Chereads / Mr. A / Chapter 41 - 41. Akan menemukanmu

Chapter 41 - 41. Akan menemukanmu

Beberapa menit kemudian, Agandara tiba di depan gedung yang merupakan kampus mereka. Agandara memarkir motor mereka di parkir yang telah disediakan. Mereka turun dari motor mereka masing-masing dengan senyum yang merekah.

Namun, lainnya halnya dengan Niel, si tengil itu malah berlari ke belakang Alister, seolah bersembunyi dari seseorang. Wajahnya nampak ketakutan. Tingkahnya yang aneh itu membuat Agandara menjadi keheranan terutama A yang menjadi bingung.

"Kenapa, Dan?" tanya A.

Niel menggeleng. "Gak. Masuk ke kelas, yuk," ajaknya sambil melihat wajah Agandara satu persatu.

Gilang merangkul Niel dan menarik lelaki itu dalam dekapannya. "Lo gak usah takut. Kami ada di sini untuk menjaga lo. Gue tahu lo pasti khawatir dengan beberapa kejadian yang menimpa kita, terutama saat kejadian Noe. Gue harap lo jangan takut, kami ada di sini."

"Iya betul, tuh. Lo gak usah takut. Selama kami ada lo bakal baik-baik saja," sahut Alfraid dan merangkul Abra seolah meminta lelaki itu untuk membenarkan ucapannya.

"Yoi. Kita bakal baik-baik saja selama Maater kita ada," timpal Amon.

Rayn mengangguk. "Gue udah lama gak bermain-main dengan manusian sialan itu. Sepertinya mereka ingin jiwa iblis kita bangkit, Master."

A menatap Rayn, lalu menatap Agandara secara bergantian. Entah kenapa ia sanagt bingung dengan keadaan ini. Anggotanya menjadi sasaran empuk para manusia misterius yang sekarang masih belum mereka ketahui.

Secara mereka hanya berurusan dengan beberapa geng, yang sudah mereka tuntaskan. Bahkan ada yang mereka habisi. Yang terakhir adalah geng lucknat. Yang mereka bom tempat markas mereka. Setelah itu, tidak ada insiden dimana mereka mencari masalah dengan seseorang lagi. Lebih tepatnya saat kematian Noe.

Yah, dua tahun mereka memang terkenal brutal. Namun, sekarang mereka tak lagi jadi sorortan publik. A merancang itu semua dalam otaknya hingga membuat keadaan menjadi hening.

Gilang menyadari bahwa A tengah berpikir dengan respon cepat ia terlebih dahulu mengajak Agandara ke dalam kelas, karena sebentar lagi kelas akan dimulai.

"Kita ke kelas dulu." Gilang memberi kode dan Agandara langsung mengangguk dan mengikuti Gilang ke dalam kelas.

Sebelum itu, Niel berhenti dan menatap A lekat. Tepat di hadapan Alister.

"Master, aku gak takut sama siapapun kecuali sama Master, tapi jika suatu saat aku kenapa-napa, aku mengandalkan Master. Temukan aku secepat mungkin."

A tersenyum tipis sembari mengacak dengan gemes rambut Niel. "Itu, pasti. Jadi, don't scare."

"Oke." Senyum Niel terbit seketika. "Aku duluan," ujarnya.

"Masuk sana, aku akan menyusul."

Selepas kepergian Niel, A bersandar pada motornya. Intensnya menatap keadaan kampus yang sudah banyak mahasiswa berlalu lalang di hadapannya.

Namun, saat itu juga ia tak bisa mengendalikan intensnya untuk melihat Jie dan pacarnya yang tiba-tiba lewat di depannya. Ada sedikit perasaan tak suka melihat Jie bersama lelaki yang sudah menjadi pacar resmi seseorang yng telah dia sukai, yaitu Jie.

Matanya menyorot tajam lelaki itu yang menutupi wajahnya dengan Masker. Nampak tahi lalat di sudut mata lelaki itu yang membuat A seketika cengo. Itu ... kenapa ia seolah mengenal sosok yang tengah beriringan dengan Jie itu.

Hanya sekejap, dua manusia itu sudah menghilang dari hadapannya.

"Tahi lalat itu," ujar A mencoba meyakinkan dirinya.

A menggelengkan kepalanya mencoba untuk melepaskan ingatan gila itu dari kepalanya.

"Tidak. Aku pasti salah orang." Alister menggendong tas ranselnya dengan benar dan memilih untuk masuk ke dalam kelas.

... ...

Di dalam kelas.

Niel mencoret-coret bukunya dengan perasaan yang amat gelisah tak tertandingi. Pesan itu semalam terus terngiang-ngiang di otaknya.

'Kau yang kedua'

Niel begitu yakin dengan pesan gila dari seseorang misterius itu bahwa dirinyalah yang kedua menjadi sasaran orang-orang misterius yang telah berani bermain-main dengan Agandara.

Sekuat apapun ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, tetaplah sebagai perasaan seorang manusia yang sangat ketakutan akan bahaya tidak bisa lepas begitu saja setelah tahu bahaya apa yang akan terjadi.

Niel takut, ia akan menjadi seperti Noe yang kematiannya sangat misterius.

Ia masih belum siap untuk mati muda.

"Ya, Tuhan. Niel masih belum nemuin jodoh Niel. jadi, tolong jangan ambil nyawa Niel ya, Tuhan."

Aishh! Lagi dalam perasaan takut, Niel masih saja sempat-sempatnya bercanda.

