Berminggu-minggu telah berlalu, kaki Reyn juga sudah sembuh. Dia sudah aktif di sekolahan. Menjalani hari-harinya dengan normal.
"Nanti kalo udah bel pulang, kalian jangan pulang dulu ya!"
Ucap seorang laki-laki berbadan tinggi, namun lebih pendek dari Ferga, namanya Rafardhan Kenzie Fareyza biasa dipanggil Kenzie.
"Emang kenapa?"
Tanya Sheila
Sedangkan Erlyn diam mematung, ekspresinya menunjukkan bahwa dia panik.
"Kenapa Lyn?"
Tanya Reyn karena dia melihat Erlyn yang berdiri diam di sampingnya.
"Gapapa, udah ayo ke kantin. Gak usah didengerin tuh omongannya Kenzie!"
Ucap Erlyn kemudian menggandeng tangan Reyn untuk mengajaknya keluar dari kelas.
"Eh bentar-bentar, gua mau beresin ini dulu. Ntar ilang lagi, kesel gue ilang mulu. Apalagi air, gua belum minum pasti udah abis duluan! Siapa sih yang minum?! Mana ga izin dulu!!"
Ucap Reyn sambil melepaskan gandengan tangan Erlyn.
Kemudian Reyn membersihkan semua alat tulisnya yang ada di meja, kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Udah, ayok ke kantin. Sheil, Rish, ikut ga?"
Tanya Reyn sambil berdiri di sebelah Erlyn.
"Ayok"
Jawab Irish singkat
Sedangkan Sheila hanya mengangguk, kemudian mereka berempat berjalan menuju kantin. Tiba-tiba Kenzie berjalan di sebelah Erlyn dan menyenggol nya. Kemudian dia terus berjalan lalu membalikkan muka dan tersenyum. Sedangkan Erlyn hampir terjatuh, setelah Erlyn menyadari bahwa yang membuatnya hampir terjatuh adalah Kenzie, dia sangat kesal, ia ingin memukul Kenzie. Sedangkan Kenzie sudah berlari ke arah kantin. Erlyn dan Kenzie memang dekat sejak beberapa hari yang lalu, saat kaki Reyn sakit.
Mereka berempat memesan bakso dan es kelapa muda. Kemudian duduk di sebuah bangku. Seperti biasa, Reyn juga membeli beberapa BengBeng
"Eh tugas PKN yang tadi kan 6 orang, udah pada dapet kelompok?"
Tanya Reyn disela mereka sibuk makan bakso.
"Udah, tapi kurang 2 anak"
Jawab Irish
"Lah?! Lu satu kelompok sama siapa Rish?"
Tanya Erlyn sedikit panik
"Ya kita berempat lah, kan bener kurang 2 anak lagi."
Jawab Irish dengan santai dan tetap melanjutkan makan baksonya.
"Eh Reyn, Gua minta BengBeng lu 1 ya?"
Lanjut Irish, tetapi dia langsung menyomot BengBeng Reyn sebelum Reyn mengiyakan.
"Buat gua satu"
Ucap Ferga yang tiba-tiba duduk di depannya. Sama seperti Irish, Ferga langsung mengambil BengBeng Reyn kemudian memakannya.
"Lah Lah, gimana ini ceritanya, asal nyomot aja."
Ucap Reyn kemudian mengambil beng beng nya di atas meja, yang hanya tersisa satu bungkus.
"Lah yang penting kan gue udah izin. Gak kayak Kenzie, yang suka ngabisin minuman elu"
Jawab Ferga.
"Lah jadi selama ini yang ngabisin si Kenzie?!"
Tanya Reyn agak kesal.
"Bukan Kenzie doang sih, Fandi, Adalberto, Barra juga. Sama siapa lagi lupa gua."
Jawab Ferga.
"Lah anjir! Banyak amat!!"
Ucap Reyn terkejut.
"Dahlah ikhlasin aja, cuman air juga. Eh, yang PKN gua masuk kelompok lu"
Ucap Ferga dengan santainya.
"Ikhlasin gimana?! Gua yang berat-berat bawa dari rumah. Masa mereka yang minum?!"
Ucap Reyn dengan kesal.
"Iya, pas banget. Lu gabung kita aja, jadi kurang satu anak lagi"
Ucap Irish tiba-tiba
"Lah lah, lu ngapain jadi ngajak dia?!"
Jawab Reyn tidak menerima
"Alah, udahlah biarin aja. Biar cepet kelar ini urusannya."
Jawab Irish, sedangkan Sheila dan Erlyn masih sibuk menghabiskan baksonya.
"Gak gak gak! Kalo sama dia, malah gak bakal kelar itu tugasnya."
jawab Reyn tetap menolak, karena ia tahu, Ferga tidak akan pernah membantu ketika melakukan tugas kelompok.
"Woi, Kin! Gua juga masuk kelompok lu!"
Tiba-tiba ucap Daichi dari bangku sebelah.
"Lah, kelompok gua kenapa jadi perkumpulan setan anjir!!"
