Sudah lebih dari lima belas menit, A dan Gilang masih belum juga lepas dari hukuman mereka. pasalnya, mereka sama sekali tak tahu apa kesalahan mereka. Gilang sudah merasakan pinggangnya serasa mau copot saking pegalnya.
Bukan hanya dia juga, A pun merasakan hal yang sama. Ingin rasanya kaki mereka mau turun, tapi Argan berada tak jauh dari mereka.
Pria paruh baya itu sedang bercanda bersama Jie sambil nonton televisi dan sesekali tatapannya mengawasi kedua lelaki itu.
Gilang mencebikkan bibirnya menatap kebersamaan Jie bersama Ayahnya. Tentu saja Gilang cemburu. Jiwanya sudah meronta-ronta ingin melompat ke atas pangkuan Ayahnya, memberitahukan kepada Jie bahwa dialah yang paling disayang oleh Argan. Namun, ia hanya bisa menatap itu semua dari kejauhan dengan mata menyipit seakan-akan sedang mengintimidasi.