***
Menara pemantau, dekat pintu teleportasi, Urdapalay
"Bukankah ini terlalu sepi untuk dikatakan sebagai perang saudara antar sekutu?" tanya seorang pria sambil bersandar di dinding menara.
"Kau benar. Satu dekade lalu, saat peperangan sering meletus di Urdagov, kita bisa merasakan derap kuda atau lolongan serigala pemangsa yang haus darah." Temannya yang sedang menyalakan obor berhenti sejenak melihat ke kejauhan. "Sekarang... aku tidak merasa seperti sedang dalam peperangan. Justru ini lebih tenang tanpa ada angin yang berembus."
"Bukankah ini sedikit panas?" tanya pria berkumis tipis sambil membuka tali yang mengikat pakaiannya. "Kau mau ikut minum denganku? Kurasa tidak akan ada hal genting malam ini."
"Hei, tunggu sebentar." Pria yang menyalakan obor tadi memandang ke kejauhan. "Ada seseorang yang mendekat!"
"Siapa?" tanya temannya tergesa-gesa menghampiri. "Ada seorang pria di atas kuda. Ambil posisi!"
"Tunggu!" tahan temannya. "Dengar, dia meneriakkan sesuatu."