Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 84 - MENCARI TEMAN...

Chapter 84 - MENCARI TEMAN...

Saat bel istirahat berdering, semua murid berhamburan pergi ke kantin sekolah. Bagi kelas dua dan tiga, mungkin mereka merindukan makanan khas sekolah. Untuk Rafa and the geng, mereka kembali menjadi sorotan para junior dikantin.

Tempat duduk favorit mereka pun sudah disiapkan oleh pemilik kantin seperti biasanya. Dan sudah memperingati murid lain untuk tidak menempatinya.

Sementara berempat, hanya ada Rafa, Rafi, Rio dan Laura. Mereka sedikit terganggu dan kurang nyaman saat menikmati makan siang dikantin. Karena kehebohan para murid perempuan kelas satu. Rafa cs menjadi perbincangan dan topik dikalangan kelas satu. Ditambah murid pindahan yang membuat mereka risih.

"Hai!" ucap Melani menghampiri meja Rafa. Namun Rafa, Rafi dan Rio mengabaikannya. Mereka hanya menatapnya sekilas.

"Juga." sapa balik Laura meskipun tanpa menatapnya juga.

"Gue, boleh bergabung sama kalian gak ?" tanyanya sedikit ragu.

"Kenapa harus sama kita ?" tanya balik Rafi dengan ketus. "Masih banyak tempat lain kan ?"

"Heh, Melani! Duduk sini aja, elo gak selevel duduk sama mereka." celetuk Shandy menawarkan tempat duduk.

"Ish! Elo apaan sih, nawarin dia bareng sama kita ?" ketus Nadin cemberut.

"Ah, iya." Melani pun segera duduk dan bergabung ditempat Shandy.

"Kenalin, gue Shandy. Dia Ripan." ujarnya seraya memperkenalkan cowok yang duduk disebelahnya. "Dan cewek bar-bar itu namanya Nadin." tunjuk Shandy.

"Hai semua, salam kenal ya." ucap Melani mencoba akrab.

"Elo jangan tersinggung sama perkataan si Rafi tadi. Dia memang seperti itu. Mereka cuek orang nya, tapi sebenarnya baik kok." jelas Shandy.

"Betul banget tuh." timpah Ripan. "Apalagi si Rafa, dia jarang banget bicara."

"Rafa? Emm... mereka kembar ya ?" tanya Melani penasaran.

"Iya, mereka kembar." jawab Shandy.

"Apa kalian bisa membedakannya ?"

"Tentu saja bisa." timpal Ripan. "Ciri khas mereka itu ada pada style rambutnya. Begitu cara gue membedakannya." terangnya dan langsung dipahami oleh Melani.

Mereka pun berbincang-bincang sambil menyantap makanannya, tetapi tidak termasuk Nadin. Ia dengan cepat segera menghabiskan makanannya dan berlalu pergi meninggalkan kantin.

Laura pun sadar akan sikap Nadin terhadap murid baru tersebut. Nadin memperlihatkan kalau dia tidak menyukai kehadiran Melani. Entah apa alasannya, yang jelas Laura sedikit lega dengan apa yang telah dilakukan Nadin terhadap Melani.

"Ra! Flora!" panggil Rafi yang melihat Laura melamun. "LAURA!" tekannya.

"Hah, iya. Kenapa ?" ucapnya kaget.

"Elo kenapa? Sakit? Dari tadi melamun aja."

"Gu-gue, gue gapapa kok." jawab Laura terbata-bata. "Mmm, gue duluan ke kelas ya." Laura pun beranjak pergi. Rafi melihat ada yang aneh dengan sikap Laura, ia terus memandangi kepergiannya yang tinggal terlihat hanya punggungnya saja.

Rafi mulai berpikir dan akan mencari tahu keanehan tersebut. Sesekali dirinya melirik ke arah dimana Melani duduk. Entah apa yang membuatnya berpikir untuk tidak berteman dengan murid baru tersebut.

