Mereka berjalan berdua menuju pesisir pantai. Sembari berjalan, mereka saling mengobrol satu sama lain.
"Kamu tahu, apa yang membuat saya bisa mengalami pendarahan di kepala seperti ini?" ujar Ali sepontan.
"Apa? apa yang membuat kamu mengalami pendarahan?" tanya Mikha penasaran.
Mereka sampai di pesisir pantai, Ali dan Mikha duduk dipantai sembari menikmati pemandangan pagi hari.
"Laut! kecelakaan!" jawab Ali yang membuat Mikha bingung.
"Laut? kecelakaan? maksudnya? aku tidak akan paham kalau dijelaskan secara teka-teki seperti ini!" keluh Mikha.
Ali menatap wajah Mikha sembari tersenyum kecil. Setelah itu ia kembali menatap kearah lautan yang berwarna jernih tersebut.
"Apakah kamu yakin mau mendengar asal mulanya?" tanya Ali.
"Yakin! aku sangat yakin! sudah, tidak perlu banyak pembukaan. Ceritakan saja asal mulanya," perintah Mikha.
"Tapi tunggu! kamu malah memakai sepatu boot di pantai, kalau sampai terkena air, bagaimana?" tanya Ali.
"Aku bawa banyak sepatu boot, lagipula aku sering menggunakan sepatu boot ini saat ke pantai bersama keluarga dan teman-temanku. Jadi tidak apa-apa," jelas Mikha.
Setelah itu Ali mengambil sedikit air lautan yang mengenai sepatunya dengan menggunakan sebuah wadah kecil.
Sehabis itu ia menunjukkan wadah berisi air laut tersebut kepada Mikha.
"Asal usulnya ada disini! saya tidak tahu lebih panjangnya, saya hanya mengingat sedikit-sedikit saja," ujar Ali.
"Apakah kamu tenggelam? atau apa?" tanya Mikha.
"Bukan. Jadi, sembilan tahun yang lalu. Aku mengalami kecelakaan pesawat yang terbang menuju Eropa, tepatnya ke Amerika. Pesawat yang ku tumpangi sempat meledak di udara sebelum puing dan beberapa korban lainnya jatuh ke laut. Aku salah satu penumpang yang jatuh lebih dulu ke laut Jawa pada saat pesawat itu meledak dan menjadi puing-puing. Aku melihat begitu banyak korban di sekitarku meskipun pengelihatanku buram karena aku sempat terkena puing tajam pesawat saat pesawat itu meledak. Dan saat aku bangun, aku berada diatas ranjang yang disampingnya terdapat pak Malik dan bu Mira. Tetapi yang masih membuatku heran, mengapa aku hanya mengingat sedikit-sedikit saja? kata pak Malik aku sepertinya amnesia dan ia berkata bahwa aku adalah anaknya," jelas Ali pada Mikha.
"Apa? jadi kamu pernah mengalami tragedi kecelakaan pesawat yang membuatmu amnesia?" tanya Mikha terkejut.
"Ya, sampai saat ini aku hanya bisa mengingat sedikit-sedikit memori kecelakaan pesawat itu. Bahkan, saat aku terbangun dari pingsan ku, aku tidak mengenali pak Malik maupun bu Mira," jawab Ali.
Mikha kembali berpikir tentang kata-kata teman-temannya selama ini. Apakah iya bahwa Ali itu sebenarnya adalah Aarav Alkatiri? Mikha sempat mengingat perkataan orang-orang yang bertuju ke Aarav Alkatiri.
"Apakah? apakah orang yang selama ini aku kenal adalah Aarav Alkatiri? apakah semua kata-kata yang tidak aku pedulikan ternyata benar?" batin Mikha.
"Mikha? kenapa kamu diam saja? apa yang kamu pikirkan?" tanya Ali.
"Ali, pernahkah berpikir bahwa sebenarnya kamu bukan anak pak Malik dan bu Mira?" tanya balik Mikha secara sepontan.
"Untuk apa aku berpikir seperti itu? mereka tidak akan mungkin berbohong apalagi berurusan dengan data pribadi," jawab Ali.
"Sudahlah, jangan bahas masalah itu. Lupakan kejadian tersebut dan kita lebih baik bersantai saja," usul Mikha.
"Baik, maukah bermain air? akan ku potret kamu," ujar Ali.
"Oke, mari," ajak Mikha.
