***
"Nyonya Mauri," panggil Karina saat melihat wanita modis itu berjalan di depannya.
Wanita yang memakai pakaian nyentrik itu menghentikan langkah dan menoleh padanya.
"Oh, itu kau Karina. Ada apa?"
"Nyonya, saya mau izin tukar posisi untuk hari ini. Sepertinya kondisi saya sedang tidak memungkinkan untuk menari," ujar Karina sembari memegangi perutnya yang terasa mual.
Mauri menatap rinci pada wajah cantik Karina. Dia melangkah maju dan mengelus pipi wanita yang rambutnya dikepang satu itu.
"Kau terlihat pucat, Karina. Kau sedang sakit, ya?"
Karina mengangguk pelan. "Ya, Nyonya. Sepertinya saya masuk angin."
"Ya ampun... semalam hujannya memang sangat besar. Suhunya juga sangat dingin. Kau pasti lemas dan mual." Mauri mengelus pipi Karina. "Bahkan rona merah alami di pipimu juga menghilang begitu saja."
"Ya, Nyonya. Jadi, bolehkah kalau hari ini saya memainkan harpa saja?"
Mauri menggelengkan kepala seraya melepaskan tangan yang mengelus pipi Karina.