Keesokan harinya, Reyn dan teman-temannya melakukan kerja kelompok di rumah Reyn. Mereka diminta untuk menuliskan isi Pancasila dan dihias sebaik mungkin. Reyn dan kelompoknya berniat untuk menuliskan isi Pancasila di atas sebuah marmer. Tetapi mereka membuat marmer sendiri, mereka membuatnya dari sebuah papan yang dicat.
"Woi, Fer! HP mulu dari tadi. Bantuin kek!" Ucap Reyn sambil mengecat papan tersebut bersama Erlyn, Irish, dan Sheila. Sedangkan Daichi membeli spidol hitam dan pilox berwarna bening untuk finishing.
"Tau tuh! Temen-temennya pada ribut ngerjain tugas, dia malah enak-enakan!" Ucap Erlyn ikut kesal.
"Iya, iya, iya... Gua tolongin, kalo ga bisa tuh minta tolong baik-baik. Bukan nyindir nyindir gajelas kayak gini!" Bantah Ferga sambil meletakkan HP nya, kemudian menghampiri teman temannya.
"Dih! Siapa juga yang ga bisa?! Gua bisa kok! Cuman kesel aja liat lu sekelompok sama gua, bukannya bantuin malah enak-enakan! Cuman numpang nama doang! Biar dapet nilai!" Ucap Reyn kemudian membantah perkataan Ferga.
"Udah udah. Sini, gua aja yang ngecat." jawab Ferga ingin mengambil kuas dari tangan Reyn.
"Ga usah! Ntar malah rusak lagi, kalo lu yang ngerjain!"
"Gimana sih?! Katanya gua disuruh bantuin, mau dibantuin malah gak dibolehin! Terus gua harus ngapain?!"
Tak lama kemudian Daichi datang membawa pilox dan spidol tersebut.
"Nih..." Ucap Daichi sambil memberikan kantong plastik yang dibawanya.
"Makasih ya Chi," ucap Sheila.
"Noh! Lu urunan aja sono! Sama nih, ngeprint logo Garuda." ucap Reyn sambil menunjuk kantong plastik yang dibawa Daichi.
"Ya udah Chi, ayo nge print."
Kemudian Daichi dan Ferga pergi mengeprint. Tempat pengeprintannya berada di samping sekolah. Di sana, terlihat seorang gadis cantik, sepertinya dia adalah siswa SMP MANDIRI kelas 9E. Ferga berdiri di belakang gadis tersebut. Sedangkan Daichi menunggunya di motor. Setelah gadis tersebut pergi, Ferga segera mengeprint gambar Garuda yang diminta Reyn.
Di waktu yang bersamaan, di toko sebelah yang menjual berbagai macam alat tulis dan beberapa camilan.
-loh itu kan si Cantika, ngapain dia nge print siang siang gini. Eh tapi yang di belakangnya siapa ya? Kok kaya si Ferga. Beneran Ferga ga sih?
Ucap Puspa dalam hati, yang saat itu akan membeli camilan. Tetapi dia memundurkan beberapa langkah kakinya agar dapat memastikan siapa laki-laki yang berada di belakang Cantika.
-Lah, beneran Ferga! Ngapain dia sama si Ferga?! Apa mungkin Ferga pacarnya?! Eh... Enggak! Enggak! Enggak! Tadi Reyn bilang kan Ferga gak punya pacar! Ga boleh negatif thinking dulu! Bisa jadi cuman kebetulan kan?!
Ucap Puspa dalam hati kemudian memukul-mukul kepalanya sendiri.
Teman Puspa yang menunggu di motor keheranan melihat tingkah Puspa. "Woi, Pus! Buruan entar ditunggu yang lain!" ucap teman Puspa dari motor.
"Eh, iya iya iya!" ucap Puspa, kemudian segera memasuki toko tersebut untuk membeli camilan.
Setelah selesai membeli camilan, Puspa keluar dan menghampiri temannya. Dia melihat ke arah tempat berdirinya Cantika tadi. Tetapi Cantika tidak ada di sana, yang ada hanya Ferga dan teman Ferga yang menunggu di motor.
-Alhamdulillah deh, ternyata cuman kebetulan.
Ucap Puspa kemudian menaiki motor dan meninggalkan tempat tersebut.
Beberapa saat kemudian, Ferga juga pulang karena pesanannya udah selesai.
