilan tahun lalu...

Terlihat Hector sedang sibuk menyetel musik dengan volume tertinggi, didalam kamarnya. Tak lama, ponselnya berdering. Iapun langsung mematikan musik tersebut dan memilih mengangkat telepon.

"Hello, who is this? (Halo siapa ini?)," tanya Hector.

Seketika raut wajah Hector berubah saat sehabis ia mengajukan pertanyaan. Matanya tampak berkaca-kaca seolah ia mendapatkan kabar duka!

Saat itupun, Hector langsung berlari keluar dari kamarnya dan berlari kearah ruang keluarga. Sesampainya disana, ia melihat semua keluarganya berkumpul di ruang keluarga dan terlihat wajah mereka semua sedih.

"Tidak mungkin! tidak mungkin Aarav meninggal! dia adalah adikku yang kuat! adikku yang selalu ku banggakan! tidak mungkin!" ucap Hector sembari meneteskan air matanya.

Ia sangat dekat dengan Aarav. Ia benar-benar menjaga Aarav layaknya seperti seorang kakak, maka dari itu ia sangat terpukul.

"Nak, Aarav... Aarav," terlihat mama Hector tidak bisa berkata apapun didepan Hector.

Hector pun langsung berlari kearah kedua orang tuanya lalu duduk disamping mamanya.

"Mom? tidak mungkin kan! tidak mungkin!" ucap Hector.

Tiba-tiba datang seorang wanita cantik berambut panjang coklat. Ia langsung terjatuh lalu bersandar di dinding sembari menangis.

#Flashback off#

Hector langsung berlari kearah Ali lalu memegang tangannya agar ia tidak bisa pergi.

"Aarav adikku!" cegat Hector.

Ali dan Mikha langsung berhenti ribut. Ali terlihat menatap tajam kearah Hector apalagi saat Hector memanggilnya Aarav.

"Maaf, anda siapa, ya? saya tidak kenal dengan anda! satu lagi, nama saya adalah Ali Brahnowo bukan Aarav!" ucap Ali.

"Dek, kamu jangan bercanda! kakakmu yang selalu tangguh di depanmu langsung tak berdaya mendengar kamu mengalami kecelakaan pesawat. Tapi sekarang, aku menemui mu dek! Kozhikina, mom, dad, dan kakakmu ini telah menunggumu selama sembilan tahun. Mereka akan bahagia saat melihatmu," jelas Hector.

"Tolong jangan bersikap seperti mengenali saya karena saya tidak mengenal anda dan orang-orang yang anda sebut. Ibuku adalah nyonya Mira, bapakku adalah tuan Malik. Dan satu lagi, pacarku adalah Mikha!" bentak Ali sembari memegangi tangan Mikha.

"Sudah, jangan bercanda deh! ayo kita pulang!" Hector mulai bersikap memaksa.

Seketika itu, Ali langsung menonjok wajah Hector agar Hector tidak memaksanya lagi. Setelah itu Ali menarik tangan Mikha dan pergi keluar dari sana.

***

Didalam mobil...

Terlihat Ali kesal akan tingkah laku Hector yang menurutnya tidak memiliki sopan santun. Ali sangat membenci orang-orang seperti itu apalagi hingga memaksa. Mikha yang mengetahui sifat Ali mencoba menenangkan Ali.

"Pak, bapak tidak usah marah! mungkin saja dia mabuk. Sudahlah biarkan, pak," ucap Mikha sembari memegangi lengan kiri Ali.

"Iya, saya berusaha melupakan itu dan kita akan pergi ke tempat yang lebih istimewa!" jelas Ali.

"Kemana, pak?" tanya Mikha.

Ali pun menatap kearah Mikha sembari tersenyum. Setelah itu ia menghadap ke depan dan tidak mengeluarkan sepatah katapun.

***

Tiga puluh menit kemudian...

Ali dan Mikha sampai disalah satu tempat yang sudah direncanakan secara matang oleh Ali. Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan menuju tempat tersebut. Mikha merasa heran, mengapa Ali membawanya ke pantai?

"Pak Ali, kenapa aku diajak ke pantai sih? aku gak bawa baju renang atau baju ganti!" ucap lugu Mikha.

"Bukan itu maksud tujuan saya kesini. Sekarang saya tutup matamu, saat sudah sampai baru kubuka," jawab Ali sembari mengeluarkan penutup mata.

"Tunggu! pak Ali tidak berniat jahat kan kepada saya?" curiga Mikha.

"Untuk apa saya berbuat jahat?" jawab Ali sembari menutup mata Mikha.

Sehabis itu, Ali menuntun Mikha berjalan menuju tempat yang ditujunya. Dan yang ditujunya adalah Jetski Cafe.

