Tidak terasa hari semakin sore, aku sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan Dirga. Apakah dia masih di rumah Lela atau mengerjakan tugas? Kepalaku bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih, entah kenapa aku menghawatirkan nya. Hari sudah menunjukkan pukul tujuh malam, yang artinya jam makan malam. Aku meneleponnya tapi tidak dijawab.
Ingin sekali aku menelepon Lela. Hanya saja aku tidak ingin dia berpikir macam-macam tentangku dan Dirga. Hubungan kami berdua hanya sebatas kenal tapi pernah dekat. Sekali lagi kuurungkan niatku untuk menelepon Lela.
Ayah juga nampak khawatir dengan Dirga yang tidak pulang-pulang. Ia menyuruh Martin untuk menelponnya, tapi sama saja hasilnya, ia tidak mengangkatnya. "Ayah, aku ingin menyusul Dirga ke rumah Lela sekarang. Bisakah aku pinjam mobilmu?" pintaku dengan nada suara pelan.