Sorot matahari yang cerah menerangi langit kota Vandrechia. Hembusan angin yang lembut sedikit mengurangi rasa panas akibat sinar mentari. Seraya menahan panasnya suhu sang raja langit, sosok gadis berdiri tegak dengan bra sporty miliknya. Keringat deras membasahi wajahnya. Seluruh badannya terlihat mengkilap karena keringat. Pahatan otot dengan sempurna terpatri pada lengan dan perutnya. Celana legging yang membalut kakinya pun tidak dapat menutupi otot kaki yang terlihat kuat namun juga indah.
Rambut gadis itu pendek berwarna putih dengan beberapa helai berwarna pink yang terlihat mencolok. Gaya rambutnya terlihat sangat cocok dengan wajah sang gadis. Ia memiliki paras yang cantik yang dapat membuat orang lain terpesona. Kedua tangannya naik turun mengangkat barbel. Pada barbel itu terlihat angka 100 yang menandakan berat satu piringan besinya mencapai 100 kg.
Shiina Kazuma. Ia adalah adik dari Kazuma Shou. Sosok jenius yang sekarang telah menjadi murid terkuat nomor satu di Akademi Mistral Vandrechia. Tidak berbeda jauh dengan kakaknya, Shiina Kazuma juga seorang Mistral jenius. Hal ini membuktikan bahwa bakat Shou ternyata berasal dari gennya.
Umur Shiina saat ini adalah 16 tahun. Ia akan mengikuti jejak kakaknya dengan mengikuti Ujian Masuk Akademi Mistral Vandrechia. Sejak kecil Shiina sangat mengagumi kakaknya. Bisa dibilang dia adalah seorang Brocon.
Akan tetapi langkahnya untuk mengikuti Ujian Masuk Akademi Mistral Vandrechia sebenarnya ditentang oleh orang tua mereka. Penyebabnya adalah Shiina sebenarnya di akui mampu untuk lolos ke Akademi Mistral Avania, mengapa dia repot-repot memilih sekolah yang lebih lemah hanya karena kakaknya? Begitulah pikir orang tua mereka. Namun, Shiina tetap membandel dan hanya ingin memasuki sekolah yang sama dengan kakaknya.
Orang tua mereka terus membujuk Shiina tapi usaha mereka sia-sia. Shiina telah membulatkan tekadnya. Akhirnya mereka menyerah untuk membujuk Shiina.
Kondisi Shiina sendiri saat ini sedang kesal. Hal itu nampak dari ekspresi cemberutnya. Ini terkait dengan kakaknya, Shou Kazuma mulai berubah. Awalnya perubahan tersebut hanyalah perubahan kecil, namun perlahan Shiina menyadari Shou telah menjadi sosok yang benar-benar berbeda.
Sosok Shou yang Shiina tahu adalah sosok yang bangga dan banyak berbicara. Walaupun diluar sana Shou dikenal sombong dan angkuh. Sebenarnya saat dalam rumah, Shou tidak pernah angkuh. Sebaliknya di mata Shiina Shou adalah sosok yang keren dan sangat percaya diri. Shiina selalu mengagumi momen-momen ketika kakaknya menang dalam sesuatu.
Namun, ia sekarang telah berubah. Shou mulai menjadi pendiam dan bahkan dingin terhadap orang tua dan adiknya. Biasanya setiap sabtu-minggu tiba setiap murid Akademi Mistral Vandrechia diperbolehkan untuk pulang dan menginap di rumah. Namun, dalam dua bulan terakhir Shou tidak pernah kembali ke rumah. Ia menghabiskan waktu akhir pekannya di luar sana.
Shiina beberapa kali mencoba menghubungi Shou dan menanyakan alasan mengapa dia jarang ke rumah. Tetapi, Shou hanya mengatakan dia sibuk tanpa memberikan keterangan mengenai apa yang membuatnya sibuk.
Ponsel Shiina berdering tiba-tiba. Hal ini membuyarkan lamunannya. Shiina segera menaruh barbel miliknya di atas tanah lalu ia merogoh ponselnya dari tas olahraga milik gadis tersebut.
Sebuah ikon panggilan dengan nama "Kakak Tersayang" muncul dari layar ponsel milik gadis bermarga Kazuma tersebut. Bibirnya kemudian tersenyum ketika mengetahui siapa yang menelepon. Ia segera mengangkat telepon tersebut.
["Halo, Shiina?"]
Hati Shiina berbunga-bunga ketika mendengar lagi suara kakaknya yang sangat nyaman di telinga.
["Halo, Kak Shou? Apa kabar?"]
["Kakak baik-baik saja. Maaf karena akhir-akhir ini kakak jarang pulang ke rumah."]
["Um. Shiina sangat senang jika kakak baik-baik saja. Kakak tak perlu khawatir, Aku yakin kalau Ayah dan Ibu juga akan mengerti bahwa kakak sedang sibuk."]
[Terima kasih atas pengertiannya. Kamu sebentar lagi ikut Ujian Masuk Akademi Mistral Vandrechia, benar?"]
