Selesai melaksanakan shalat maghrib, Rachel mantengin laptopnya dikamar. Entah apa yang dilakukannya, dia terlihat begitu serius menatap layar laptop dengan jari-jari menari diatas keyboard dengan lincahnya.
"Selesai!" ucapnya seraya merentangkan kedua tangannya.
"Anak mamih serius banget sih, lagi ngapain sayang ?" tanya Cellyn tiba-tiba masuk kamar anak gadisnya.
"Mamih ? Ngagetin aja." ujar Rachel.
"Udah main laptop nya ?" tanya Cellyn sekali lagi.
"Rachel gak main laptop mih, Rachel lagi nyatet semua materi untuk latihan kelompok Rachel." tegas Rachel meyakinkan.
"Iya, iya. Mamih bercanda kok." tukas Cellyn sembari tersenyum kecil. "Yuk makan." ajaknya. "Udah selesai kan ?"
"Udah kok."
Mereka pun turun bersama menuju meja ruang makan untuk makan malam. Penghuni rumah Sultan itu masih belum komplit. Marissa dengan Andrian masih diluar kota, begitu juga dengan Adriana dan Haris. Saat ini hanya ada Bram, Cellyn dan Andrea.
"Malam semua." sapa Bram yang baru saja tiba.
"Malam eyang. " sahut semua serempak.
Mereka lalu menyantap hidangan usai disiapkan oleh bi Sumi.
"Oh iya, besok kan hari sabtu. Apa kalian sibuk, atau ada kegiatan kah?" tanya Bram mengawali pembicaraan disela sela makannya.
"Gak ada kok, eyang." jawab Rafi mewakili.
"Bagus kalau begitu." ucapnya lagi.
"Memangnya ada apa eyang ?" tanya Rachel penasaran.
"Weh, kamu kepo deh." ujar Bram iseng.
"Eyang iihh !" rengek Rachel tak terima diisengin kakek sendiri.
"Gadis kamu tuh, Andrea." tuduh Bram seraya tertawa yang juga diikuti yang lainnya.
"Kak Rachel!" panggil Rey. "Tadi aku ngambil satu es krim punya kakak dikulkas." ucap Rey jujur.
"Ambil aja, gak papa." timpal Rachel.
"Tapi es krim nya tinggal satu kak."
"Aku udah beli lagi kok, banyak banget malahan." jawab Rachel santuy seraya menyantap makanan terakhirnya.
"Gue juga lihat tadi, elo bawa belanjaan banyak banget. Belanja apa aja, elo? Kok sampai 3 kantong plastik besar?" tanya Rafi heran.
"Mungpung ada yang bayarin, ya gue harus belanja banyak dong." jawabnya lagi.
"Siapa ?" tanya Rio ikut nimbrung.
"Leon lah."
"What ?" ucap kaget Rafi dan Rio serempak.
"Kenapa ?" tanya Rachel heran.
Belum sempat dijawab, mereka dikejutkan lagi oleh kedatangan bi Sumi yang membawa nampan berisi beberapa makanan deesert sebagai cuci mulut. Sebuah pudding berisi buah yang berbentuk bulat kecil membuat semua orang ingin menyantapnya dalam satu kali suapan.
"Wih! Tumben bi, bikin yang ginian ?" tanya Rafi.
"Iya den, ini tadi non Rachel yang suruh." jawab bi Sumi seraya meletakkan pudding tersebut ke atas piring kecil.
"Emm.. Ini pasti karena Leon kan ?" ujar Bram menyindir. "Kenapa gak kamu ajak kerumah, Rachel ?"
"Tadi gak sengaja ketemu diminimarket eyang."
"Ya sudah, kapan-kapan kamu ajak kesini. Sudah lama eyang gak bertemu dengannya." Rachel pun mengangkat jari tangannya dan membentuk huruf O sebagai tanda oke.
"Gue gak salah lihat kan ?" bisik Rafi tepat ditelinga Rachel.
"Maksud elo?" Rachel hanya mengerutkan keningnya mencerna maksud pertanyaan Rafi.
"Kesambet setan mana lo ? Ilfeel gue lihat ekspresi lo kayak gitu."
"Argh! Elo kali salah makan obat. " sanggahnya.
Usai makan, mereka kembali ke tempat asalnya masing-masing. Sebelum pergi, Bram mengatakan sesuatu pada semua cucu-cucunya.
"Besok pagi tolong jemput oma kalian diBandara." titahnya.
"Besok ? Rachel gak bisa eyang. Besok itu Rachel ada kerjaan." timpal Rachel.
"Loh, tadi katanya gak sibuk ?"
"Kan bukan Rachel yang jawab, bang Rafi tuh." tuduh Rachel. "Lagian besok Rachel harus pergi ke kantor."
"Ngapain ? sok sibuk lo." cibir Rafi.
"Jadi, salah satu perusahaan majalah remaja sedang mengadakan ajang pencarian bakat Putri Indonesia. Rachel disarankan ikut oleh kak Roy." jelasnya.
"Terus latihan belajar kelompok elo gimana ?"
"Au deh. Lihat aja nanti."
"Yaudah Rafa, kamu yang jemput ya ?" titah Bram. "Eyang besok ada meeting dadakan, jadi gak bisa jemput."
"Baik eyang."
