Saka turun dari taksi setelah taksi tersebut menurunkannya di depan kafe. Selesai membayar ongkos taksi lelaki itu kemudian memasuki kafe tersebut. Saka mengambil duduk di sudut pojok ruangan kafe.
Jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang berbincang-bincang. Lelaki itu menunduk, menarik tudung jaketnya untuk menutupi sebagian wajahnya. Tidak ada yang dilakukan Saka, hanya diam.
Bahkan tidak memesan sesuatu di kafe tersebut. Beruntung, ia masih menyimpan masker hasil ia memalak seorang dokter semalam.
Melihat banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memasuki kafe ini mengingat ini jam satu, sudah waktunya bagi anak-anak kampus yang mengambil jadwal pagi untuk pulang, Saka segera memakai maskernya, tapi tunggu?
Untuk apa ia menyembunyikan wajahnya? Toh, selama ini ia selalu memakai masker dan wajahnya tidak diketahui oleh murid-murid yang satu kampus dengannya. Justru jika ia memakai masker ini, orang-orang akan menatapnya curiga.