Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 70 - TERTUSUK PISAU

Chapter 70 - TERTUSUK PISAU

Esok harinya, Rachel pergi kesekolah dengan segala tingkah yang menurut Rafa, Rafi, Rio juga Laura itu sangat aneh. Semakin hari Rachel semakin dekat dengan Leon. Perubahan yang drastis itu membuat semua orang bertanya-tanya. Apakah Rachel memang sudah membuka hatinya untuk Leon ? Atau hanya karena ada sesuatu ?

"Jangan-jangan Rachel dipelet lagi." pikir Rafi curiga.

"Huusss! Jangan sembarangan kalau ngomong." sanggah Laura. "Kita positif thinking aja."

"Tapi sikap dia berubah drastis 100%. Gimana gue gak curiga ?" timpal Rafi lagi.

"Jijik gue lihatnya." timpah Rio.

"Yaudah lah, kita lihat saja sampai mana. Siapa tahu dia cuma pura-pura ?"

***

Saat jam istirahat, Rachel enggan pergi ke kantin. Ia hanya mantengin laptopnya dikelas. Entah apa yang sedang dilakukannya, Leon tak berani bertanya. Dia hanya bertanya soal makan siang saja. Lalu pergi berlalu dari hadapan Rachel, mungkin ke kantin.

Selang beberapa menit, Rachel telah selesai bermain laptopnya. Ia menggeliat seraya meregangkan otot-otot tangannya yang pegal. Kemudian Leon pun kembali dengan membawa dua mangkuk mie ayam dan dua gelas minuman untuk Rachel dan dirinya. Mereka berdua pun langsung menyantapnya.

"Thanks ya, Le." ucap Rachel pada Leon.

"Sama-sama." timpal Leon lembut.

Padahal dikelas bukan hanya ada mereka berdua saja. Tetapi ada beberapa murid lain, termasuk Nadin yang baru saja tiba didepan kelas dan langsung menyaksikan keuwuan Rachel dan Leon.

"Si Rachel kesambet setan mana sih ? Kok bisa jadi baik gitu sama si Singa ?" umpat Nadin heran.

"Rachel kan tunangannya si Leon, ya wajarlah dia baik." ujar Salsa.

"Ya emang sih, tapi setahu gue Rachel itu gak suka sama si Singa."

"Leon, Nadin. Bukan singa."

"Ya pokoknya itulah. Nanti gue coba tanya Rachel langsung deh."

***

Jam istirahat telah berlalu, kini semua murid kembali ke habitatnya masing-masing. Satu jam terakhir, kelas Rachel diisi oleh guru seni. Beliau sedang menerangkan tentang kerajinan tangan. Lalu menugaskan kepada seluruh murid untuk membuatnya.

"Baik anak-anak, Ibu tugaskan kalian membuat contoh kerajinan tangan satu orang satu. Dan kumpulkan minggu depan." titah bu Eni.

"Iya, bu." ucap semua murid serempak.

"Kalau gitu, Ibu sudahi pertemuan hari ini. Jangan lupa tugasnya dikerjakan, jika tidak kalian akan mendapat hukuman." jelas bu Eni. "Terima kasih, see you next time."

Semua murid pun bersorak hore usai bu Eni melenggang dari kelas. Dan langsung membereskan semua alat tulis lalu memasukkan nya kedalam tas.

"Gimana nih, mau langsung nyari gak ?" tanya Rafi seraya merapikan buku-bukunya.

"OTW." sahut Rachel antusias.

"Kemana ?" tanya Rio.

"Pasar tradisional aja, mereka buka sampai malam kok." jawab Rafi.

"Le, aku mau pergi sama anak-anak cari bahan kerajinan. Kamu mau ikut gak ?" tanya Rachel pada Leon.

"Aku gak bisa ikut sayang." jawab Leon alay membuat orang yang mendengarnya ingin muntah pasir. "Sore ini, mamah minta jemput ke kantor. Aku juga gak bisa nganterin kamu pulang, kamu bareng Rafa aja ya."

"It's okay. Kalau gitu, hati-hati ya."

Leon mengangguk dan beranjak dari kelas meninggalkan Rachel dan yang lainnya.

"Je, elo mau ikut gak ?" tanya Rafi basa-basi pada Jason.

"Ngapain elo ajakin dia ?" tukas Rachel.

"Heh, baby bear! Gue mending ngajak si Jason daripada ngajak TU-NA-NGAN-ELO. " ucap Rafi menekan.

"Okay, gue ikut." jawab Jason seraya menatap Rachel.

Rachel pun memutar malas bola matanya dan bergegas pergi keluar kelas seraya menggandeng tangan Laura.

***

Jam diponsel menunjukkan pukul 3 sore. Mereka telah tiba disebuah pasar tradisional diJakarta Selatan. Dimana terdapat banyak pedagang yang menjual barang atau makanan khas daerah jaman dulu.

Saat tiba dipasar, mereka berpencar untuk mencari barang yang masing-masing mereka perlukan. Rachel dan Laura pergi ke arah utara, dimana banyak penjual pernak pernik hiasan atau yang lainnya.

Mereka berdua pun sedang asyik memilah milah barang atau bahan untuk membuat kerajinan. Usai mendapatkan barang yang sesuai dengan apa yang akan dibuat nanti, Laura pun segera membayar dan mengeluarkan 2 lembar uang kertas berwarna merah dari dalam dompetnya. Termasuk barang milik Rachel.

Ketika hendak memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas, tiba-tiba seseorang telah merebut dompet tersebut dari tangan Laura.

"Weh, copeettt!" teriak Laura panik. Copet itu pun langsung pergi begitu saja. "Chel, dompet gue Chel." ujarnya.

