Carissa mendongakkan kepalanya untuk melihat rupa orang yang sudah membantunya. Dan dia adalah Martin, dengan mata dingin menatapnya sendu. "Terima k-kasih banyak," ucap Carissa terbata-bata kaku.
"Sama-sama, sana masuk kelas. Aku ada urusan sebentar dengan teman-teman ekskulku."
"Oh, baik." Martin pergi meninggalkan Carissa, yang hanya menyisahkan ingatan di kepala Carissa. "Baik anak-anak, kita akan lakukan votting ya, di mulai dari lomba nyanyi, kira-kira siapa mau mencalonkan diri."
Carissa tidak menjawab, ia menundukkan kepalanya, karena tidak mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan, sampai-sampai ia memilih kursi paling belakang. "Carissa saja, Pak Dosen. Suaranya bagus lho waktu di acara perkemahan musim panas kemarin," saran seorang mahasiswa.
"Carissa, kamu bersedia?" tanya Dosen, membuat Carissa takut hingga pucat. "S-saya Pak?" tanya Carissa sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya Carissa, kamu bersedia ikut kan?"
"B-baiklah Pak Dosen," jawabnya terpaksa.