Beberapa minggu kemudian, Rachel terlihat semakin akrab dengan Jason walaupun tak pernah akur membuat Leon cemburu padanya.
Pencarian info tentang kasus mendiang om Willi ditunda sejenak, karena Rachel dan yang lainnya sibuk dengan tugas sekolah yang memang tinggal dua sampai tiga bulan lagi mereka akan melaksanakan ujian kenaikan kelas.
Semua murid pun diwajibkan untuk membuat kelompok belajar setiap kelasnya. Sebagai wali kelas, Bu Merry menentukan pembagian kelompoknya supaya anak yang pintar terbagi rata. Dengan terpaksa Rachel harus satu kelompok dengan Leon, Nadin, Salsa, Benny, juga Fery. Beruntung untuk Laura yang satu kelompok dengan Rafa dan beberapa murid lainnya. Sisanya tiga kelompok yang dipimpin oleh Rafi, Jason, dan Shandy.
Setelah pulang sekolah, mereka mengadakan pelajaran tambahan setiap 3 hari dalam seminggu dimana hanya 3 atau 2 kelompok perharinya. Kebetulan kelompok Rachel dengan kelompok Jason satu jadwal. Baru-baru ini juga Rachel dan Jason dijuluki sebagai Prince and Queen tingkat 1 yang memiliki kepintaran hampir sama.
"Sebuah pipa U berisi 2 jenis zat cair yang masing-masing masa jenisnya 400kg/m3 dan 1000 kg/m3. Jika tinggi zat cair2 2cm, berapakah tinggi zat cair1 ? Itu artinya, h1 sama dengan p2 dikali h2 per p1 ." tutur Rachel menjelaskan soal fisika kepada anggotanya secara pelan-pelan.
"Berarti 1000kg/m3 dikali 2cm per 400kg/m3 sama dengan 2000 per 400, hasilnya 5 cm." ucap Nadin mencoba menjawab soal yang diberikan oleh Rachel.
"Yups! Thats good !" puji Rachel dengan mengacungkan satu jempol tangannya.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Rachel dan anggota kelompoknya juga semua anggota kelompok Jason segera menyudahi pelatihan belajarnya hari itu. Mereka sangat senang belajar dengan Rachel, materi yang diterangkan olehnya mudah dimengerti dan dipahami.
***
Keesokan harinya, Rachel telah mempersiapkan beberapa catatan untuk anggota kelompoknya. Selain itu Rachel juga menuliskan contoh soal seperti Matematika, Kimia dan Fisika beserta jawabannya. Hari itu memang bukan jadwal kelompok Rachel belajar latihan, tetapi Rachel hanya memberi catatan untuk dipelajari dirumah.
"Chel, elo pulang sama siapa ?" tanya Laura.
"Gue bawa mobil sendiri." jawabnya.
"Kenapa gak nunggu kita selesai latihan belajar ?"
"Mau aja sih, tapi hari ini ada pertemuan antar model. Gue harus pergi."
"Yaudah, baik-baik elo." timpah Rafi.
"Okay! Gue cabut duluan, bye. "
Rachel pun segera menuju parkiran sekolah dan berlalu pergi. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Tak butuh waktu lama, Rachel pun tiba dikantor Star Megazine. Tanpa mengganti pakaiannya, Rachel datang dengan seragam khas sekolahnya. Ia mengenakan rok hitam kotak-kotak dengan atasan seragam dibalut sweater cream lengan panjang.
Sebelum memasuki kantor, Rachel sedikit merapikan penampilannya. Ia juga membiarkan rambutnya tergerai dan sedikit menaburkan tepung sajiku diwajahnya agar kriuk-kriuk. Eh salah, maksudnya bedak dan sedikit lipglow dibibirnya.
Roy sang manager Rachel pun menyambut kehadirannya, dan segera breefing diruangan tertentu. Selang beberapa menit, Rachel bersiap dan pertemuan pun dimulai.
Seseorang telah berdiri sebagai pemandu dihadapan para model juga beberapa manager dari perusahaan tabloit atau majalah remaja. Dia juga menerangkan maksud dan tujuan mengadakan pertemuan tersebut.
Pertemuan itu diadakan untuk membahas satu acara ajang pencarian bakat Putri Indonesia. Acaranya diselenggarakan kurang lebih 2 minggu lagi.
"Mohon maaf kak sebelumnya, saya Rachel Gabriella ingin mengundurkan diri dan tanpa mengurangi rasa hormat saya tidak bisa mengikuti acara ini." ungkap Rachel pada Emil sang pemandu.
"Loh, kenapa ?" tanya Emil penasaran.
"Ini gak adil Rachel." ucap Grace salah satu model berasal dari kota Bandung.
"Kenapa gak adil ? tanya Sellina. "Ini justru kesempatan kita untuk bisa menjadi perwakilan." jelasnya.
"Apa kamu mau diserang oleh ChelLovers (Rachel Lover, sebutan untuk fans Rachel) ? ujar Mita pada Sellina.
"Tenang, tenang, tenang." lerai Rachel. "Gak ada yang bakal nyerang kalian atau menghujat kalian. Fans aku semua aman kok. Mereka gak bakal ngelakuin hal yang paling aku benci. Because, acara ini juga mereka belum pada tahu." Rachel pun menjelaskan dengan tenang. Untung saja mereka sudah saling kenal satu sama lain.
"Bagus sekali nona Rachel." puji salah satu manager. "Kamu pintar sekali bisa mengontrol ratusan bahkan ribuan fans yang mengikuti kamu. "
"Terima kasih, Pak Alif. Itu bukan hal yang mudah, kita butuh kesabaran untuk membimbingnya juga. "
"Jadi, kamu mau mempertimbangkan lagi kan Rachel ?" tanya Emil lagi.
