"Ayah ...."
Gilang menyengir kuda saat menoleh ke belakang dan mendapati Argan yang tengah menatapnya penuh arti. Segera lelaki itu menegakkan tubuhnya. Menghadap seutuhnya pada sang Ayah. Gilang hanya bisa cengengesan. Berniat menghilangkan rasa canggung, malah lebih terlihat seperti idiot. Tak henti-hentinya Gilang mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya karena berlagak seperti ini.
Jika sudah begini, Gilang sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Tentu saja, saat ini ia tidak bisa mengatakan apapun jikalau Argan bertanya nanti padanya.
Dengan konyolnya, Gilang memamerkan giginya, menyugar rambutnya ke belakang, lalu mengusap-usap tengkuk. Sesekali menatap sang Ayah yang terdiam yang tanpa sadar membuat sang Ayah makin curiga.