Lebih dari 10 menit, barulah Rafa menemukan rumah sakit dalam perjalanan menuju rumah Laura. Ia berhenti tepat didepan UGD. Lalu segera keluar dari mobil dan menghampiri Laura. Tanpa babibu, Rafa langsung menggendongnya keluar mobil dan segera menuju ruang UGD . Rafi pun segera menyusulnya dan tak sadar meninggalkan Rachel didalam mobil.
"Iihh ! Pada kenapa sih, kok gue ditinggal ?" rutuk Rachel. "Shit! Tahu gitu mending pulang bareng Rio. Sampai terlupakan gue, laknat emang." ucapnya kesal sambil keluar dari mobil.
"Mereka lupa apa, kalau gue juga lagi sakit ? Mana harus bawa-bawa infusan segala. Yang ada, gue dikira pasien kabur." ucap Rachel yang tak berhenti mengumpat.
Kemudian berjalan ke depan sampai halte dan berpikir untuk pulang naik taksi online saja dan menunggunya disana.
Rachel pun duduk seraya menunggu taksi pesanannya datang. Karena dihalte tersebut hanya ada dirinya dan seorang ibu-ibu yang masih muda nan cantik. "Sepertinya orang kaya." pikir Rachel yang melihat pakaian dan perhiasan yang dikenakannya.
"Heh lepas!" ucap ibu-ibu tersebut setengah berteriak dan sedikit mengagetkan Rachel yang tertidur dikursi halte.
"Serahkan tas lo, atau nyawa lo melayang!" suara berat seorang laki laki setengah tua membuat Rachel menolehnya. Laki-laki yang berpakaian serba hitam tengah berebut tas slempang dengan sang pemiliknya.
"Lepaskan! Tolong! Jambret!" teriak ibu itu.
BUUUGGGHHH !!!
Satu kaki tengah terangkat beberapa centimeter dari tanah. Satu tendangan pun berhasil membuat laki-laki tersebut terjatuh tak berdaya. Sepatu putih bersih dengan kaus kaki selutut khas anak sekolah membuat laki laki tua dan ibu-ibu tersebut membulatkan matanya tak percaya.
Seorang gadis SMA dengan fostur tubuh yang tidak terlalu tinggi bisa menendang pejambret dengan cukup keras. Padahal dirinya sedang memegang sebuah labu infusan.
"Bocah ingusan!" pekik jambret itu tak terima lalu bangkit dan berdiri dengan memasang wajah sangarnya. Mungkin bersiap akan membalasnya.
"Duh om, mending om pergi aja deh." usir gadis itu yang tak lain adalah Rachel. "Mungpung gue lagi baik hati nih." ledeknya.
"Gila tuh anak! Tendangan dia barusan saja cukup keras, padahal infusan terpasang ditangannya." gumam pelan sang jambret. "Tapi gue gak terima dikalahkan seorang bocah ingusan, mana cewek pulak." pikirnya.
Rachel pun membalikkan badannya dan berniat tidak meladeni jambret tersebut.
"AWAS!" teriak ibu-ibu itu saat melihat si jambret mulai berlari menghampiri Rachel.
Tanpa harus membalikan badannya lagi, Rachel dengan segala sisa tenaganya mendorong kakinya kebelakang dengan keras pula sampai jambret itu terpental. Memang perlawanan yang tak terduga.
"Sudah gue bilang, elo mending pergi aja." kata Rachel lembut seraya berjongkok membersihkan sepatunya. "Ck! Sepatu gue jadi kotor nih gara-gara elo." umpatnya pelan namun masih bisa didengar.
Tetapi jambret itu masih belum puas dan ingin membalasnya lagi. Dengan cepat ia berdiri dan ingin menyerangnya lagi.
BUUGGHH !!!
Rachel yang masih berjongkok terheran heran melihat jambret itu jatuh terkapar tepat dihadapannya dengan posisi yang berbeda dari yang setelah ia menendangnya tadi.
Rachel pun dibuat terkejut saat menengok tembok besar ada bayangan seseorang yang tengah berdiri dibelakangnya. Seketika ia menoleh kebelakang.
"Es kutub ?" gumamnya pelan. Kemudian berdiri berhadap hadapan. "Elo ngapain disini ?" tanya Rachel heran.
Jason hanya mengerutkan keningnya. "Harusnya gue yang nanya sama elo ?" timpal Jason seraya menyeringai. "Masih sakit aja sok jadi pahlawan."
"Gue bukan sok jadi pahlawan, tapi mau begimana lagi ? Iya kali gue gak bantu ibu itu ." rutuk Rachel dengan nada melemah.
"Sudah-sudah, jangan bertengkar." lerai ibu tersebut. "Saya ucapkan banyak terima kasih sama kalian karena sudah menolong saya. Ini ada sedikit upah buat kalian, semoga bermanfaat." ucapnya berterima kasih seraya memberikan beberapa lembar uang kertas berwarna merah.
"Gak usah bu, itu tidak perlu." tolak Rachel lembut.
"Ini cukup untuk ongkos kamu pulang." paksanya.
"Lebih baik ibu tabung saja uangnya, saya ikhlas kok bantu ibu." kata Rachel dengan senyum tulusnya. "Lain kali ibu hati-hati ya."
"Terima kasih nak. Saya pasti lebih hati-hati lagi kedepannya."
***
Rafa dan Rafi tengah menunggu dokter yang menangani Laura. Mereka berdua sama sama mengkhawatirkan kondisinya, sampai sampai lupa akan Rachel. Setelah dokter sudah keluar dari ruangan dan mengatakan bahwa Laura baik-baik saja, mereka pun segera menemuinya.