Setelah itu mereka pun pamit pergi ke atas. Lalu ngumpul bareng diteras dan bermain game sambil mengobrol dan bercanda.
Rafi memang mempunyai sifat berbanding terbalik dengan Rafa. Ia yang berkarakter iseng, jahil dan bisa dibilang cerewet banyak tanya banyak omong juga sedikit humoris ketimbang Rafa yang jarang bicara tapi kalem. Kalau bicara pasti tanpa ekspresi. Tapi entah kenapa itu membuat cewek-cewek suka terhadapnya.
"Elo yakin mau ikut ajang itu ?" tanya Rafi ragu. "Gue sih gak yakin."
"Bukan gak yakin, cuma males aja. Lagian otak gue udah mumet sama materi kelompok." jawabnya lesu.
"Kalau gitu, kenapa elo ikutan acara gituan ?"
"Awalnya gue nolak. Tapi kata yang lain itu gak adil."
"Gak adil apanya ? Bagus elo gak ikutan, saingan terberat mereka jadi berkurang kan ?"
"Mereka itu maunya nyingkirin gue dengan cara halal."
"Cara halal apaan ? Yang ada mereka gak punya kesempatan untuk membanggakan diri."
***
Keesokan harinya, Rafa telah bersiap untuk pergi ke bandara. Begitu juga dengan Rachel yang sudah rapi dan sedang asyik menunggu seseorang menjemputnya. Tingkah nya yang aneh membuat Rafa, Rafi dan Rio tak mengerti. Kenapa tiba-tiba Rachel memberi lampu hijau kepada Leon.
Rachel membiarkan ketiga saudaranya dalam keadaan bingung dan bertanya-tanya. Ia pun tak memberikan kejelasan apapun terhadap mereka.
Tak lama kemudian, Leon pun tiba dirumah Rachel. Lalu pamit pergi pada Cellyn juga Andrea untuk mengantar Rachel ke kantor Star Megazine.
***
"Oma!" panggil seorang gadis berambut sebahu seraya melambaikan tangannya. Rere pun melirik dan segera menghampiri gadis itu.
"Laura, apa kabar sayang?" tanya Rere sambil memeluknya melepas rasa rindu.
"Baik oma, oma sendiri bagaimana ?" tanya balik Laura.
"Oma sehat dong." jawab Rere. "Rafa, kamu gimana kabarnya? Kok gak sambut oma sih ? Gak kangen gitu sama oma ?" tanyanya mengalihkan pembicaraan pada Rafa.
"Rafa juga baik kok oma." jawab Rafa seadanya dan sedikit memeluk Rere.
"Kalian berdua aja ? Yang lain pada kemana ?"
"Rafi sama Rio dirumah aja nunggu oma. Kalau Rachel, dia lagi sibuk." jawab Rafa lagi.
"Ya sudah, kita mau kemana dulu nih ? Kalian udah pada makan belum ?"
"Aku udah makan kok, oma."
"Rafa juga."
"Kalau begitu, kita langsung pulang saja."
"Baik, oma."
Mereka bertiga pun segera keluar dari bandara dan bergegas pulang. Waktu menunjukkan pukul 10.40 WIB. Rafa melajukan mobilnya dengan santai tapi tidak lambat juga.
"Laura, kamu masih tinggal dirumah oma ?" tanya Rere lagi saat dalam perjalanan pulang.
"Tidak, oma. Tante Cellyn sama om Andrea sudah pulang. Jadi, Laura sudah balik lagi ke rumah." jelas Laura.
"Kenapa harus balik ? Oma sudah anggap kamu seperti cucu oma sendiri. Oma senang kalau ada kamu dirumah, Rachel jadi punya teman sejenisnya."
"Terima kasih sebelumnya oma, tapi itu berlebihan. Sudah diijinkan menjadi teman Rachel saja itu sudah cukup. Terima kasih juga oma sudah percaya. Aku sayang sama oma." ucap Laura membuat Rere terharu.
***
Rachel sibuk dengan alat tulisnya. Saat ini ia tengah mengisi sebuah formulir pendaftaran sebagai calon kontestan ajang pencarian bakat Putri Indonesia.
Pendaftaran dibuka khusus remaja minimal 15 tahun sampai maximal 20 tahun. Sudah hampir 100 orang yang ikut mendaftar hari ini, dan itu berlaku sampai hari esok saja. Banyak pendatang juga yang mendaftar, ada yang dari Maluku, Bali, bahkan sampai dari Aceh pun ada.
📞"Mau gue jemput gak ?" ucap seseorang dari seberang telpon.
📞"Gak usah, bentar lagi Leon sampai kok." sahut Rachel seraya melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
📞"Okay." Orang itu pun menutup telponnya.
***
Tiba dirumah Rachel, Leon pun mampir sebentar untuk bertemu Rere yang baru saja pulang dari Surabaya juga keluarga Rachel yang lainnya. Lalu pamit pulang karena hari sudah mulai gelap. Leon juga tak ingin mengganggu kebersamaan keluarga Rachel lebih lama lagi.
★★★★★
•••Ada apa dengan Rachel ? Apa jangan-jangan Rachel sudah mulai suka sama Leon ? Wah, bisa gempar dong seisi rumah Sultan :) Ayok ! Nantikan terus ceritanya, bakalan ada yang lebih seru dari ini... Happy reading ya•••