Martin tidak bisa berkutik sekarang. "Angkat tanganmu sekarang dan menyerahlah," katanya lagi sambil menodongkan pistol karena Martin, tepat ke arah jantung. "Menyerah untuk apa?" tanya Martin.
"Tolong jangan halangi jalanku."
DORRR!!
Peluru perak itu melesat begitu cepat masuk ke dalam dada Martin, membuatnya tidak bisa bernafas dengan leluasa. Rian memamerkan senyumnya yang khas. Ia sangat senang dan kemenangannya sudah berada di depan mata. Iya mendekati dan mencengkram wajah Martin dengan begitu kasar. "Kan apa yang sudah kubilang, kalau dibilangin itu nurut dong. Keras kepala sekali jadi orang."
Rian kembali menyimpan pistolnya ke dalam jaket, lalu pergu bergegas meninggalkan Martin yang sudah melemah.
"Kok perasaanku tidak enak ya? Mungkin cuman firasatku saja ...," batin Lela gelisah.
"Kenapa Lela?" tanya Carissa heran.
"Entahlah, aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Tapi aku sendiri bingung apa itu, intinya aku tidak tenang sekarang. Apa aku hubungi Martin saja ya?"