"Apa ada yang menyukai dia?" tanya Rafi tiba-tiba seraya menunjuk dengan dagunya yang mengarah pada Melani.

"Apa gue terlihat seperti buaya darat?" tanya balik Rio sedikit ketus. "Pertanyaan macam apa itu?"

"Bukan gitu maksud gue anjim." tukas Rafi. "Gue rasa, dia mempunyai aura-aura negatif dalam dirinya."

"Elo kira dia setan, punya aura negatif?"

"Mungkin saja."

Usai menyantap makanan dikantin, Rafa dan yang lainnya bergegas pergi kembali ke kelasnya. Karena tak ada Rachel yang biasanya minta ini itu saat jam istirahat membuat mereka lebih cepat pergi meninggalkan kantin. Apalagi dengan suasana baru yang dimana banyak adik kelas terus memandangi Rafa yang membuatnya risih.

Sedangkan Melani, masih asyik mengobrol dengan Shandy juga Ripan. Mereka terlihat akrab meskipun baru pertama bertemu.

"Sepertinya mereka sangat populer ya?" ujar Melani.

"Banget. Secara, mereka kan anak-anak tajir." timpal Ripan.

"Tadi pagi aja, mereka bawa motor barunya ke sekolah." timpah Shandy. "Padahal mereka baru aja dibeliin mobil mewah sama orang tuanya."

"Wow! Setajir itukah mereka?"

"Tapi jangan salah, mereka tidak sombong kok."

"Oh iya, cewek yang tadi bareng mereka itu siapa?" tanya Melani lagi sedikit kepo.

"Oh, dia Laura. Biasanya sih mereka itu berlima."

***

Didalam kelas, Laura dan Nadin nampak sedang mengobrol sambil bercanda. Mereka berdua kini sering bersama semenjak Rachel dan Salsa tak ada. Keduanya saling akrab meskipun merasa kurang lengkap dengan ketidak hadirannya Rachel disekolah.

Disisi lain, Melani berusaha mendekati circlenya Laura. Ia terus mencari cara agar diterima dan bisa bergabung dengan mereka.

"Hai!" ucap Melani dengan membawa dua minuman kotak sari buah ditangannya. "Ada yang mau? Ini gue bawa dari rumah, nyokap gue punya usaha minuman." jelasnya sambil menyodorkan minuman tersebut pada Laura juga Nadin.

Kehadiran Melani tidak disambut baik oleh mereka berdua. Terutama Laura yang entah kenapa selalu menghindar dari Melani. Melihat ketidaknyamanan Laura, dengan segera Rafi langsung menyambar minuman yang ada ditangan Melani.

"Dia tidak sembarangan meminum minuman seperti ini." ujar Rafi.

"Tapi ini halal kok." sanggah Melani.

"Ya iyalah halal, kalau enggak mana mungkin nyokap lo jual." ketus Rafi.

Lagi-lagi Melani dibuat skakmat oleh Rafi. Dalam hatinya ia merasa kesal dengan sikap orang-orang yang cuek terhadap dirinya, terutama Rafi.

"Elo ngapain bagi-bagi minuman kek gini ?" lanjut Rafi penasaran. "Hah, gue tahu nih. Pasti elo ada maunya." tuduhnya.

"Gue, gue gak ada maksud apa-apa kok. Niat gue baik, gue cuma ingin berbagi aja." katanya dengan nada sedikit tinggi. "Kalau gak mau ya gapapa."

"Mel!" panggil Shandy. "Udah gak usah masukin dalam hati, si Rafi emang cablak orangnya." ungkapnya.

"Tapi emang benar Shan, gak ada maksud lain. Gue cuma cari teman aja. Siapa tahu kita cocok jadi sahabat." jelasnya.

"Sahabat ? Ngarep banget, elo." ketus Nadin dan beranjak dari tempat Rachel.