Ucap Reyn menghela nafas panjang.
"Oh, jadi itu yang namanya Solikin."
Ucap teman Daichi, tak lain itu adalah Bryan.
"Siapa Solikin?! Nama gua Reyn! Bukan Solikin!! Gak usah didengerin tuh ngomongnya si meong! Lu tau Solikin gara-gara dia kan?!"
Ucap Reyn dengan kesal
"Gatau dah, intinya lu pacarnya si Daichi kan?"
Tanya Bryan
"Heh!! Ambil kesimpulan dari mana lu?! Enggak anjer! Siapa juga yang mau sama dia? Kelakuannya aja kayak setan!"
Bantah Reyn
"Terus kalo gak pacar apa?! Masa kemaren si Daichi lagi main game tiba-tiba lu telepon, katanya minta temenin gara gara bosen."
Ucap Bryan di tengah keramaian.
Akhirnya anak-anak yang tidak tahu kebenarannya menyoraki Reyn.
"Lah, lu beneran jadian Reyn? Sama si Daichi?? Kok lu ga bilang-bilang sih!"
Ucap Erlyn terkejut.
"Eh nggak gitu, salah paham ini anjer!"
Jawab Reyn bingung mau menjelaskan dari mana.
"Udahlah ngaku aja!"
Ucap Ferga mulai mencari gara-gara.
"Dih apaan si lu, sok tau banget!"
Reyn menyangkal, kemudian dia berdiri ingin menuju kelas, karena dia malu banyak anak yang melihatnya.
"Hayolo hayoloo"
Ucap Irish memperkeruh suasana.
Saat di kelas, keadaan lebih tenang karena hanya ada beberapa anak yang berada di kelas. Reyn duduk sendiri di bangkunya. Tak lama kemudian, Matheo menghampiri Reyn.
"Eh, nyari siapa?"
Tanya Reyn agak canggung. Sedangkan Matheo tak menjawab, dia langsung duduk di sebelah Reyn.
"Yang di kantin itu tadi bener?"
Tanya Matheo beberapa saat kemudian.
"H-hah? Enggak, enggak, itu ga bener!"
Ucap Reyn sedikit gugup.
Matheo hanya terdiam tidak menjawab.
"Lu ada perlu apa kesini?"
Tanya Reyn kemudian.
"Oh gada apa apa, terus yang tadi kata Bryan lu nelfon Daichi itu bener?"
Tanya Matheo lagi.
"Iya itu bener, tapi salah paham. Awalnya dia gabut, si Daichi yang gua maksud, spam chat gua gak jelas gitu, gua rusih dong. Gue suruh ngechat anak lain, katanya nggak mau. Terus abis itu dia bilang, kalo dia mau nge-game. Nah akhirnya gua ada niatan buat ngusilin dia. Akhirnya gua telefon deh, biar dia kalah. Nah ternyata ada temennya di sebelahnya, gua gak tau."
Ucapin panjang lebar.
"Oh, yauda."
Ucap Matheo datar.
"Lah, uda? Cuman gitu?"
Tanya Reyn kebingungan.
Matheo hanya terdiam. Selama beberapa menit, suasana terasa canggung. Kemudian anak-anak mulai kembali ke kelas.
"Loh, katanya jadian sama si Daichi?! Kok lu berduaan disini sama Matheo?!"
Ucap seorang perempuan sekelas Reyn, yang bernama DELICIA ATHIFA AYUNINDA, biasa dipanggil Cia.
"Eh enggak, itu tadi cuman salah paham."
Jawab Reyn berusaha menjelaskan.
"Kalo tadi salah paham, terus sekarang ini apa? Lu berduaan sama Matheo?"
Ucap Cia.
"Eh enggak, ini tadi Matheo nanya tentang tugas. Ya kan Math?"
Jawab Reyn sambil menyubit kecil Matheo, agar Matheo mengiyakan.
"I-iya"
Jawab Matheo sedikit tersendat.
"Mana pacarnya Daichi woi! PJ! PJ! Wajib nih."
Ucap Dara teriak teriak dari luar kelas.
"H-hah?! Ini kan Matheo yang dari kelas 7 A kan?! Yang dingin nya kaya es kan?! Yang idaman banyak cewe kan?! Ngapain lu disini?! OMG! Matheo ke kelas gua!!!! Sumpah ini beneran Matheo kan?!"
Ucap Dara tanpa jeda.
Anak anak lain pun menyusul masuk ke dalam kelas. Karena waktu istirahat tersisa 10 menit lagi.
"Eh ini buat lu, gua balik dulu."
Ucap Matheo sambil memberikan BengBeng yang di belinya. Kemudian dia berjalan keluar menuju kelasnya. Karena dia tidak terlalu menyukai keramaian.
Saat Matheo keluar dari pintu kelas 7F, ia berpapasan dengan Erlyn, Irish dan Sheila. Kemudian disusul Ferga di belakangnya. Tanpa sengaja Ferga dan Matheo saling bertatapan.
-tuh anak ngapain di kelas gua
Ucap Ferga di dalam hati.