"Oke, elo tunggu disini. Gue kejar dulu tu copet." titah Rachel seraya menyodorkan dua kantong kresek yang ia tenteng pada Laura.

"Elo hati-hati Chel."

Rachel pun menyusul copet tersebut dengan berlari mengejarnya sekuat tenaga. Terlihat dari punggungnya, copet itu memakai pakaian serba hitam. Dan berlari menuju arah timur.

Laura panik setengah mati, ia pun berniat menyusul Rachel dengan setengah berlari. Lalu melihat Jason sedang berdiri didepan sebuah toko lukisan.

"Je !" panggilnya setengah berteriak yang membuat empunya nama menoleh. "Je tolongin gue." ucapnya. Jason pun mengernyitkan alisnya. "Dompet gue diambil copet, Rachel sedang mengejarnya."

Saat mendengar nama Rachel, Jason membulatkan matanya. Tanpa banyak tanya, ia langsung berlari begitu saja.

"Ah elah, gue ditinggal lagi." umpat Rachel. Lalu bergegas pergi juga menyusul keduanya.

***

Disisi lain, Rafa, Rafi juga Rio tengah asyik mencari-cari barang yang sesuai kebutuhannya. Sambil bercanda tertawa, mereka berpindah-pindah dari toko 1 ke toko lainnya. Saking asyiknya, tanpa sengaja Rafa menyenggol seseorang sampai menumpahkan minuman botol kaca sampai pecah.

"Eh sorry! Gue gak sengaja." ucap Rafa yang langsung berjongkok membersihkan pecahan botol tersebut. "Aw!" ringisnya. Cairan merah kental keluar menetes dari jari tangan kanan Rafa.

DEG !!! Seketika Rafa merasa gak enak hati.

"Elo gapapa bang ?" tanya Rafi sedikit cemas saat melihat darah keluar dari tangan Rafa.

"I'm fine." jawab Rafa santai namun sedikit mengkhawatirkan sesuatu. "Tapi perasaan gue gak enak. Ada apa ya ? Gue ke ingat Rachel." ungkapnya.

"Coba gue telfon." ujar Rafi lalu merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih.

Tuuuttt... Tuuuttt...

"Kok gak diangkat ya ?" gumam Rafi.

"Coba sekali lagi." suruh Rio. Rafi pun mencoba kembali memanggil nomor Rachel. Namun tetap saja tidak ada jawaban.

"Gue coba telpon si Flora deh." Kemudian Rafi mencari nomor Laura didial kontaknya.

📞"Flora, elo dimana ?" tanya Rafi cepat begitu tersambung.

📞"Gue ? Gu-gue ?" ucap Laura bingung seraya melihat kesekelilingnya. "Gue gak tahu ada dimana Fi. Yang jelas, gue sekarang berada didekat gedung tua." terangnya.

📞"Elo kenapa ? Kok panik gitu ?" tanya Rafi sekali lagi.

📞"Gue kecopetan, Rachel sama Jason lagi ngejar pencopetnya." jelasnya.

📞"Apa ? Kecopetan? Oke, oke! Gue nyusul sekarang kesana."

***

Usai menjawab panggilan dari Rafi, Laura pun segera masuk kedalam gedung tua itu. Dia berpikir, kalau Rachel dan Jason berada digedung tersebut. Dan benar, Rachel dan Jason tengah melawan pencopet yang mengambil dompet miliknya. Tetapi, pencopet itu bertambah menjadi 3 orang.

"Loh, kok jadi banyakan ?" tanya Laura heran dan hanya menonton dari jarak jauh. "Ayok Chel! Tonjok Chel, pukul wajahnya, Chel." teriaknya menyemangati. "Yes, berhasil berhasil hore!" ujarnya bernyanyi.

Sayangnya, tak ada yang berhasil mengalahkan Jason dan Rachel. Sekomplotan pencopet itu kewalahan melawan mereka berdua. Jason pun segera mengambil dompet yang masih berada ditangan salah satu copet. Kemudian berjalan ingin menghampiri Rachel. Tapi salah satu dari copet itu berhasil bangkit dan mengejar Jason.

Tiba-tiba...

"AWAAASSS!" teriak Rachel sambil berlari ke arah Jason lalu mendorongnya sampai terjatuh.

BLEESSHH !!!

"Aahh !" lirih Rachel menahan sakit.

"RA-CHEELLL ! " teriak Laura.

Seragam putih milik Rachel kini penuh dengan darah yang mengalir dari perutnya akibat tertusuk sebuah pisau yang ditancapkan oleh copet itu.

Rachel pun terjatuh dengan berlumur darah diperutnya. Jason pun segera menolong Rachel dengan mengikatkan hooddie miliknya dibagian luka Rachel agar darah tidak terus menerus mengalir.

"Chel, bertahan Chel." gumamnya dengan sedikit mengangkat kepala Rachel.

Tak kuasa menahan sakitnya, Rachel meneteskan air matanya seraya menatap tajam mata Jason. "Kak Josen ?" ucapnya lirih sambil sedikit memegang wajah milik Jason. Seketika Jason dibuat terdiam membisu mendengar ucapannya. "Ra-chel sayang sa-ma ka-kak." kata terakhir Rachel yang diucapkannya sebelum tak sadarkan diri.

"Chel, bangun Chel." teriak Laura. "RACHEL!"

Dengan segera, Jason menggendong Rachel keluar dari gedung tua tersebut. Dan membawanya pergi menuju tempat parkiran.

"Rachel ?" ucap Rafa terkejut saat melihat Jason memboyong Rachel. Lalu berlari mengikuti Jason. Begitu juga dengan yang lainnya.

★★★★★