Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 83 - MELANI PUSPA SITANGGANG

Chapter 83 - MELANI PUSPA SITANGGANG

🎵Pagiku cerah, matahari bersinar

Ku gendong tas merahku, dipundak

Selamat pagi semua, ku nantikan dirimu

Didepan kelasku, ku nantikan kamu...

Lantunan lagu pun mengalun dipagi hari, yang dinyanyikan oleh Rafi dengan suara bisa dikatakan lumayan. Ia tengah memakai sepatu kesayangannya dan bersiap turun ke lantai bawah untuk sarapan.

Seragam baru, status baru. Ya, setelah menjadi seorang senior, seragam pun harus berbeda. SMA Antariksa memang memiliki ciri khas seragam sesuai tingkatannya. Seperti seragam putih coklat muda yang dipakai oleh Rafi, itu menandakan bahwa Rafi merupakan murid kelas dua.

"Good pagi semuanya!" sapa Rafi pada seluruh anggota keluarganya seraya duduk dimeja makan.

"Pagi juga sayang." ucap Adriana.

"Wih! Anak papah ganteng banget sih." sambung Haris memuji.

"Oh jelas dong! Anak papah Haris gitu." timpal Rafi bangga.

"Dih, pede banget bang Rafi." cibir Rey. "Padahal om Haris udah memuji semua orang. Dan bang Rafi adalah orang terakhir yang dibilang ganteng."

"What?" ujar Rafi kaget. "Apa benar begitu, pah ?" Haris pun terkekeh melihat raut wajah Rafi yang sedikit cemberut. "Ck! Papah ih."

"Selesaikan sarapan kalian secepat mungkin." titah Bram dengan nada begitu serius.

"Lah, ini baru jam 6 lewat 15 menit eyang." sanggah Rafi.

"Pokoknya lima menit lagi, eyang tunggu didepan."

***

Usai sarapan, Rafa, Rafi dan Rio bergegas menemui Bram dihalaman depan rumah. Mereka dibuat mati penasaran olehnya. Sampai-sampai berpikiran negatif tentang apa yang akan dilakukan oleh bapak Sultan yang terhormat terhadap mereka.

"Jangan-jangan ada aturan baru lagi nih." pikir Rafi.

"Tapi kenapa cuma kita bertiga?" tanya Rio heran.

"Elo maunya berapa orang kamvret?" geram Rafi. "Orang cucu eyang itu cuma ada lima."

"Iya juga sih."

"Ehheemm!" ucap Bram berdeham membuat ketiga cucunya sontak terdiam. "Karena kalian sudah berada dikelas dua, eyang ingin aturan baru." lanjutnya tanpa basa basi.

"Apa gue bilang." bisik Rafi pada Rio. "Feeling gue gak pernah meleset."

