***
Hidupku saat ini sudah cukup bahagia. Memiliki istri yang cantik, pengertian, dan bisa semuanya serta seorang putra yang lucu, pintar, dan kuat. Aku mengatakan cukup karena memang seperti itu adanya, tidak kurang tidak lebih. Dan aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak ingin terlalu bahagia karena takut kebahagiaan itu menjelma menjadi bumerang kekecewaan bagi diriku. Tapi dengan kecukupan tersebut, aku merasa sangat bersyukur dengan kebahagiaan yang telah didapatkan.
Ku lihat istriku dan putra kami datang ke ruang kerja dengan wajah tertekuk. Tentu saja aku tahu betul apa sebabnya. Itu pasti karena selama dua hari ini, aku tidak mendongengkan cerita dan tidak kembali ke kamar karena terus mengerjakan berkas kerajaan yang sangat menumpuk. Bahkan selama dua hari ini, aku terus menstimulasi diri dengan sihir agar tidak sakit.
"Ayaah!" Putraku yang akan berumur empat tahun berlari ke arahku dengan senyum sumringah.