***
"Dasar bodoh!" umpat wanita itu yang membuat mata Chandra terbelalak.
'Aku? Bodoh?' Dia tidak memutus pandangannya dari punggung wanita yang semakin menjauh darinya.
"Kalau aku bodoh, mana mungkin bisa menguasai seluruh bahasa yang berada di Benua Antara?" ujar Chandra mengerutkan alis tak terima. Walaupun sering bolos pelajaran, tapi dia tetap bertanggung jawab sebagai bagian dari keluarga kerajaan.
Dia menghela napas panjang. Menunduk pada baju santainya yang sedikit robek karena sedikit tersayat ujung belati.
"Sudahlah... dia seorang wanita. Jadi, ayo kita maafkan saja," ujarnya memutuskan. Mendongak, melihat matahari yang sudah terbenam. Chandra pun tidak perlu repot-repot kembali ke pucak bukit untuk menemui Turangga, karena dia tinggal berteleportasi saja untuk sampai ke sana.
***
Saat matahari sudah sepenuhnya terbenam, Chandra dan kuda putihnya sampai ke Desa Navoyan--daerah milik Kerajaan Valepawan.