Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 85 - DIA BERUBAH...

Chapter 85 - DIA BERUBAH...

Kejadian disekolah tadi siang, membuat Melani kesal dan mengomel sendiri. Ia tak berhasil mendapat teman baru, apalagi mendekati Laura. Ia juga berpikir kalau sepertinya dia pernah melihat Laura, tapi entah dimana. Sekilas wajah Laura sedikit mirip dengan teman lamanya.

"Apa ini cuma kebetulan? Nama dia hampir sama dengan siculun Lara." pikirnya dalam hati. "Tapi mana mungkin juga, si Lara bisa sekolah di SMA ternama dan terkenal diJakarta Selatan."

Melani pun mempunyai rencana untuk bisa mencari tahu tentang Laura. Dia merasakan sesuatu yang aneh dengan sikap Laura yang selalu menghindari dirinya ketika bertemu.

"Gue bakal buktiin, kalau dia itu Lara. Bukan Laura."

***

Keesokan paginya, Rafa menyuruh Pak Dudung untuk memanaskan mesin mobil yang biasa dipakai ke sekolah. Ia takkan mengendarai motor barunya sebelum kaki Laura benar-benar sembuh.

Laura yang pulang kerumah Rafa, sudah mendapat perawatan yang baik. Kakinya yang bengkak karena terkilir sedikit membaik.

"Bagaimana dengan kakimu, Laura?" tanya Rere ditengah-tengah sarapan pagi mereka.

"Sudah lebih baik, oma." jawabnya sopan.

"Apa perlu panggil dokter?" timpah Cellyn.

"Tidak usah tante, makasih."

"Apa yang sudah dia lakukan, sampai elo terjatuh seperti itu?" tanya Rafi penasaran.

"Dia? Dia siapa?" tanya balik Adriana. "Siapa yang kamu maksud, Rafi?"

"Murid baru dikelas kita." timpalnya.

"Siapa?"

"Namanya Melani, tante." jawab Laura.

"Oh, cewek toh." timpah Andrian.

Waktu menunjukan pukul setengah 7 pagi. Rafa dan yang lainnya tengah dalam perjalanan menuju sekolah. Kali ini, hanya Rafi dan Rio yang mengendari motor. Mereka bagaikan dua orang bodyguard yang sedang mengawal tuannya.

Setibanya diparkiran sekolah, Rafa langsung turun dan segera membukakan pintu mobil untuk Laura. Seluruh murid yang melihatnya sangat terkejut dengan pemandangan indah nan romantis dipagi hari. Namun membuat beberapa murid perempuan iri dan cemburu terhadap Laura.

"Biar gue jalan sendiri saja." ucap Laura sedikit malu.

"Kenapa?"

"Gak enak gue dilihatin banyak orang."

"Laura!" panggil seseorang dan tak lain adalah Nadin. Laura pun menoleh ke arah sumber suara. "Gimana kaki elo?" tanyanya menghampiri.

"Mendingan kok."

"Sini gue bantu jalan." Mereka berdua pun berlalu pergi.

Keadaan didalam kelas XI.MIPA Elit sangat gaduh. Mereka dihebohkan oleh pemilihan ketua kelas dan wakil yang bakal calonnya adalah Rafa juga Melani. Pemilihan akan dilaksanakan pada jam pertama yang kebetulan mata pelajarannya Bu Rima.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Ripan heran.

"Kalau sampai si Rafa tahu siapa yang udah daftarin dirinya jadi calon ketua kelas? Siap-siap kena amukan tank." timpah Shandy.

"Kenapa harus si Melani juga sih calonnya?" tambah Desi.

"Iya. Cocokkan juga Ripan sama Nadin." sambung yang lain.

Sesampainya didalam kelas, Rafa juga Laura beserta antek-anteknya terkejut melihat dua lembar kertas yang menempel pada papan tulis. Semua murid pun sontak takut melihat tatapan Rafa yang sangat tajam.

Rafi yang sangat pengertian, langsung melepas kertas yang menempel dengan cara merobeknya. "Siapa yang lakukan ini?" tanya Rafi ketus. "JAWAB?" bentaknya.

"Semua orang dikelas ini gak ada yang tahu Fi." jawab Shandy. "Gue juga gak tahu siapa yang tempel kertas itu."

"Tapi orang pertama yang berada dikelas, itu Melani." lanjut Desi.

"MELANI ?"

"Memang caper ya itu orang." umpat Nadin.

Bunyi bel masuk pun terdengar begitu jelas. Akan tetapi Melani belum sampai dikelas juga, padahal seluruh penghuni kelas MIPA Elit sudah berada ditempatnya masing-masing. Anehnya, tas milik Melani sudah berada dimejanya sendiri.

Rafi masih berdiri didepan papan tulis dengan melipat kedua tangannya. Ia menunggu kehadiran Melani masuk ke kelas.

"Loh, kenapa kertas Rafa disobek?" tiba-tiba Melani masuk kelas.

"Oh, jadi elo yang tempel?" tanya Rafi dengan wajah kesal.

Melani pun heran dengan tingkah Rafi didepan kelas. Padahal kertas itu foto Rafa yang dijadikan formalitas untuk calon ketua kelas. "Gue kan cuma nempel foto Rafa, kenapa elo yang sewot ?" tanyanya bingung.