Alfraid yang berada di depan Niel tiba-tiba menoleh ke belakang.

"Lo, jangan kemana-mana. Selalu saja bersama kami."

Dahi Niel berkerut. "Kenapa?" tanyanya.

"Si goblok bertanya," kesal Alfraid. Udah tahu keadaannya dalam bahaya masih aja bertanya. "Karna lo lagi dalam bahaya goblok!."

"Hehe." Niel menyengir kuda.

"Oh, ya. Kamu sudah membuka pesan masuk di handphonemu?" tanya Alfraid tanpa mempedulikan guru yang sedang mengajar.

Niel menggeleng pertanda tidak. "Enggak. Emangnya kenapa?"

Alfraid menepuk jidatnya, lalu merogoh benda pipih berlogo apel setengah digigit itu dari dalam sakunya. Ia menghidupkan handphonenya kemudian membuka pesan yang dikirim oleh seseorang misterius saat ini juga.

Semua mendapatkan pesan itu, kecuali Niel. Yang herannya lagi, bagaimana mereka bisa mengetahui nomor anggota Agandara. Sedangkan semua jaringan dan handphone Agandara sudah dilengkapi chip anti hacker yang dibuat oleh Rayn. Berjaga-jaga jika seseorang mencoba meretas handphone mereka.

Niel membaca pesan itu. Betapa kagetnya kala pesan itu berisikan dengan ....

'Agandara, jagalah Niel adik kecil kalian. Jangan sampai, terulang hal kembali.'

Oh, tidak. Niel membeku di tempat. Dasar pengecut. Beraninya berkirim pesan saja. Namun, tidak berani menunjukkan dirinya.

Sialan!

A beralih intens sejenak ketika tadi ia menatap Alfraid dan Niel yang bercakap. Ia yang menyuruh Alfraid untuk memberitahu pesan itu kepada Niel. Karena ia tahu bahwa pesan itu tak akan dikirim kepada Niel, karena Niel adalah korban mereka yang selanjutnya.

"Berani sekali mereka bermain dengan Agandara. Aku akan menemukanmu sialan misterius." Ujar A dan fokus melihat video di handphonenya.

Video yang dikirim oleh Rayn kepadanya. Dimana, karena video ini terungkap bahwa ada dalang di balik kematian Noe.

Video yang di ambil Rayn di cctv di tkp penyergapan Noe saat itu. Yah, Rayn sudah meretas cctv itu dan mengendalikannnya.

Flashback on

Rayn sibuk berkutak dengan tabnya yang serung ia gunakan untuk meretas. Di sini, ia duduk di trotoar, sementara yang lainnya masih sibuk mencari tentang gang X ini.

Di tambah Tabnya sudah diretas membuat ia sedikit kewalahan memindahkan kembali jaringannya. Rayn tersenyum smirk kala berhasil meretas jaringan yang berani meretas jaringannya.

"Hufft." Helaan nafas lega kala ia berhasil meretas data yang meretas tabnya dan kembali mendapatkan alih tabnya.

Namun, Rayn sedikit bingung dengan Data yang ia retas ini. Semua hanya bertuliskan X, X, dan X. Ia bingung. Data ini semua berisikan kode yang hanya dimengerti oleh pemilik data yang sebenarnya.

Tak berselang lama, Amon datang membuat Rayn terkejut bukan main.

" Amon? Lo ngapain?" tanya Rayn.

Amon menjongkok membisikkan sesuatu.

"Noe disekap di sini. "

"Sudah saatnya," batin mereka berdua tersenyum sinis.

Rayn dan Amon segera berlari entah kemana. Menelusuri setiap persudut gang. Mereka berlari sangat cepat. Sesampai mereka di tempat yang mereka tuju yaitu dimana seorang lelaki berdiri. Dia adalah Gilang.

Lelaki itu kembali berkumpul.

"Gue dan Amon udah temukan markas mereka," ucap Gilang.

"Jadi, tinggal nunggu Master dan yang lainnya," sahut Amon.

"Mereka pikir bisa menipu kita. Lagipula ini membuahkan hasil. Gue yang sekarang mengontrol jaringan mereka." Rayn tersenyum sinis.

"Kerja bagus Rayn!" Amon dan Gilang merangkul Rayn dengan senang.

"Oh, disini ada cctv juga," ujar Gilang memberitahu.

Rayn yang mendengar itu mengerutkan keningnya bingung. "What? Ada cctv? Dimana? Gue bakal ngeretasnya."

Gilang menunjuk sebuah cctv yang dipasang di sudut markas penyergapan Noe ini. Rayn melihat arah tangan Gilang dengan senyum smirk.

Tangannya mulai aktif pada tabnya. Menari di atas keyboard tab dengan sangat lihainya. Ia fokus meretas dengan dahi yang sambil berkerut.

Yaps! Ia berhasil meretas cctv tersebut dan mengambil alih cctv itu. Sekarang mereka melihat cctv itu dan betapa terbelalaknya mereka kala melihat dua orang yang tertangkap cctv itu sedang berbicara.

Yang satunya memakai pakaian serba hitam, wajahnya tidak terlihat karena tertutupi masker dan kacamata hitam. Sedangkan yang satunya lagi pria paruh baya bertubuh gendut dan pas-pasan.

"Siapa mereka?" tanya Amon.

"Yah, mana gue tahu bloon. Gue juga baru lihat." Gilang mendesah kesal.

"Apa mereka dalang dari penculikan Noe?"

Gilang dan Amon menatap Rayn dengan tatapan yang sulit dideteksi sedemikian rupa.