***
"Nih udah kan." ucap Ferga menyodorkan kertas dengan gambar logo Garuda kepada Reyn, dan kemudian duduk di kursi lalu meminum air yang ada di atas meja.
"Lah kok pake kertas HVS?! Ga lu jadiin stiker?!" ucap Reyn setelah melihat kertas yang diberikan oleh Ferga.
"Lah gimana sih? Kan lu gak nyuruh jadiin stiker!" bantah Ferga kemudian meletakkan air yang diminumnya ke atas meja.
"Ihh! Harusnya kan lu bisa mikir! Masa mau ditempel di sini pake kertas biasa?!" jawab Reyn sambil menunjuk papan yang telah dicat dan sedang dijemur tersebut.
"Ya masa gua tau. Kalo nantinya mau ditempel di situ?!" bantah Ferga lagi.
"Alah... Udah udah udah. Fer, mending lu ngeprint lagi deh, biar cepet kelar ini." ucap Sheila menenangkan suasana.
"Hih! Ya udah deh. Ayo Chi!" ucap Ferga mengajak Daichi. Tanpa mengiyakan Daichi langsung berdiri dan mengambil kunci motor yang diletakkan di atas meja.
***
"Woi, gue laper gak ada niatan buat beli apa gitu?" ucap Irish tiba-tiba, ketika yang lain sibuk dengan ponselnya. Karena proses pengecatannya sudah selesai akhirnya mereka bisa beristirahat.
"Eh, iya. Gua juga laper nih." tambah Erlyn.
"Gimana kalo mie ayam depan?" tanya Reyn karena memang di depan perumahannya ada yang menjual berbagai macam makanan, seperti mie ayam, bakso, nasi goreng, bubur ayam, siomay, dan masih banyak lagi.
"Ya udah, ayo aja. Dimakan di sana apa gimana?" tanya Sheila.
"Kalo dimakan sini aja gimana? Jadi ntar kita pesennya di bungkus. Kasihan tuh ntar si Ferga sama Daichi." jawab Reyn.
"Yauda ayo!" ucap Erlyn.
"Gak ada niatan buat traktir gue gitu?" ucap Irish dengan santainya sambil memainkan ponselnya, kemudian tersenyum PD.
"Iya, iya. Gua traktir semua," ucap Reyn.
"Eh, jadi ini gue sendiri yang beli apa kalian ikut sekalian?" tanya Reyn.
"Ikut semua aja gimana? Jadi ntar kalo si Ferga sama Daichi pulang biar bingung. Soalnya kita gaada di rumah," usul Erlyn.
"Mantap tuh, sekali-kali kita yang jailin mereka." ucap Sheila setuju. Kemudian mereka tertawa.
"Yauda buruan! Gua uda laper." ucap Irish.
Kemudian mereka berempat berjalan menuju warung mie ayam, dan memesannya. Sambil menunggu pesanannya jadi, mereka memainkan ponsel masing masing.
***
--------------------- HP REYN --------------------
Puspa : Eh Reyn. Tadi gua ketemu sama si Ferga.
Reyn : Oh, iya kah? Ketemu dimana Kak?
Puspa : Di Raflesia, sebelah sekolah itu.
Reyn tau yang dimaksud Puspa Raflesia adalah tempat fotocopy sekaligus printer di samping sekolah. Namanya toko Raflesia.
Reyn : Oalah, kok bisa ketemu? Emang Kak Puspa mau kemana?
Puspa : Tadi gua mau ke rumah temen, terus mampir ke toko sebelah buat beli camilan.
Reyn : Oalah iya kak. Tadi Ferga aku suruh ngeprint buat tugas kelompok. Hehe.
***
"Eh, itu si Ferga bukan?" tanya Sheila tiba tiba.
"Mana? Mana?" tanya Reyn yang tidak melihat sosok Ferga.
"Itu tuh..." ucap Sheila sambil mengarahkan tangannya.
"Eh iya, uda uda diem. Semoga dia gatau. Hahaha" ucap Reyn. Kemudian mereka tertawa.
***
"Assalamualaikum... Lah, kok sepi?" ucap Ferga memasuki rumah Reyn.
"Lah iya. Kok sepi pada kemana?" sambung Daichi.
"Ya mana gua tau, kan gua sama elu dari tadi." jawab Ferga.