Mereka masuk kedalam Jetski Cafe. Ali memilih untuk duduk didekat pantai supaya lebih romantis suasananya dan mereka bisa menikmati pemandangan matahari terbenam.

Saat berada di meja yang telah Ali pesan jauh-jauh hari, sekeliling meja tersebut dihiasi banyak balon dan juga terdapat sebuah taburan mawar merah membentuk love.

Ali pun membuka penutup mata Mikha agar Mikha melihat semua keindahan yang mengelilinginya.

"Sekarang buka matamu! dan rasakan suasananya," ujar Ali sembari menyimpan penutup mata.

Sedikit demi sedikit Mikha membuka kedua matanya. Saat melihat semuanya, ia benar-benar takjub dan tidak bisa berkata apapun karena nuansa romantisnya yang benar-benar terasa.

"Apakah kamu suka dengan ini?" tanya Ali.

"Su... suka, pak!" jawab Mikha.

"Jangan panggil saya, pak. Panggil Ali saja," perintah Ali.

"Ba...baik," ujar Mikha.

Setelah itu Ali menarik kursi yang akan digunakan untuk Mikha duduk. Iapun mempersilahkan untuk duduk dikursi yang ia pegang saat ini.

"Silahkan duduk dikursi mu, nona," ujar Ali.

Setelah itu Mikha duduk sembari tersenyum manis. Ali pun juga duduk didepan Mikha lalu menatap Mikha dengan perasaan yang penuh dengan kebahagiaan.

"A... Ali? apakah ini rencanamu dari jauh-jauh hari? untuk apa restoran ini disulap menjadi tempat romantis? lagipula kita niatnya hanya makan!" ujar Mikha.

"Kita tidak hanya makan, Mikha," jawab Ali sembari memegangi tangan kanan Mikha dengan kedua tangannya.

Mikha pun menatap kearah tangan Ali yang memegangnya. Sontak, Mikha langsung menarik tangannya dan berdiri.

"Humm, pak. Saya mau cuci tangan dulu ya," ujar Mikha.

"Ya sudah, silahkan," jawab Ali.

Setelah itu Mikha masuk kedalam untuk mencuci tangan padahal itu hanya alasan semata. Iapun mengeluarkan ponselnya lalu memeluknya dengan erat karena tidak menyangka akan ada peristiwa seperti ini.

"Ya Allah, apakah ini semua fakta? atau hanya sekedar mimpi?" ucap Mikha.

Tak lama datang satu pelayan resto lalu mendekatinya. Pelayan resto tersebut secara tiba-tiba memakaikan Mikha sebuah mahkota bunga dan secara tiba-tiba ada taburan bunga mawar yang dilemparkan ke dirinya.

"Mari nyonya, ikuti saya," ucap pelayan yang memakaikan bunga tersebut sembari memegangi tangan kanan Mikha.

Mikha mengikuti perkataan pelayan tersebut, mereka pergi dan kembali ke meja makan yang ada Ali nya. Tetapi saat mendekati meja makan tersebut, pelayan itu terhenti dan memilih membukakan pintu saja.

"Silahkan," ucap pelayan itu.

Mikha kembali berjalan kearah meja makan tempat Ali berada, tetapi Ali tidak terlihat disana. Ditambah ada yang melempar taburan bunga mawar kepadanya.

"Aduh, kemana pak Ali?" batin Mikha.

Mikha berdiri di tengah taburan bunga mawar yang membentuk love tersebut. Iapun mencari Ali kesana-kesini sampai akhirnya...

"Mikha!" terdengar suara Ali tepat dibelakang Mikha.

Seketika itu, Mikha langsung membalikkan badannya dan ternyata benar bahwa itu adalah Ali.

Seketika itu Ali berlutut dengan satu kaki didepan. Tak cuma itu dia juga mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang. Tidak besar dan juga tidak kecil.

Setelah itu Ali membuka kotak tersebut dan mengangkatnya sembari berkata....

"Will you be my life companion? (Maukah kamu menjadi pendamping hidupku?)," tanya Ali.

Mikha tersenyum melihat itu. Iapun menjawab pertanyaan Ali sesuai keputusannya.

"Yes, I want to (Ya aku mau)," jawab Mikha.

Setelah itu Ali berdiri lalu memakaikan barang yang ada didalam kotak tersebut. Dan yang ada didalamnya adalah sebuah kalung emas putih, ia memakaikannya kalung tersebut dileher Mikha.

Sehabis acara tersebut, mereka lanjut ke acara selanjutnya yakni mengisi kekosongan perutnya. Mikha dan Ali menghabiskan waktu bersama hingga malam hari.