Sekitar 5 orang pelayan tengah sibuk membersihkan kamar pribadi milik Darren. Kamar ini memang harus bersih tanpa debu mengingat sikap Darren yang sangat sensitif. Apabila ada debu sedikitpun,dia akan murka sepanjang hari dan membuat para pelayan tidak tidur karena harus membersihkan ruang tersebut sampai benar-benar bersih.
Rosea memasuki kamar milik Darren lalu menemukan si pemilik kamar tersebut sedang memperhatikan tab pada tangannya. Gadis itu menghampiri Darren dan memeluk leher Darren dari belakang membuat pria itu sedikit tersentak.
"Apa mereka sudah siap?"tanya Darren.
Rosea mengangguk lalu mengambil alih tab milik Darren yang hanya berisi kumpulan kata-kata penting. Darren selalu saja bekerja kapanpun itu.
"My Rose,aku tau kau gadis yang kuat."puji Darren sambil menggandeng Rosea keluar kamarnya. Di ruang keluarga yang sangat megah tersebut,Nyonya Gale,Tuan Gale,Nyonya Cashel,Tuan Cashel dan tentunya Alaric tengah menantinya. Mereka akan menjenguk Nyonya Zeas di rumah sakit,katanya wanita paruh baya yang sangat mirip dengan Rosea itu sudah membaik setelah kemarin sempat drop parah.
"Rosie,sebaiknya kau bersama kita sebelum Devil di samping Mommy marah-marah karena melihat Darren menggandengmu,"Nyonya Gale menghampiri Rosea dan mengambil alih tangan gadis itu dari genggaman Darren. Dilihatnya Alaric yang sudah menatap Darren dengan tajam seakan hendak memangsa Darren detik itu juga. Sedangkan yang di pelototi hanya diam tak peduli.
Kisah cinta segitiga antara Alaric,Darren dan Rosea sudah bukan rahasia lagi bagi tiga keluarga ini. Mereka semua sudah mengetahui hal tersebut. Tetapi tetap saja Tuan Gale dan Tuan Cashel sesekali mencoba menjodohkan anaknya dengan perempuan lain agar tidak terlihat mengenaskan karena jomblo sejak lahir.
"Maafkan Mommy karena terlambat memberitahumu,Lilac(ibu Rosea) sudah kemoterapi selama 3 minggu dan kau baru tahu sekarang. Kami hanya tidak ingin kau bersedih,selain itu Lilac juga tidak mengijinkan kami untuk memberitahumu,"Nyonya Cashel menggenggam tangan dingin Rosea dengan wajah sendunya.
Hari ini mereka akan menjenguk Lilac Zeas atau Nyonya Zeas yang sudah hampir 3 minggu menjalani kemoterapi akibat Leukemia Mieloblastik Akut yang dideritanya.
Leukemia mieloid akut (LMA) dewasa adalah kanker darah dan sumsum tulang. Jenis kanker ini biasanya memburuk dengan cepat jika tidak diobati. Ini adalah jenis leukemia akut yang paling umum ditemui pada orang dewasa. Pada kasus Nyonya Zeas,leukemia telah menyebar di luar darah dan sumsum tulang yang artinya sudah termasuk parah.
"Tidak apa-apa,aku yakin Mommy pasti akan baik-baik saja."harap Rosea sambil tersenyum simpul.
"Tentu saja,dia harus melihat anak gadisnya menikah dengan orang setampan dan sesukses Alaric Cashel."sahut Alaric dari belakang sana.
"Tidak,aku yang akan menikah dengannya."protes Darren.
"Aku yakin sekarang mata keduanya hampir melompat dari tempatnya."ketus Rosea sambil memutar tubuhnya,mendapati Alaric dan Darren tengah bersitegang dengan rahang mengetat satu sama lain. Mata keduanya sama-sama melotot seakan mengeluarkan laser pembunuh dari sana. Rosea sudah jengah dan malas melihatnya,sudah bertahun-tahun lamanya dia menghadapi hal tersebut.
"Lanjutkan saja,aku akan menikahi orang lain."timpal Rosea sambil berjalan mendahului Nyonya Gale dan Nyonya Cahsel dengan hentakan kaki yang kasar.
"Tidak boleh!!"teriak Alaric dan Darren bersamaan.
"Kalian ini benar-benar kekanakan,"sahut Tuan Cashel dan Tuan Gale sambil meninggalkan kedua putranya yang mengganggu suasana.
***
Mereka sampai di rumah sakit tempat Nyonya Zeas di rawat selama 3 minggu ini. Wanita paru baya berkepala 4 itu benar-benar sangat mirip dengan Rosea dari atas rambut hingga kaki. Bahkan sifat dan kebiasaan buruk ibu dan anak itu juga sama,suka membangkang.
"Astaga,bagaimana bisa kau tetap terlihat cantik saat sakit Lilac?"tanya Nyonya Gale-wanita paru baya berusia 45 tahun dengan nama asli Clarisa.
Lilac hanya tersenyum simpul tanpa menjawab,kondisinya memang membaik tetapi dia tetap saja sangat lemah barang untuk berbicara sekalipun.
"Ayah..."Rosea menghampiri Tuan Zeas,Si Pengusaha yang cukup ditakuti oleh banyak rivalnya mengingat sifat keras dan ambisius yang dimiliki Zeas. Itulah kenapa banyak yang membencinya.