***

Beberapa jam kemudian, bel pulang telah berdenting. Karena hari ini hari pertama sekolah, semua murid pulang lebih awal. Kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya dilakukan. Sebagian guru masih menyiapkan untuk kegiatan-kegiatan sekolah selanjutnya.

Banyak sekali murid-murid yang berlalu lalang diparkiran sekolah. Terutama dihalaman parkiran motor. Tak hanya orang-orang yang membawa kendaraannya, tetapi parkiran malah dikerumuni banyak gadis-gadis yang menunggu kehadiran Rafa cs.

"Kak Rafa!" panggil seorang murid perempuan berkacamata. Rafa dan Rafi pun berhenti melangkah. Mereka menoleh secara bersamaan, membuat murid tersebut jadi bingung.

"Kenapa ?" tanya Rafi. Namun Rafa dan Rio langsung menaiki motornya masing-masing dan segera melenggang dari parkiran.

"Ini, buat kak Rafa." ucap murid itu sambil memberikan sebatang cokelat. Dia juga tidak menyadari jika sebenarnya itu bukan Rafa. Tetapi Rafi sengaja melakukan itu, karena ia tahu bahwa kembarannya tidak suka diperlakukan spesial oleh orang asing.

"Oh, thank you." Rafi pun mengambil cokelatnya. "Tapi sorry, gue bukan Rafa." ujarnya agar tidak ada kesalahpahaman.

Sedangkan digerbang utama sekolah, Laura bersama Nadin tengah berjalan keluar sekolah.

"AAHHH!" teriak Laura tiba-tiba terjatuh.

"Eh sorry!" ucap gadis berambut sebahu yang sama-sama terjatuh. "Aduh, maaf nih. Gue gak sengaja."

"Laura, elo gapapa kan ?" tanya Nadin panik.

"Gue gapapa kok, Din." jawabnya sembari mencoba berdiri dengan dibantu Nadin. "Aahh!" ringis Laura kesakitan sampai mau terjatuh kembali. "Kaki gue sakit, sepertinya terkilir."

Merasa tak diperhatikan, Melani bangun dan berdiri dengan sendirinya. "Gu-gue, gue minta maaf Laura. Barusan kepala gue sedikit pusing, dan gak sengaja buat elo terjatuh." ucapnya meminta maaf.

"It's okay!" timpal Laura datar.

"Elo pulang naik apa? Dijemput atau gimana ? Mau gue pesenin taxi?" tanya Melani kepo.

"Kenapa ?" tanya seorang cowok tiba-tiba berhenti tepat didepan gerbang pakai motor besar, entah itu Rafa atau Rafi. Sebab wajahnya tertutupi oleh helm.

"Barusan Laura terjatuh, dan mungkin kakinya terkilir." jawab Nadin.

"Ayok naik."

"Eh tunggu dulu. Elo Rafa apa Rafi ?" tanya Nadin bingung.

Laura pun sedikit terkekeh mendengar pertanyaan Nadin. "Dia Rafa, Nadin." timpalnya.

"Oh, okeh!"

"Buruan naik." titah Rafa lagi dengan nada datarnya.

"Emm... Rafa, gimana kalau Laura naik mobil aja? Kasihan kalau naik motor, bisa pegel nanti kakinya." saran Melani.

"Siapa elo? Berani-berani nya ngatur orang." ketus Nadin.

"Gue bukan ngatur, gue cuma kasih saran aja." sangkalnya.

"Halah, alasan elo."

"Elo tuh kenapa sih, Din? Dari awal ketemu, elo kek nya gak suka banget sama gue?"

"Udah-udah! Gak usah pada ribut. Malu dilihatin orang." sanggah Laura. "Din, gue cabut duluan ya." lanjutnya pamitan.

"Oke! Hati-hati elo." Nadin pun segera masuk ke dalam mobil setelah Rafa dan Laura meninggalkan pekarangan sekolah.

★★★★★