["Benar kak. Aku pikir lebih baik mengikuti jejak kakak dengan bersekolah di sana. Lagi pula Akademi Vandrechia lebih dekat daripada AMA. Aku tidak kenal orang-orang Ibukota."]
["Baguslah kalau begitu. Kakak ingin meminta tolong padamu."]
["Meminta tolong apa Kak?"]
["Incar sosok yang bernama Ronald Dreviosch. Jangan biarkan dia lolos Ujian."]
["Siapa dia Kak? Apa dia membuatmu kesal?"]
["Laksanakan saja mengerti?"]
["Baik Kak."]
Sambungan telepon segera terputus. Shiina menghela nafas kesal. Ternyata Kakaknya menelepon bukan untuk menanyakan kabar dirinya atau sesuatu. Shiina memasukan ponselnya kembali pada tas.
"Ronald Dreviosch kah. Orang yang malang," ucap Shiina pendek. Perintah Kakaknya sudah pasti akan ia laksanakan. Itu artinya remaja bernama Ronald itu akan gagal dari Ujian Masuk. Shiina tidak mempertimbangkan kegagalannya. Ia pikir mustahil untuk dirinya gagal dalam menyelesaikan permintaan kakaknya.
"Itu kesalahanmu karena membuat kakakku kesal," tambah Shiina.
Shiina kemudian menggendong tasnya. Ia merasa sudah saatnya mengakhiri kegiatan olahraganya. Ia kemudian membawa barbel yang ia taruh dan berjalan meninggalkan taman kota.
Saat ia berjalan Shiina tak sengaja menabrak bahu seseorang. Awalnya Shiina mengabaikan kejadian itu, ia terus berjalan tetapi seseorang mencengkram bahunya.
"Nona, bukankah kau seharusnya meminta maaf terlebih dahulu padaku?"
Shiina terpaksa berhenti. Ia menggenggam tangan orang itu lalu dengan paksa melepaskannya dari bahunya.
"Aargh, apa yang kau lakukan wanita sialan!"
Pria itu menjerit kesakitan ketika Shiina memelintirkan tangannya. Sontak aksi itu menarik perhatian orang-orang di sekitar. Mereka segera memberi ruang bagi Shiina dan si Pria. Orang-orang di sekitar juga langsung mengeluarkan ponsel mereka, merasa bahwa akan ada aksi yang mungkin terjadi saat ini.
Shiina melepaskan tangan orang itu.
"Jangan macam-macam denganku," ucap Shiina dengan ekspresi dingin.
Pria yang tangannya dipelintir Shiina segera mengecek kondisi tangannya sebelum menghela nafas tangannya baik-baik saja.
"Sungguh orang-orang di kota ini sangat kasar," ia mengangkat kepalanya, ekspresinya berubah ketika melihat wajah Shiina. "Kau ... Ah aku mengenalmu. Pantas saja kau tak punya sopan santun. Ternyata rasa angkuh memang sudah tertanam jauh di gen keluargamu."
Shiina terlihat marah. Ia memahami makna tersembunyi ucapan pria ini. Dia secara terang-terangan mengejek dirinya dan kakaknya Shou yang memang terkenal sombong.
"Sikapku dan sikap kakakku tak ada hubungannya denganmu," balas Shiina yang terlihat seperti menahan amarahnya. Dengan satu pancingan saja maka amarahnya mungkin akan lepas.
Pria itu terlihat tertawa pelan, "Tak ada masalah jika kau bersikap dingin dan mengabaikan orang lain. Tetapi kau harus tetap berpegang pada moral masyarakat. Apalagi orang-orang seperti kalian itu hanya ikan kecil yang sombong karena menguasai kolam kecil. Namun kalian mengabaikan betapa lemahnya kalian jika dibandingkan dengan ikan di lautan."
Kepalan tangan langsung melayang pada muka pria itu. Sang pria menggunakan tangannya untuk menahan pukulan Shiina tetapi ia segera melepaskannya.
"Aaw!"
Pria itu melihat pada tangannya. Telapak tangannya terlihat penuh luka tusuk. Sang pria kemudian melirik kepalan tangan Shiina yang sepertinya ditumbuhi duri-duri panjang pada kulitnya.
"Kakakku bukan ikan yang lemah. Sebaiknya kau menjaga mulutmu sebelum kusobek." Shiina menarik kembali kepalan tangannya. Kemudian ia meninggalkan pria yang tangannya terluka itu.
Sementara itu si Pria yang melihat Shiina pergi berteriak, "Kita pasti akan bertemu lagi! Saat waktu itu tiba, aku akan memberimu pelajaran!"
Shiina mengabaikan teriakan Pria itu dan terus berjalan. Ia menganggapnya sebagai bualan belaka. Bahkan jika itu benar Shiina tidak takut padanya.
Sementara itu Pria yang terluka karena Shiina tersenyun geli melihat sikap Shiina.
"Akademi Mistral Vandrechia kah ... Kuharap Ujian mereka tidak terlalu membosankan," gumam pria itu.