"Astaga Rosie...sudah ayah bilang kau boleh kembali ke Indonesia jika ingin,"Tuan Zeas atau Ayah Rosea adalah orang Indonesia asli sedangkan Lilac adalah orang Jerman. Keduanya bertemu karena dijodohkan,dan mereka langsung menyetujuinya karena jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Berhenti menyuruhku kembali ke Indonesia,Yah.... aku akan menggantikan Ayah untuk menjaga Mommy,sekarang Ayah bisa pulang dan mengurus bisnis ayah yang terbengkalai,"pinta Rosea kepada Ayahnya.
Sejak hari pertama Lilac kemoterapi,Tuan Zeas tak pernah seharipun meninggalkan rumah sakit. Dia benar-benar lupa dengan dunianya dan hanya berfokus kepada istri kesayangannya yang tengah terbaring lemah di rumah sakit.
"Dad Zeas tenang saja,aku akan menjaga My Rose sepanjang hari di sini."imbuh Alaric.
"Aku juga,"timpal Darren dengan wajah dinginnya.
Ayahnya menghela nafas berat lalu menyetujui perintah Rosea untuk pulang sebentar. Dengan berat hari ia melangkah meninggalkan rumah sakit dan pamit kepada istrinya.
"Mommy dan Daddy Gale atau Cashel bisa pulang juga jika ingin,aku sanggup mengurus My Mom sendiri tenang saja."kata Rosea.
"Mom sangat tau kau sanggup mengurus Mommy mu sendiri,bagaimana tidak?kau bahkan sanggup mengurus dua orang Devil dari junior hingga memiliki junior. Tetapi kami tetap tidak akan pergi,kami hanya rindu terhadap Lilac."tolak Nyonya Cashel.
***
Hari berjalan dengan cepat,detik jam berbunyi di sudut ruangan dengan arsitektur Eropa yang megah. Tak terasa satu minggu telah berlalu tanpa hal spesial. Hanya ada Rosea yang sibuk mengurus Mom Zeas di rumah sakit,Alaric dan Darren yang bolak-balik Indonesia Jerman yang untuk menjenguk Mom Zeas dan Rosea,serta Cashel Family dan Gale Family yang sibuk namun selalu meluangkan waktunya untuk membawakan makan dan pakaian ganti kepada Rosea. Gadis itu merasa bersyukur terhadap rasa peduli yang dimiliki keluarga sahabatnya.
Saat ini Rosea tengah duduk di depan ruangan Mom Zeas yang tiba-tiba kritis. Dia menunggu bersama Ayahnya. Di dalam sana,dokter dan beberapa perawat sedang berusaha semaksimal mungkin untuk menolong Mom Zeas. Gadis itu hanya menunduk menyembunyikan air mata yang luruh satu persatu. Hingga akhirnya,
"Rosie..."suara Nyonya Cashel terdengar di telinganya. Wanita paruh baya yang tengah mengenakan pakaian casual berwarna soft pink tersebut sedang menatapnya dari ujung koridor dengan tangan terbuka. Melihat hal itu,Rosea langsung berlari dan menghambur ke dalam pelukan Nyonya Cashel.
"Kau gadis yang sangat hebat. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk Mom Zeas kesayanganmu. Apapun yang terjadi nanti,cukup terima dengan lapang dada,mengerti?"Nyonya Cashel mengelus rambut panjang Rosea yang baru saja diwarnai menjadi gradasi hitam dan navy.
Nyonya Gale datang menyusul dibalik tubuh ramping Nyonya Cashel lalu mengelus lembut punggung Rosea. "Mommy sudah mendengarnya,kau benar-benar harus siap sayang...."Nyonya Gale menatap sendu kepada Rosea.
Rosea melepaskan pelukan Nyonya Cashel lalu memaksakan senyumannya. Tapi pagi,dokter baru memberitahunya jika kondisi Mom Zeas semakin memburuk. Sel kankernya menyebar lebih cepat dari perkiraan,dan diperkirakan sisa hidupnya hanya kurang dari satu bulan lagi.
Rosea sangat terpukul dengan kenyataan pahit tersebut tetapi masih berusaha tenang dan tidak menangis. Dia hanya tidak ingin menambah kesedihan untuk sekitarnya. Rosea menuntun Nyonya Gale dan Nyonya Cashel untuk duduk di kursi dekat sana sambil menunggu kabar terbaru dari dokter.
Tiba-tiba suara langkah kaki yang terdengar gelisah masuk kedalam indera pendengarannya. Dilihatnya dua orang pria sedang berdiri di depan Rosea yang tak lain adalah Alaric dan Darren. Mereka sepertinya langsung terbang ke sini setelah selesai meeting,terlihat dari pakaian formal dan penampilan kusut keduanya.
"Kau tenang saja,aku akan membuat dokter itu kehilangan pekerjaannya jika tidak bisa menyelamatkan Mom Zeas,"geram Alaric. Pria itu terdengar penuh amarah.
"Bukankah aku yang lebih bisa melakukan itu? Rumah sakit ini milik ayahku."balas Rosea sambil tersenyum pahit.
"Kalau begitu aku akan membunuhnya,"sahut Darren dengan nada bicara yang sangat dingin.
Suara pintu ruangan terbuka menarik perhatian mereka semua untuk merapat kepada dokter yang baru saja keluar dari ruangan Mom Zeas. Dokter itu terlihat menunduk dan sedih. Rosea sudah tau apa yang terjadi tanpa perlu diberitahu.
"Nyonya Zeas meninggal dunia."