Setelah itu mereka berdua membuka sepatunya tetapi tiba-tiba datang perahu yang ditumpangi oleh Hector. Mikha dan Ali melihat itu, mereka berdua langsung berhenti melepas sepatunya dan berdiri menatapi Hector.
"Apakah dia cari gara-gara lagi dengan kita? atau mau liburan disini?" tanya Ali dengan suara yang kecil.
"Ali, lebih baik kita balik saja ke penginapan. Mungkin saja kedua orang tuamu, mencari kita," ajak Mikha sembari memegangi tangan kanan Ali.
"Ya sudah, ayo," Ali pun berjalan bersama Mikha menuju tempat penginapan.
Tetapi mereka sudah keburu dicegat oleh Hector yang telah berada diatas pasir pulau Harapan.
"Tunggu! kamu mau kemana adikku? untuk dua hari yang lalu, aku biarkan kamu pergi. Tapi untuk sekarang tidak akan kubiarkan kamu pergi, Kozhikina telah berangkat dari Amerika. Lalu mom and dad telah memesan tiket pesawat untuk ke Indonesia, jadi ayo pulang, Aarav! jangan pergi dari kami," ucap Hector yang menghentikan langkah Ali.
Ali melepaskan pegangan tangan Mikha, lalu ia membalikkan badannya dan menghampiri Hector yang dari tadi sudah berada dibelakangnya.
"Apakah anda benar-benar sudah tidak waras? apakah saya perlu memasukkan anda ke rumah sakit jiwa?" tanya Ali sembari menatap tajam Hector.
"Wah-wah watak adikku yang dulu sudah berubah, yang tadinya sopan kini menjadi bajingan!" ucap Hector.
Seketika, Ali langsung menonjok kencang wajah kanan Hector hingga bibir Hector mengeluarkan sedikit darah.
"Kau benar-benar sudah tidak waras! saya bukan adikmu! saya tidak punya kakak ataupun adik! saya hanya mempunyai orang tua!" bantah Ali.
"Kamu yang sudah tidak waras, apakah ini pelajaran yang kamu dapat sehabis kecelakaan pesawat itu?" ucap Hector.
Ali kembali menonjok wajah Hector hingga wajah Hector sedikit membiru.
"Bisakah anda diam! saya katakan sekali lagi, saya tidak kenal anda ataupun orang-orang yang anda sebutkan itu! lebih baik anda pergi, jangan ganggu saya!" bentak Ali.
Saat itu juga, Hector memukul Ali tetapi Ali berhasil menangkis pukulan Hector. Akhirnya diantara mereka terjadi perkelahian besar.
Mikha mencoba menahan perkelahian tersebut tetapi usahanya tidak berhasil. Iapun memutuskan untuk meminta tolong kepada orang-orang yang tidak terlalu jauh dari sana.
"Kau pikir, aku tidak bisa mengalahkan mu?!" ucap Hector.
"Diam!" bentak Ali.
Mereka terus berkelahi tanpa henti-hentinya sampai pada akhirnya, saat Hector mau memukul leher belakang Ali, ia melihat tanda lahir Ali.
"Tunggu! aku bisa buktikan kalau aku adalah kakakmu! kamu mempunyai tanda lahir yang berbentuk seperti matahari di leher belakang mu!" cegat Hector.
"Hai, bodoh! kau pikir aku begitu bodoh seperti kamu? tanda lahir ku bisa terlihat jelas karena dari tadi kau mau memukul bagian belakang tubuhku!" jawab Ali.
"Benar-benar bajingan!" tiba-tiba Hector memukul kepala Ali dengan kencang. Dan perbuatan tersebut tidak disengaja olehnya.
Ali langsung terhenti, ia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Ali berlutut dan ia jadi tidak fokus dengan Hector.
Mikha pun langsung berlari kearah Ali lalu duduk disampingnya.
"Ali, kamu kenapa?" tanya Mikha khawatir.
"Aww... kepalaku benar-benar sakit," ucap Ali.
"Ya sudah, kita balik saja ke penginapan lalu kamu beristirahat," ujar Mikha.
"Ya!" jawab Ali.
Setelah itu mereka berdua berdiri dan berjalan secara perlahan-lahan. Mikha memegangi lengan kiri Ali sembari berjalan.
Hector merasa bersalah, iapun berjalan mendekati mereka berdua.
"Aarav! maafkan aku. Aku tidak sengaja melakukan itu!" ujar Hector.
Mikha merasa geram dengan Hector, iapun menampar wajah Hector dengan kencang.