"Loh, Rachel mana ?" tanya Laura tiba-tiba menyadarkan mereka.
"Astaga! Gue lupa." ucap kaget Rafi.
"Kok bisa pada lupa sih ? Rachel juga lagi sakit kan, malah dia itu lebih parah daripada gue." gerutu Laura.
"Udah-udah, palingan dia nunggu dimobil." lerai Rafa. "Apa kata dokter ?" tanyanya.
"Gak papa kok, gue baik-baik aja. Dokter juga mengijinkan pulang." jawab Laura seraya turun dari ranjang pasien.
"Mau kemana lo ?" kini giliran Rafi yang bertanya.
"Mau tebus obat dulu."
"Gak usah, biar gue aja." sambar Rafa lalu beranjak pergi meninggalkan Laura dan Rafi.
"Gue bantu elo jalan keluar." ucap Rafi sambil memegang pundak Laura. "Elo ngapain sih pake acara lomba makan sambel segala, jadi gini kan akibatnya ?" umpatnya.
"Sejak kapan elo perhatian sama gue ?" tanya heran Laura yang aneh dengan sikap Rafi. "Lagian gue bukan makan sambel Sapi." tekan Laura.
"Lah iya ya, ngapain juga gue peduli sama elo ?" ketus Rafi sambil melepas pegangannya dan sedikit agak mendorong Laura sampai terhyung kedepan.
"Gila lo! Gak gitu juga kali." pekik Laura kesal.
"Eh, sorry-sorry. Gue gak sengaja." ucap Rafi yang kembali memegang pundak Laura.
Sampai tiba didepan mobil, Laura dan Rafi kaget karena tidak mendapati Rachel didalam mobil ataupun disekitarannya. Ralat deh, lebih tepatnya Laura yang panik.
"Kata gue juga apa, elo jadi saudara kagak ada akhlak anjir." ucap Laura ketus seraya memukul pundak Rafi. "Cepat cari!" titahnya.
"Chel!" panggil Rafi sambil tengok kanan tengok kiri , mengitari sekitaran rumah sakit. "Rachel!" teriaknya namun tak ada jawaban. "Chel keluar lo, kagak lucu anjim. Gak usah ngumpet-ngumpet segala." pekiknya.
"Rachel!" Laura pun ikut mencari. "Apa ke toilet ?" pikirnya.
"Maybe." sahut Rafi. "Elo tunggu disini, gue coba cari ke toilet." suruhnya lalu berlari masuk kedalam rumah sakit lagi.
"Mau kemana elo ?" tanya Rafa yang berpas pasan di lobby UGD.
"Gue cari Rachel, elo lihat gak ?" jawab Rafi sedikit panik.
"Rachel ? Memangnya dia kemana ?" tanya Rafi lagi.
"Ya kalau gue tahu ngapain gue cari bambang." tekan Rafi.
Rafa pun merogoh saku celananya mengambil benda pipih. Kemudian membuat satu panggilan.
📞"Nomor yang ada tuju sedang sibuk. Cobalah-
Percobaan kedua.
📞"Nomor yang anda tuju sedang sib-
Percobaan ketiga.
📞"Nomor yang anda tuju-
"Sial! Ponselnya dimatikan." desis Rafa.
"Terus gimana dong ? Apa mungkin dia pulang duluan ?"
"Pake apa ?"
"Bisa jadi pesan taksi."
Rafa kembali membuka ponselnya. Lalu mencari nomor seseorang di dial kontaknya.
📞"Dimana ? Elo udah nyampe rumah ?"
📞"Udah. Kenapa ?"
📞"Apa Rachel dirumah ?"
📞"No."
📞"Okeh! Kabarin gue kalau dia udah ada dirumah."
***
Disisi lain, Rachel tengah dalam perjalanan pulang. Dengan sangat terpaksa ia naik motor bersama Jason. Selang satu jam lebih, Rachel sampai didepan gerbang rumahnya dengan selamat. Satpam rumah pun segera membuka gerbang kecilnya setelah melihat kehadiran majikannya.
"Pulang sana." usir Rachel dengan sinis pada Jason.
"Loh, gak disuruh masuk non temannya ?" tanya satpam.
"Cari mati lo ?" ketus Rachel menyeramkan sampai membuat pak Anto sekejap menutup mulutnya.
"Udah pak, gak usah. Saya mengantar nenek sihir sampai sini saja." tukas Jason sopan namun dengan sedikit ledekan.
"Apa elo bilang ? Nenek sihir ?" ucap Rachel tak percaya dirinya dikata katain oleh Jason. "Dasar, kutil biawak." umpatnya seraya masuk gerbang meninggalkan Jason.
"Woi Parsel!" teriak Jason yang melihat Rachel mulai menjauh. "Jangan lupa terima kasih." ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan pekarangan rumah Rachel.
"Ck! Norak. Dia yang maksa kenapa gue harus bilang makasih ?" gerutu Rachel.
Sepeninggalannya Rachel dan Jason, pak Anto kembali membuka mulutnya. "Non Rachel diantar sama siapa ya ? Cakep bener dah tuh bocah." katanya memuji.
Setibanya didalam rumah, Rachel langsung mencari bi Isum ke dapur sebelum dirinya pergi ke lantai atas menuju kamarnya. "Bi! Bibi!" panggilnya. "Bi, tolong bawakan makanan ke kamar Rachel ya, minuman nya bibi tolong buatkan susu coklat." perintah Rachel setelah bertemu bi Isum yang langsung diangguki olehnya.
Sedangkan Rafa Rafi dan Laura melanjutkan kembali mengantar Laura pulang kerumahnya meskipun dengan perasaan cemas dan khawatir pada Rachel.
★★★★★