"Kau lihat apa yang terjadi padaku saat baru ke luar dari Mahaphraya? Hebat, ya! Mereka memang berniat untuk mengusirku," ungkap Chandra sambil menggelengkan kepala.
Afta terdiam di tempat. Dia tak berani mengomentari tutur kata sang pangeran ataupun keputusan Yang Mulia Gasendra dan Permaisuri Arunika.
"Kau juga berpikir sama denganku, Afta?"
"Saya tidak berani berkomentar, Pangeran," jawabnya tegas.
Chandra memandangi keadaan di sekitarnya yang dipenuhi dengan mayat dan darah segar. Kemudian dia menoleh pada Afta.
"Hei, Afta. Aku punya rencana yang sangat menguntungkan bagiku, orang tuaku, dan cecunguk licik itu," ungkap Chandra yang ingin mengutarakan pemikirannya.
Cecunguk itu ... maksudnya pangeran Narasimha?
"Sayangnya ini tak akan menguntungkan bagimu. Ah, tak apa, lah. Kau kan hebat!"
Chandra berdiri, lalu membuka pakaian atasnya di depan Afta yang tampak terkejut.
"Pangeran, apa yang anda lakukan?" tanya Afta demi menghentikan kegiatan pria itu.