"Dih orang gua ngomong sendiri. GR banget lu!" bantah Daichi.
Ferga berjalan masuk, dan dia bertemu Thiara yang sedang menyuapi Dova makan.
"Tante, Reyn sama temen temen yang lain dimana ya, Tan?" tanya Ferga.
"Loh, katanya tadi mau beli mie ayam. Emang kamu nggak ikut?" tanya Thiara.
"Aku nggak tau Tan, soalnya tadi aku disuruh dia buat ngeprint stiker. Terus pas pulang kok sepi." jawab Ferga lagi.
"Coba chat dulu Fer... Ini Tante masih ngurusin Dova." Ucap Thiara sambil mengangkat piring yang dipegangnya.
"Iya Tan, aku mau ke depan dulu ya. Kasian temenku sendirian di depan." jawab Ferga, kemudian berjalan ke ruang tamu.
Kemudian Ferga dan Daichi menyusul Reyn ke warung mie ayam. sesampainya di sana.
"Eh, kok udah pada berdiri mau ke mana?" tanya Ferga kebingungan karena saat dia sampai di sana, Reyn dan teman-temannya sudah mau pulang.
"Pulang lah! Kemana lagi emang?" jawab Reyn.
"Lah, gua belom makan anjer! Lu kira gua ga laper apa?!" ucap Ferga kemudian memandangi kantong plastik yang dibawa Reyn.
"Oh, itu pasti buat gua kan. Ngaku lu!" ucap Ferga lagi sambil menunjuk kantong plastik yang dibawa Reyn.
"Dih! Enak aja. Ini buat Dova! Dia minta tadi! Kalo lu mau beli aja sendiri!" jawab Reyn. Sedangkan Irish menahan tertawa.
"Dih. Jahat banget! Lu juga! Ngapain lu ketawa?!" ucap Ferga menunjuk Irish.
Irish kemudian sengaja mengompor ngomporin Ferga. "Eh, Reyn. Makasih ya, kita uda di traktir. Kenyang banget tau. Makasih loh." ucap Irish kemudian tersenyum kepada Reyn.
"Iya, sama sama..." jawab Reyn.
"Lah, Reyn! Kok gua ga di beliin si! Gua ngambek nih." ucap Ferga kemudian sok imut berekspresi seperti anak kecil yang sedang marah.
"Yauda, ngambek aja sono! Lu kira gua peduli?!" jawab Reyn kemudian berjalan meninggalkan Ferga.
"Dih dih sok imut." ucap Erlyn. Kemudian semua tertawa dan meninggalkan Ferga.
"Woi, Reyn! Tungguin!" teriak Ferga kemudian berlari menyusul Reyn.
"Ah, gimana sih." gumam Daichi kemudian berjalan ke arah rumah Reyn menyusul yang lainnya.
***
"Karena gua baik hati dan tidak sombong. Nih buat lu." ucap Reyn sambil memberikan mie ayam yang sudah ada dalam mangkok tersebut. Kemudian Reyn juga memberikan kepada Daichi, Irish, Sheila, dan Erlyn.
"Lah, katanya tadi uda pada kenyang. Kok lu pada makan lagi?" tanya Ferga kebingungan.
"Tapi boong..." ucap Erlyn.
"Hayukkk" jawab Irish, Reyn, dan Sheila bersamaan. Kemudian mereka tertawa.
"Dih dih dih" ucap Ferga dan Daichi.
Beberapa saat kemudiaan HP Reyn bunyi, terlihat satu pesan masuk dari Puspa.
------------------------HP-------------------------
Puspa : Eh, sbb ya. Sekarang masi kerkel?
Reyn : Hehe, santai aja kak. Iya nih lagi makan.
Puspa : Coba liat.
Reyn mengirimkan foto kepada Puspa.
Puspa : Ngakak liat ekspresinya si Ferga.
Reyn : Wkwk iya nih. Ekspresinya ngakak. Eh udah dulu ya Kak, mau makan.
Puspa : Oh iya.
***
Reyn pun melanjutkan makannya. Ketika selesai, teman temannya pulang, Karena jam sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Sore harinya Reyn menulis isi Pancasila dan menempel stiker Garuda pada papan yang telah dicat sedari pagi. Malamnya Reyn meminta Ferga untuk memberikan pilox untuk lapisan paling luar. Agar catnya awet dan tulisannya tidak hilang.