"Akhir-akhir ini saya disekolah sedang sibuk kak. Ada kegiatan baru yang tak boleh saya tinggalkan." terang Rachel.
"Chel, ini kesempatan bagus buat kamu." ucap Roy. "Kalau kamu lolos seleksi, kamu bisa mewakili Jakarta dan jadi pemenang Putri Indonesia." Rachel pun menghela nafas. "And I know something, kamu anak yang cerdas. Kamu pasti bisa membagi waktu semuanya." lanjut Roy yakin.
"Fine, aku ikut. " ujar Rachel terpaksa.
"Yeay !" sorak Grace bertepuk tangan.
"Baik, kalau begitu kalian sudah mengerti kan sampai disini ? Seleksi akan dilakukan esok pagi. Jangan lupa untuk datang pukul 8 pagi. Terima kasih sudah menyempatkan waktu kalian untuk hari ini. See u guys! " Emil pun mengakhiri pertemuan sore itu.
***
Sepulangnya dari kantor Star Megazine, Rachel menyempatkan dirinya untuk pergi ke minimarket terlebih dahulu. Ia membeli beberapa camilan juga membeli kebutuhan lainnya.
"Sebenarnya apa yang sedang keluarga kamu rencanain ?" tanya seorang gadis yang sepertinya sedang marah pada seseorang.
Terdengar jelas ditelinga Rachel pertengkaran antar dua remaja berlawan jenis meskipun tak begitu jelas siapa mereka. Rachel hanya mengintip dari balik rak gondola berisi jenis pasta dan mie. Usai mengambil 5 bungkus mie yang berbeda, Rachel pergi tak peduli dengan mereka.
Namun pada langkah ke tiga Rachel mendengar gadis itu seperti menyebut nama dirinya.
"Rachel itu sama sekali tidak menyukaimu, Leon." ucapnya. Karena penasaran, Rachel kembali mengintip kedua remaja itu.
"Sepertinya gue kenal suara gadis itu ?" gumam Rachel tidak yakin. Lalu sedikit melirik ke sumber suara. "What ? Jadi mereka yang lagi ngelawak ?" Mata Rachel membulat saat tahu siapa yang sedang beradu mulut didalam minimarket tersebut.
"Please Nana! Ini gak ada hubungannya dengan perjodohan itu." tukas laki-laki yang sedang beradu mulut dan tak lain adalah Leon. "Adanya gak ada perjodohan itu, aku tetap menyukai Rachel. Ini soal hati, aku udah lama suka sama Rachel." jelasnya.
"Aku tahu semuanya Leon. Tante Lydia sudah cerita semuanya, bahwa perjodohan antara kamu dengan Rachel itu semuanya hanya pura-pura saja."
"Apa ? Pura-pura ?" ucap Rachel tak mengerti.
"Dan aku akan mengakhiri semua itu." tegas Nana tak mau kalah.
"Maksud kamu apa ?"
"Aku bakalan buat Rachel jatuh ke pelukan orang lain. Dengan cara itu, tante Lydia bisa mengakhiri perjodohan kamu dan akan meminta ganti rugi terhadap keluarga Rachel."
Rachel pun hanya menyeringai mendengar perkataan Nana. Dan terlintas dibenaknya untuk melakukan sesuatu. Ia pun berjalan dengan mendorong troli belanjaan nya kehadapan mereka berdua dan melewatinya seakan Rachel tak menyadari adanya Leon.
"Ra-Rachel!" panggil Leon ragu. Rachel pun berhenti melangkah dan seketika menoleh.
"Hai!" sapa Rachel pura-pura terkejut.
"Mampus!" gumam Nana seraya menepuk jidatnya pelan.
"Kamu belanja ? Kenapa gak telpon aku ?"
"Iya nih, stok camilan dirumah udah habis. Ini juga baru pulang dari kantor, jadi sekalian mampir aja kesini." jelas Rachel.
"Yaudah, kamu kesini bareng siapa ? Aku bayarin belanjaannya ya." ucap Leon sambil mendorong troli belanjaan milik Rachel dan menjauhi Nana.
"Oh, boleh." timpal Rachel. Seketika ia menoleh dan melirik Nana lalu mengacungkan jari tengahnya terhadap Nana dengan senyum liciknya. Nana pun geram dan menahan emosinya lalu membiarkan Rachel pergi.
"Gila! Apa dia dengar pembicaraan gue sama Leon ? Bisa gawat kalau dia dengar."
***
Leon pun membayar semua belanjaan milik Rachel. Tanpa penolakan Rachel mengiyakannya. Kemudian berubah sikap menjadi manja terhadap Leon.
"Le, makasih ya udah bayarin. Padahal ini banyak banget belanjaan aku." ucap Rachel berterima kasih.
"Santai aja sayang, kamu kan tunangan aku." timpal Leon manis. "Aku bawain ke mobil kamu ya." Leon pun menenteng 3 kantong plastik besar dan memasukkan nya kedalam mobil Rachel.
"Thanks ya, aku balik dulu." pamit Rachel.
Hari pun mulai gelap, Rachel menancap gas dengan kecepatan penuh. Waktu menunjukkan pukul 17.35 WIB. Mobil sport berwarna merah itu melesat begitu cepat. Dan tak butuh waktu lama, Rachel sudah sampai dirumahnya.
★★★★★
•••Hai sahabat SulFam! Terima kasih yang udah mampir :) Makin seru nih ceritanya, jangan sampai kelewat. Jangan lupa tinggalkan komentar dan tambahkan koleksi kalian :)•••