"Sebelumnya eyang ingin bertanya sesuatu."

~~~

"Rafa!" panggil Bram seraya melempar sebuah kunci dan langsung ditakis oleh Rafi. Bram pun melakukan hal yang sama terhadap Rafi juga Rio.

Ketiga cucu sultan itu lagi lagi dibuat bingung dan penasaran usai dikasih beberapa pertanyaan maut yang sudah seperti seorang umat manusia yang meninggal lalu diinterogasi oleh sang malaikat.

"Kunci apaan nih?" tanya Rio penasaran sambil membolak balikkan kunci yang dipegangnya.

Rafa pun tiba-tiba menyeringai sambil menatap kunci tersebut. "Pertanyaan jebakan, intimidasi fake, and...

"Shuuttt!" potong Rafi memberi kode agar tidak ada yang berbicara lagi. Dan dia paham maksud perkataan Rafa. Lalu berlari ke depan garasi, alhasil ia menemukan sesuatu. Seketika dirinya terkejut sampai mulutnya terbuka membentuk huruf O. "Oh God! Gue harap ini bukan mimpi." gumamnya.

Rio pun mencoba mencubit tangan Rafi sampai dia merasa kesakitan. "Aaahhh!!! Sakit anjim!" teriak Rafi. "Apaan sih elo, maen cubit-cubit aja?" ketusnya sembari mengelus elus tangannya yang dicubit Rio.

"Bantu memastikan, gue." timpal Rio.

Tiga buah sepeda motor besar telah terparkir didepan garasi. Motor buatan Jepang yang memang hanya ada 3 jenis yang dijual di Indonesia merupakan keluaran terbaru dari merek ternama.

***

Pukul 07.15 WIB, Rafa, Rafi dan Rio telah sampai disekolah. Lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian diawal tahun ajaran baru seperti waktu pertama kali mereka menginjak disekolah Antariksa. Bedanya kali ini mereka menjadi senior dan banyak diperhatikan oleh seluruh murid baru.

Tetapi karena mereka baru pertama kalinya memakai kendaraan beroda dua ke sekolah, seluruh murid kelas tiga pun tak ketinggalan untuk memperhatikan ketiga cucu sultan tersebut. Semua mata tidak lepas pandangannya dari ketiga penguasa sekolah Antariksa itu. Terutama para kaum hawa.

"Wah! Keren banget!" ucap kagum salah seorang murid perempuan kelas 1.

"Siapa mereka ?" timpah yang lain.

"Sepertinya mereka senior kita." timpal seseorang.

Setengah jam kemudian, seluruh murid Antariksa telah melaksanakan upacara wajib hari Senin sekaligus apel penyambutan siswa dan siswi baru yang telah resmi menjadi murid di SMA Antariksa.

Tanpa harus mengantri didepan mading sekolah hanya untuk melihat daftar nama dan kelas baru, Rafa dan yang lainnya sudah mengetahui kelas mana yang akan menjadi penjara bagi mereka yang tak pernah terpisahkan.

Kelas MIPA Elit menjadi kelas baru untuk Rafa, Rafi dan Rio juga Laura. Kelas yang dikhususkan untuk para murid unggulan dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau sains hanya berisikan 20 siswa dan siswi pintar berprestasi, termasuk Rachel dan Jason. Namun untuk saat ini mereka berdua memulai belajar dinegara orang meskipun hanya beberapa bulan.

"Ya, gak seru ah!" ucap Nadin. "Kucing garong sama burhan nya kagak ada."

"Maksud elo si Rachel sama si Jason ?" timpah Laura memastikan.

"Yoyoy!" timpalnya. "Eh, bay the way katanya ada murid pindahan yang bakalan masuk kelas kita." lanjut Nadin.

"Siapa ?" tanya Rafi penasaran.

"Entahlah." Mereka pun mengobrol didalam kelas sampai Bu Rima tiba depan kelas mereka.

Seketika suasana kelas menjadi hening, karena mereka tahu bahwa Bu Rima akan menjadi wali kelas XI MIPA Elit.

"Selamat pagi anak-anak!" sapanya seraya duduk dimeja pojok depan sebelah papan tulis. Semua muridpun menjawab sapaan Bu Rima dengan serempak. "Sebelumnya, ibu ingin memperkenalkan murid baru dikelas kita. Dia merupakan murid pindahan dari SMA Merpati." ujarnya.

"Yah, kirain teh ibu mau memperkenalkan diri." timpal Shandy membuat para murid bersorak menyorakinya.

"Sudah-sudah. Jangan pada berisik." kata Bu Rima menenangkan. "Kalian sudah kenal sama ibu, kenapa harus kenalan lagi?"

"Siapa tahu kita lupa bu, kan sudah dua minggu libur sekolah." tambah Ripan.

"Ck! Kamu ini lupa apa pikun ? Cuma dua minggu saja masa sudah lupa." Bu Rima pun segera menyuruh murid baru itu masuk ke dalam kelas.

"Wih, mantap!" ucap Shandy membuka mata lebar-lebar menatap seorang gadis berambut sebahu yang berjalan masuk ke dalam kelas dan berdiri dihadapan murid yang lainnya.

"Silahkan perkenalkan diri!" titah bu Rima.

"Halo! Nama saya Melani Puspa Sitanggang, asal sekolah dari SMA Merpati Jakarta Utara." ucap murid baru. "Senang bisa bertemu kalian."

Mendengar nama Melani, Laura tersentak dan tak bisa berkedip memandang gadis berambut sebahu itu. Entah apa yang dipikirkannya, dari cara dia memandang gadis itu sepertinya Laura memancarkan aura ketegangan dalam hatinya.

"Melani, silahkan kamu duduk dibangku yang masih kosong." suruh bu Rima.

"Boleh saya duduk dibelakang sana?" tanyanya seraya menunjuk meja kosong dibarisan pojok belakang Laura tepat depan meja Rafa. Laura pun sedikit terkejut, ia berpikir kenapa Melani menunjuk meja kosong yang sebenarnya milik Rachel?

"Itu mejanya Rachel." jawab cepat Nadin. "Siapapun tidak boleh ada yang menempatinya."

"Emm... Melani, kamu pilih kursi yang lain saja bagaimana?" saran bu Rima.

"Tapi bu, kursi itu masih kosong. Saya senang bila duduk dipojok." sanggah Melani.

"Kursi itu sengaja dikosongkan. Itu tempat favorit Rachel." ketus Nadin sedikit kesal.

"Sudah-sudah. Kamu duduk dibelakang Nadin saja ya." saran terakhir dari bu Rima.

"Baik bu." Melani pun mengiyakan dan berjalan menuju mejanya.

"Ck! Kenapa harus dibelakang meja gue juga sih? Sepertinya dia orang yang mempunyai aura negatif untuk kelas ini." pikir Nadin dalam hati dan menatap Melani tak suka.

Setelah perkenalan murid baru, Bu Rima kembali melanjutkan dan menerangkan aturan belajar dikelas elit. Juga membahas aturan tambahan ketika belajar mata pelajaran beliau, yaitu Fisika. Bu Rima Tryani, cantik, anggun, baik, dan tidak galak. Namun mempunyai sejuta aturan untuk anak didiknya.

"Sampai disini paham ?" tanyanya usai berbicara panjang kali lebar kali tinggi dihadapan murid kelas MIPA Elit.

"Paham bu." jawab murid-murid serempak.

★★★★★