"Elo disini cuma murid baru. Kenapa tingkah dan sikap elo seenak jidat ngatur hidup orang ?"

"Gue cuma dapat perintah aja dari Bu Rima, suruh nempel ni kertas."

"Semua guru disekolah ini tahu, siapa Rafa? Siapa kita?" tekan Rafi. "Mereka tidak akan bertindak seenaknya tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan."

"Heh, Melan! Lagian Bu Rima gak mungkin asal pilih calon ketua kelas, apalagi elo." cibir Nadin.

"Ribut-ribut apa ini ?" tanya Bu Rima tiba-tiba sudah diambang pintu kelas. "Bel sudah bunyi beberapa menit yang lalu, kenapa kalian masih berisik?" Bu Rima pun melangkah masuk ke dalam kelas.

"Apa yang sedang kalian ributkan?" tanyanya sekali lagi.

"Apa hari ini ada pemilihan ketua kelas ?" tanya balik Rafi memberanikan diri.

"Iya. Hari ini Ibu akan membuat kepengurusan kelas."

"Untuk calon ketua kelas, kenapa Ibu mendaftarkan Rafa dengan Melani? Bukankah sudah jelas, bahwa Ripan dan Nadin yang cocok jadi ketua kelas." protes Rafi.

"Iya Bu. Rafa kan sudah menjadi ketua basket disekolah kita. Dia gak mungkin bisa membagi waktunya." ungkap Jeno.

"Lagian, Melani murid baru." tambah Hesti. "Akan ada rasa canggung bila dia jadi ketua kelas."

***

**Pukul 12.00 WIB**

Pada saat jam istirahat, Laura tidak pergi ke kantin. Karena akan memakan waktu lama untuk sampai dikantin, sedangkan kaki Laura sedang tidak baik. Dia hanya menunggu makanan yang dipesan olehnya pada Rafi.

📞"Jangan bikin onar elo disekolahan." ucap Laura menasihati seseorang diseberang telpon.

📞"Berani elo nasehatin gue? Awas aja kalau pulang, gue jitak pala lo."

"Laura!" panggil seseorang. Laura pun menoleh, lalu kembali menatap layar ponselnya.

📞"Chel! Sorry ya, gue tutup dulu telponnya. Bye!"

"Kenapa?" tanya Laura sinis.

"Gue cuma mau kasih ini sama elo." kata seseorang itu seraya menyodorkan mini cake cokelat. "Anggap aja itu permintaan maaf gue udah bikin kaki elo sakit." jelasnya.

"Gue gak papa kok. Elo gak usah berlebihan dan merasa bersalah seperti itu."

"Tapi semua orang menyudutkan gue."

"Melani! Gue udah maafin elo. Sorry, gue gak bisa terima ini. Makasih sebelumnya." tegas Laura.

"Dia benar-benar berbeda dengan Lara." gumam Melani dalam hati. "Apa dia berubah? Atau memang dia bukan Lara?" Melani terus memikirkan sesuatu diotaknya. "Kalau begitu, apa kita bisa berteman?" tanyanya membuat Laura membulatkan matanya.

"Coba saja kalau bisa." jawab Laura dengan cepat.

"Apa elo tipikal orang yang pilih-pilih?"

"Ya." jawabnya singkat.

"Kenapa ?"

"Apa elo harus punya alasan untuk berteman dengan seseorang? Atau apakah elo harus punya alasan untuk membenci seseorang?" Pertanyaan balik Laura membuat Melani sedikit tersentak. Dan dia kembali berpikir kalau pertanyaan itu memang ditujukan pada dirinya.

"Benar. Dugaan gue benar." pikirnya.

"Nih, makanan elo." Rafi pun datang membawakan pesanan Laura.

"Thanks ya Fi." ucapnya berterima kasih.

"Elo ngapain disini?" ketus Rafi pada Melani.

"Gue lagi ngobrol aja." jawab nya santai. "Sekilas, wajah Laura sedikit mirip dengan teman lama gue. Makanya gue ingin berteman dengannya."

Terlihat dari tatapan Laura yang sedikit menegang saat Melani berkata seperti itu.

"Heh Melon! Tuhan itu menciptakan jutaan manusia dibumi. Wajar saja kalau mirip." gumam Rafi. "Lagian gue juga pernah ketemu orang yang mirip elo."

"Hah, dimana ?"

"Kebun binatang lah." ucap Rafi tertawa girang.

***

Rumah minimalis bercat abu-abu muda yang terlihat mewah itu adalah rumah milik Melani. Meski tidak bertingkat, namun rumah itu memiliki kesan megah dengan adanya mobil sport BMW berwarna putih dihalaman rumahnya.

Wajar saja jika Melani sedikit royal karena kedua orang tuanya masing-masing mempunyai pekerjaan yang bagus.

"Gue harus pastiin, kalau dia adalah Lara. Gue bakal cari tahu informasi tentang Laura."

★★★★★

•••Wah! Sepertinya ada yang baru nih dari Sahabat Sulfam... Kek nya kagak seru deh, kalau gak ada biang kerok hihii... Stay here di cerita SulFam ya ges ya :)•••